SELAMAT DATANG di Blog: MAJELIS MUZAKAROH WARGA KEKELUARGAAN - TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA, SEMOGA ALLAH SWT SENANTIASA MEMBERIKAN HIDAYAHNYA KEPADA KITA SEMUA, AGAR KITA DAPAT MEREALISASIKAN PENGERTIAN ISLAM YANG DISAMPAIKAN LEWAT MAJELIS MUZAKAROH WARGA KEKELUARGAAN

Terjemahan

MENTAUHIDKAN DIRI


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Assalaamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Dengan rasa kerendahan hati kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Subhanallahu Wata’ala, yang bijaksana beserta limpahan rachmat dan nikmatnya kepada kita sekalian, semoga Allah selalu membimbingnya.

Saudara - saudara para Warga “Kekeluargaan” dan para pembaca yang bahagia, pertama-tama kami terlebih dahulu memberitahukan sebagaimana anda maklum bahwa buku Ma’rifat Kepada Allah yang telah beredar pada tahun yang lalu, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki perubahan baik yang bersifat Firman / Hadist Rasulullah beserta penjelasannya.

Dan selain itu perlu kiranya diketahui Buku Kema’rifatan ini tidak untuk diperjual belikan dan bukan mata pelajaran untuk umum, hanya khusus untuk Warga “Kekeluargaan” dan simpatisan yang ingin mempertebal Iman Islamnya kepada Allah Ta’ala. Oleh karena buku ini hanya hasil penyampaian dan renungan yang pernah kami laksanakan pada tahun 1970 yang bertempat di rumah kami sendiri di Jln. Percetakan Negara No. 63 D Kelurahan Johar Baru Jakarta Pusat. Adapun Dasar-dasar penyampaian tersebut kami ambil dari beberapa firman dan hadist shoheh agar dapat mempermudah untuk dimengerti oleh pembaca.

Sudara-saudara para warga “Kekeluargaan” dan para pembaca yang tercinta, marilah kita mulai saja memperhatikan yang disabdakan oleh Rasulullah Sallalahu Alaihi Wasalam, dengan Arti dan penjelasannya yang wajib sama-sama kita pahami dan laksanakan ialah yang berbunyi:
“Din’ul Mar’i Aqla Hu Waman Aqlalahu Ladzina Lahu”
Bahasa Indonesianya :
Agama seseorang itu yang dapat diterima oleh Akal dan Pikiran yang sempurna.

Demikianlah kiranya penjelasannya Arti dan Pengertiannya yang cukup jelas dan tegas bahwasanya Agama itu harus dengan pengertian Akal yang Sehat, sebagai contoh bahwa Manusia-manusia yang kehilangan akal (gila) tidaklah diwajibkan untuk beragama, memang tidak dihukumkan baginya, karena tidak mempunyai rasa malu / rasa diri, maka karena itulah sangat penting sekali Akal dan Pikiran kita manfaatkan atau digunakan untuk menuntut Ilmu Allah dalam Agama Islam, sebab banyak pengertian Agama itu sendiri yang sulit-sulit dipecahkan dengan Akal, lebih-lebih dalam melaksanakan pengalaman ataupun pengabdiannya terhadap Allah Subahanallahu Wata’ala, yang berkaitan dengan masalah-masalah Hudiyah Hakikinya atau Muamallah Insaniah, oleh karena ukuran pahala itu disesuaikan dengan besar dan kecilnya karya itu sendiri, karena setiap Manusia itu sudah barang tentu apa-apa yang diusahakannya ingin mendapat imbalan atau Keridhoan Allah Robbil Alamin, itulah yang menjadi tujuan pokok setiap pemeluk Agama apapun, karena itu satu-satunya tempat (wadah) kebahagian yang tiada ada taranya. Untuk lebih jelasnya cobalah anda meneliti pelajaran Kitab Sifat Dua Puluh, semua pemecahannya tidak akan terlepas dari pengertian Akal, disebabkan Akal itulah yang memegang peranan penting dalam Hidup dan Kehidupan di Alam Semesta ini, dan selanjutnya marilah kita lihat firman Allah disurat Adz-Dzaariyaat ayat 20 dan 21 yang berbunyi :
وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلا تُبْصِرُونَ وَفِي الأرْضِ آيَاتٌ لِلْمُوقِنِينَ
Bahasa Indonesianya :
Diatas Bumi yang kita duduki ini ada tanda-tanda Kebesaran dan Kekuasaan Allah Ta’ala, bagi orang-orang yang berjiwa Yakin, apakah anda tidak mengambil Pelajaran dan Pengertian…?. Cobalah anda teliti dan fikirkan baik-baik atas Diri Pribadi anda sendiri.

Begitulah kiranya penjelasan arti dari firman tersebut diatas, marilah kita sama mengerti apa yang diterangkan oleh ayat tersebut, dengan melalui ayat tersebut kita telah diberi peringatan untuk bahan Pemikiran, agar setiap orang / pemeluk-pemeluk Agama Islam dapat membedakan antara baik dan buruk dan pula berpikir secara sempurna, yang sehingga dapat membuktikan Kebesaran Atas Diri sendiri.

Apabila kita mau meneliti atas pribadi sendiri, mengingat kita umat yang beragama Islam diwajibkan untuk mengenal / mengetahui seperti / sifat-sifat Allah, agar kita lebih khusus dan mantap dalam menjalankan Ibadah Persembahan masing-masing, untuk mendapatkan Kebesaran Allah sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh Al Qur’annul Karim, sabda Rasulullah, telah menerangkan kepada kita yang berbunyi sebagai berikut:
“Awwalu Dinni Ma’rifatullah ta’ala”
Bahasa Indonesianya :
Pertama-tama / awal-awalnya beragama diwajibkan mengenal kepada Allah Ta’ala.

Demikianlah sabda Rasullullah menerangkan kepada kita sekalian yang benar-benar serta sungguh-sungguh mewajibkan bagi setiap pemeluk Agama Islam untuk Ma’rifat atau Mengenal kepada Allah Rabbil Alamin, yang wajib kita sembah sebelum kita melakukan Ibadah/sembahyang, oleh karena itu ia sangat sayang kepada sesamanya. Maksudnya sudah barang tentu agar Sholat yang kita lakukan itu akan lebih sempurna, seumpamanya punya barang ada tempat/wadah untuk menyimpannya dan sudah pasti barang ini akan terpelihara baik dan tidak sia-siakan pekerjaan kita itu.

Nah dalam hal tersebut diatas seolah-olah menyuruh kita berpikir, maka oleh karena itu apabila anda sendiri berpikir dan mencari tahu sebab-sebabnya agar kita tidak sekedar ikut-ikutan dan tidak hanya asal sembahyang saja. Karena Rasulullah berkata sembahyang yang tidak disertai tahunya sia-sialah, maka oleh sebab itu sangat perlu/penting untuk diri kita masing-masing mengingat hal tersebut, adalah satu-satunya wadah/tempat dari segala amal dan ibadah kita selama di Alam semesta ini, jikalau dari mulai sekarang kita tidak mau berusaha mengenal/Ma’rifat kepada Allah ta’ala. Sudah jelas bahwa sembahyang/Ibadah kita tidak sempurna, akan sia-sialah apa-apa yang kita kerjakan.

Kalau boleh saya umpamakan pekerjaan itu adalah sama dengan pegawai/buruh, bekerja tanpa tahu majikannya, pada saat minta upah, majikan sendiri tidak tahu apa yang kita kerjakan. Bukankah sia-sia akhirnya...? justru karena tidak tidak mau menggunakan akal/pikiran yang telah dianugerahkan kepada kita itu, untuk tidak sia-sia usaha yang dengan susah payah, mati-matian kita lakukan tidak mengenal lelah/cape, siang/malam hendaknya agar kita lekas-lekas berusaha mencari tempat penyimpanan (wadah) untuk menampung amal dan ibadah kita itu dalam artinya adalah suatu celengan Manusia untuk diakherat nanti.

Nah apabila kita semua ingin menuju kepada yang tertulis diatas, marilah mumpung masih punya sisa umur, kita secara bersama berusaha agar bisa Ma’rifat kepada Allah Subahanallahu Wata’ala, janganlah anda abaikan kesempatan yang masih tersedia, itu sangat penting sekali bagi kita apabila mau Islam sebagai Agama kita, karena adalah tempat Kebahagian yang menjadi idam-idaman setiap pemeluk Agama apapun didunia ini dan marilah kita sama-sama teruskan sampai kepada mengenalnya. Sehingga sukses yang gilang gemilang dan perlu kita sadari bahwa Allah Subahanallahu Wata’ala lah yang menentukan segala-galanya sekarang maupun kemudian / didunia maupun diakherat, Agar  tidak menyalahi ketentuan yang ada didalam Al Qur’an, sebaiknya akan saya ambilkan sesuatu hadist Rasulullah yang saya ceritakan untuk lebih mudah dipahami oleh kita bersama ialah bunyinya antara lain:
“Nahkanu Nakhusu Akhsana Alaika Akhsana Lassasih”
Bahasa Indonesianya :
Aku Ciptakan kepadamu sebaik-baik sejarah, dan marilah kita sama-sama perhatikan dan renungkan baik-baik apa yang difirmankan oleh Allah Subahanallahu Wata’ala, dalam surat Alhujurat ayat 13 (49:13) Al Qur’annul Karim berbunyi demikian :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Bahasa Indonesianya :
Wahai Manusia, perhatikanlah sesungguhnya Aku telah menjadikan kamu dari pada laki-laki dan perempuan dan berbangsa-bangsa serta bersuku-suku agar hendaknya kamu saling kenal mengenal satu dengan lainnya, sesungguhnya yang paling mulia adalah orang-orang yang bertaqwa.

Apabila kita mau meneliti benar-benar secara lahiriyah bahwa kita Manusia itu datang/berasal dari perpaduan antara dua kelamin Ibu dan Bapak, dilahirkan ke Alam semesta ini melalui Rakhim Ibunda, dari sinilah kita mulai bertanya kepada Diri kita masing-masing dari manakah berasal dan keluarnya, tentunya kita akan menjawab, adalah Ibu, dan dari manakah Ibu kita keluarnya…?, tentu akan jawab dari Nenek saya, dan dari mana pula Nenek saya itu keluarnya, tentu tidak salah lagi dari Kumpi kita, dan seterusnya dari mana Kumpi kita, keluarnya adalah dari Buyut kita, dan Buyut kita dari mana keluarnya, tentu dari Udeg-Udeg kita, dan dari mana Udeg-Udeg kita keluarnya, tentu dari Janggawareng kita, dan Janggawareng itu keluarnya, tentu dari Kekait Siwur, jadi jelasnya keluarnya itu Ibu ke Ibu dan seterus-terusnya dan kata suatu penjelasan Al Qur’an bahwa kita itu berasal dari Ibu Hawa dan juga diterangkan, bahwa asalnya Ibu Hawa tersebut berasal dari Tulang Rusuk Adam, dan juga ditanya dari manakah asal Nabi Adam tersebut, diterangkan pula bahwa Nabi Adam berasal dari 4 (empat) Unsur Pokok yang disebut:
  1. Unsur Api;
  2. Unsur Air;
  3. Unsur Angin;
  4. Unsur Bumi / Tanah.
Dan Unsur-unsur itupun masih mempunyai Asal ialah :
Menurut Al Qur’an berasal dari Nur-nya Muhammad, yang berasal dari 4 (empat) Cahaya :
  1. Cahaya Merah, diartikan Api;
  2. Cahaya Putih, diartikan Air;
  3. Cahaya Kuning, diartikan Angin;
  4. Cahaya Hitam, diartikan Bumi/Tanah.
Kalau Nur-nya Muhammad, itupun telah diterangkan juga oleh Hadist Rasulullah , ialah : Berasal dari Nur nya Yang Maha Suci yang disebut “Johar Awal”. Adapun asalnya 7 lapis Langit dan 7 Lapis Bumi, juga dari Johar Awal, beserta apa-apa yang menjadi Isinya, sebab tadipun semua yang ada sekarang ini berasal dari tidak ada. Dengan penjelasan dalilnya Asal dari Allah Kembali Kepada Allah juga. Dimana kita asalnya dari sana tadi, hendaknya sedapat mungkin kita harus bisa kembali lagi kesana. Apa yang menjadi sifat-sifat Johar Awal tersebut menurut Ajaran Islam, bahwa terciptanya Alam semesta ini adalah dari perpaduan antara Dzat dengan sifatnya, barulah ada perwujudan (kata Agama) Allah.

Secara terperinci, pada Hakekatnya Cahaya-Cahaya tersebut terjadi sebagai berikut :
  1. Cahaya Merah, hakekatnya ialah, Jadi Lapad Alip;
  2. Cahaya Putih, hakekatnya ialah, Jadi lapad Lam Awal;
  3. Cahaya Kuning, hakekatnya ialah, Jadi lapad Lam Akhir;
  4. Cahaya Hitam, hakekatnya ialah, Jadi lapad Ha;
  5. Johar Awal, hakekatnya ialah, Jadi Tasdjid.
Begitulah penjelasannaya Cahaya-Cahaya tersebut itu yang dikatakan Ismudat atau dengan kata lain bisa disebut Dzat Laesa Kamislihi, karena saking Sucinya sehingga sulit diumpamakannya, oleh karena sesungguhnya dialah yang Mula dan Dia pula yang Paling Akhir, justru dialah Sumber dari Segala yang ada sekarang ini, dapat dilihat oleh mata maupun yang tidak bisa dilihat/ghaib.
Itulah yang sebenarnya dijelaskan oleh Al Hadid surat 57 ayat 3 yang berbunyi:
هُوَ الأوَّلُ وَالآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Bahasa Indonesianya :
Dia yang Mula-mula dan Dia yang Akhir, Dia yang Wujud dan Dia yang Ghaib segala sesuatu yang Maha Mengetahui.

Apabila kita teliti secara mendasar pada sesungguhnya antara yang nyata dan tidak nyata, adalah satu cobalah anda renungkan baik-baik agar tidak terlalu jauh Alam berpikir kita dalam usaha Mentauhidkan Diri Kepada Allah Ta’ala. Oleh karena itu saya yakin dan percaya bahwa andapun sependapat dari mulai sekarang, mengenal dan menyatukan Diri yang Maha Hidup, sungguh sangat penting karenanya untuk segera dilaksanakan mengingat tentang umur. Akan dipanggil baik muda maupun tua, sebelum terlambat cobalah anda telusuri hakekatnya Muhammad. Dan dobraklah serta singkirkanlah yang dapat menghalang-halangi tujuan-tujuan kita, agar bisa terungkapkan jalan kepada bertemunya Dzat dan Sifatnya Allah Ta’ala yang disebut Tasjid, yang ada dalam Perwujudan Diri Pribadi masing-masing, apabila kita telah bisa bertemu kepada Allah, tadi jelas sudah pasti kita dapat memenuhi Dalil Mulia Kejati, Pulang ke Asal, dan yang manakah pulang ke Asal itu, ialah Jasmani kita yang sekarang dipakai/sedang dipergunakan diatas Dunia ini, kembali keasal lagi kepada Nur Muhammad yang 4 (empat) rupa. Asal Cahaya Merah kembali ke Merah, asal Cahaya Putih kembali ke Putih dan seterusnya, yang Mulia Kejati ialah kembali kepada Rasa Hidup, yang berasal dari Nur Yang Maha Suci, Allah “Johar Awal”, nah begitulah apabila kita ingin masuk Surga / pulang ke Asal kita sebagaimana lainnya mengatakan habislah Rasa habislah Jasmani, dengan pengertian tidak ada yang ketinggalan. Itulah pada umunya umat Islam, apabila kita sudah berada didalam kurung batang, diucapkan: “Innalillahi Wainnailaihi Rojiun”

Asalmu dari pada Allah kembalilah kepada Allah, Hati-hatilah, jangan kesasar, apakah latar belakangnya harus menuntut Ilmu Allah, oleh karena terpikir bahwa Rasulullah telah bersabda memperingatkan kita yang berbunyi antara lain :
“Mantolabal Maulana Bieghoiri Nafsihik Faqad Dhola Dholalan Baidah”
Bahasa Indonesianya :
Sesungguhnya kata Allah, Aku dengan engkau hai Manusia tidak ada antara lagi, seandainya ini seumpama urat lehermu dengan leher mu sekalipun, yang berarti sama gula dengan manisnya dapat anda pisahkan ?.

Begitulah akrabnya Allah dengan Manusia, umpamanya garam dengan asinnya, apakah ini masih saja anda ragukan kebenaran firman tersebut diatas ?. Jangan anda punya pikiran terpisah (jauh) dari diri anda sendiri, andapun harus sadari benar-benar apa-apa yang dilakukan/maupun baru anda niatkan, sesuatu apakah niat baik, atau buruk…Allah telah mengetahuinya, maka dari itu sangat Wajib sekali untuk cari tahunya agar kita tidak merasa menjauhkan atau dijauhkan oleh Allah, cobalah perhatikan bahwa dalam Al Qur’an, Allah benar-benar meninggikan Derajat Manusia sebagaimana Allah menjelaskan yang berbunyi:
"Walaqod Karomna Banni Adam"
Bahasa Indonesianya :
Sesungguhnya Aku muliakan anak cucu Adam, apakah kita belum mau menerimanya sebagai cucu Adam, cobalah anda gunakan fikiran dengan baik-baik, renungkanlah…sayang seribu kali sayang…apabila Akal Pikiran yang telah diberikan oleh Allah SWT tidak dimanfaatkan. Cukup sudah dari beberapa ayat-ayat dan hadist Rasulullah menerangkan kepada sekalian, seandainya petunjuk diatas tidak diambil peduli itu bukanlah kesalahan-kesalahan Al Qur’an ataupun ayat-ayat tersebut justru pada Manusianya itu sendirilah yang tidak mau berfikir. Para Warga “Kekeluargaan” dan saudara-saudara pembaca yang tercinta, marilah kita teruskan lagi dengan memperhatikan ayat - ayat  lainnya  untuk  kita  lebih  meyakinkan  lagi  atas kebenaran Al Qur’an bahwa sesungguhnya Manusia itu sangat Indah diciptakan oleh Allah dari pada machluk-machluknya yang lain, ialah yang berbunyi:
”Laqad Kholaqnal Insana Fi Achsani Taqwin”
Bahasa Indonesianya :
Sesungguhnya Aku jadikan Manusia didalam sebagus-bagusnya permulaan / seindah-indahnya bentuk dan pendirian paling sempurna.

Demikianlah penjelasan Al Qur’an, cobalah anda pikirkan/renungkan baik sungguh hebat sekali apabila kita sendiri mau menyadari bahwasanya kita Manusia yang paling sempurna, dengan kelengkapannya ialah Panca Indra yang berarti Manusia baik Bentuk dan Perwujudan maupun yang lain-lainnya jelas lebih dari segalanya sudah barang tentu pula tindak tanduknya didalam mengemban tugas hidup di Alam Semesta ini juga lebih sempurna, selanjutnya marilah kita perhatikan penegasan Rasulullah yang selalu diterangkan oleh ulama-ulama kita ialah demikian:
“Man Arofa Nafsahu Faqod Arofa Robbahu”
Bahasa Indonesianya :
Siapa-siapa Manusia yang telah Mengenal kepada Dirinya Sendiri / Pribadi, maka sudah pasti orang itu akan Mengenal kepada Allah (Tuhannya).

Sudahkah anda mengenal Diri anda sendri ?, apabila kita telah mengerti dan tahu Diri sendiri, tentu akan lebih merasa Wajib lagi untuk melakukan hal-hal yang anda rasa dapat memenuhi atas petunjuk-petunjuk Rasulullah, agar benar-benar kita telah dekat dan merasa jadi satu dengan yang memberi Hidup kita. Oleh karena apabila kita tidak mau mencari tahu sampai hari Qiamat pun tidak tahu dan mengenal kepada yang kita Agungkan (kita sembah), mengapa kita diwajibkan untuk mengenal kepada yang kita sembah, apakah makksudnya ?.

Sebab apabila kita telah mengenal kepada Allah, ialah agar tindak tanduk serta perbuatan tidaklah terlalu gegabah, sembarangan saja, seenaknya mengaku asal. Dia pikir, menguntungkan dirinya, masa bodoh orang lain, inilah Rasulullah mengatakan yang berbunyi:
“Waman Arofa Robbahu Faqod Jahilan Nafsahu”
Bahasa Indonesianya :
Siapa-siapa yang mengenal kepada Allah (Tuhannya) sudah barang tentu ia akan merasa bodoh Dirinya, karena ia penuh rasa kesadarannya, bahwasannya Manusia (dia sendiri) tidak punya apa-apa, mengingat apa-apa yang dia lakukan sehari-hari itu adalah bukan miliknya, semata-mata hanya karena Allah sajalah yang bisa menggerakan kesana kemari, adalah karena digerakkan Allah, bisa bicara karena Ia Hidup, itulah bisa mendengar karena dikasih pendengaran, jadi kesemuanya adalah kepunyaan Allah. Bahwasanya Manusia itu merupakan Kerangka, justru dia mengakui dirinya itu bodoh yang pintar hanya Allah saja, renungkanlah anda jangan baru bisa membaca Al Qur’an lantas sudah ngaku orang benar, Aku yang paling pintar, sesungguhnya Manusia itu tidak punya daya upaya kecuali ALLAH, hati-hatilah dengan pikiran anda dan cobalah anda baca Kitab yang Kekal/Baqa. Apa yang anda baca sekarang adalah Kitab Sahri.

Saudara-saudara para Warga “Kekeluargaan” dan para pembaca yang budiman marilah perhatikan firman Allah, disurat Al Israa (surat 17 ayat 14) yang berbunyi adalah sebagai berikut:
اقْرَأْ كِتَابَكَ كَفَى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبًا
Bahasa Indonesianya :
Bacalah oleh anda Kitab Kekal, Kitab yang ada pada Diri Anda Sendiri, Kitab yang berlaku didunia dan diakherat hukumnya yang tidak bisa rusak dan carilah Guru yang ada didalam dirimu sendiri, Guru yang Maha Pinter dan Maha Benar. Apabila anda tidak bisa mencari Guru dan Kitab yang Langgeng Dunia dan Akherat, cobalah anda usahakan dari Qodrat dan Iradatnya Allah Ta’ala. Nah bagi kita yang mengaku sebagai Umat yang beragama Islam telah diberi contoh sebagaimana yang diterangkan oleh firman Allah di ayat tersebut diatas agar kita jangan sampai keliru dalam menerapkan Iman Islam kita, karena sudah jelas dan gamblang bahwa atas kekusaan Allah Ta’ala itu didalam diri kita sendiri (Manusia) lebih-lebih telah terasa bahwa Allah, diri kita masing-masing juga lebih nyata lagi bahwa Ilmu Allah didalam diri sendiri (Manusia) dan terasa ingatannya bahwa penglihatan Allah didalam diri kita sendiri, dan juga lebih terasa bahwa Pendengaran Allah didalam diri kita masing-masing begitu pula pengucapan / pembauan / penciuman (perabaan) terasa didalam diri sendiri/pribadi sendiri. Apabila yang telah begitu jelas kita terima dari peringatan ayat tersebut diatas, cobalah anda renungkan baik-baik selain daripada itu cobalah kita usahakan bagi penjelasan antara lain Al Qur’an untuk lebih mantap dan mengerti benar-benar Kitab dalam surat Al-Hadidd (surat 57 ayat 4) menerangkan kepada kita sekalian yang berbunyi sbb:
وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Bahasa Indonesianya :
Sesungguhnya dimana saja kamu berada hai Manusia, disitu Aku ada, apa yang kamu perbuat, Aku Maha Mengetahui, bukankah itu telah cukup gamblang dan jelas?. Sungguh hebat sekali pernyataan Allah dalam Al Qur’an tersebut harus kita sadari jangankan yang telah terwujud/ bentuk. Sedangkan baru saja kita niat akan melakukan sesuatu telah diketahui Allah SWT, karena Maha Mengetahuinya. Apakah masih saja kita tidak mau? Bahkan apabila mau merenungkan kata-kata Allah diatas bahwa jelas Allah adalah bersama-sama dengan Manusia. Untuk menjelaskan kedudukan bahwa Allah bersama Manusia, Tau kita sendiri apanya yang bersama itu, maka kita lihat petunjuk di Kitab 20 dari Kodrat dan Irodatnya Allah itu sendiri pasti anda temui suatu penjelasannya para ulama-ulama kita dengan ketentuan rangkap.
  1. Hayat dan Hayun : -Hayat artinya Hidup, -Hayun artinya Yang Hidup.
  2. Basyare dan Basyiran : -Basyare artinya Lihat, -Basyiran artinya Yang Melihat.
  3. Sama dan Samian : -Sama artinya Dengar, -Samian artinya Yang Mendengar.
  4. Kalam dan Mutakaliman : -Kalam artinya Kata-kata, -Mutakaliman artinya Yang berkata-kata.
  5. Kodrat dan Iradat : -Kodrat artinya Kuasa, -Iradat artinya Yang Merasakan.
Demikian anda dapat merasakan Hidup itu dan dinamakan merasakan Kekuasaan Allah itu? Sudah barang tentu anda sendirilah yang bisa merasakannya apabila anda mau memperhatikan atas diri pribadi dan apabila kita tarik kesimpulan sesungguhnya ialah tidak ada lagi yang lebih kuasa didalam diri kita masing-masing kecuali si Hidup itu, Oleh karena buktinya kita bisa bergerak bisa kesana kesini, yang jelas karena adanya Hidup bisa mendengar dan bisa melihatpun karena Hidup, demikian pula kita bisa mengucap bisa mencium sesuatu yang bau busuk atau wangi itupun karena kita Hidup, jadi justru penting sekali disusahakan agar kita bisa mengerti agar tahu rasanya bukan sekedar percaya kata orang / kata guru, kata para ulama. Tetapi hendaklah kita wajib mengetahui sendiri dan merasakan sendiri enak dan tidak enaknya nantinya bukan ditentukan orang-orang tersebut, oleh karena masing-masing pun akan mempertangungjawabkan pekerjaannya sendiri-sendiri sebagai utusan (Khalifah) dari Allah, mungkin saja apa-apa yang mereka lakukan atau mereka yakinkan itu benar maka nereka sendiri, tetapi yang jelas belum tentu benar kata Allah Ta’ala. Inilah yang anda harus perhatikan, oleh karena Al Qur’an pun telah menjelaskan percaya tanpa tahu hukumnya TAKLIK dan sudahkah yang anda sembah itu? Iman dan Ma’rifat justru percaya itu harus disertai tahunya (Mengerti) agar Kepercayaan kita tidak membuta tetapi katanya ber Iman kepada Allah bila ditanya tahu saja tidak, ini tahu namanya dan apakah kiranya sama kepercayaan yang dilakukan oleh Agama Budha, Agama Kristen, kepercayaan Agama Lainnya? Apabila ditanya apakah engkau percaya kepada Allah ? Ngaji, percaya sebab ada buktinya ialah langit dan bumi ini maka ngaji percaya dan sama kiranya kepercayaan kita umat yang mengaku beragama Islam ? dan cobalah anda pikirkan baik-baik. Janganlah Guru bilang begini percaya begitu saja. Kita Manusia yang cukup dianugerahi Allah Akal dan Pikiran yang sangat sempurna hendaklah digunakanlah, manfaatkanlah apa-apa yang diberikan Allah kepada Manusia, janganlah kepercayaan kita terbatas hanya kata-kata beriman saja. Atau melihat bikinan Allah...Langit dan Bumi saja, dengan adanya Matahari, Bulan dan Bintang dan lain-lainnya, memang ada perbedaan-perbedaannya cara Agama Islam dengan Agama lain, Agama Islam itu ada rukun-rukunnya Sholat, Zakat, Puasa dan Pergi Haji juga. Agama Islam itu ada Sembahyangnya ada sosialnya, mungkin lain kata-katanya saja karena semua Agama yang ada dimuka Bumi ini menyuruh pelaku-pelakunya berbuat baik, diperintahkan banyak-banyak beramal kepada sesamanya dimuka bumi ini, bukan Islam saja mengajurkan bahwa Umat Islam pelaku-pelakunya supaya banyak beramal, tetapi kita perhatikan, dikatakan oleh Ajaran Islam (satu) Agama Islamlah yang diredoi Allah dan Agama Islam yang paling tinggi dari semua Agama-Agama yang lain tetapi apabila melihat kenyataan Kepercayaan terhadap Allah sama anda bilang Tuhan Yang Maha Esa, ada Gusti Allah, ada Tuhan Allah dan macam-macam lagi justru janganlah mengaku yang paling benar dan paling tinggi, cobalah anda tanyakan pada diri sendiri (masing-masing) agar kita dapat menyakinkan atas Ketinggian dan Kebenaran Agama Islam itu.

Marilah kita perhatikan firman Allah dalam surat Al Maa-idah (surat 5 ayat 3) yang berbunyi sebagai berikut :
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ دِينًا
Bahasa Indonesianya :
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu Agama-mu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridoi Islam itu jadi agama bagimu. Nah apabila Allah sendiri telah menyatakan demikian tadi jelas Agama Islam mempunyai kelainan, ketinggian, kebenaran pula sempurnanya, sudah tentu kita harus berpikir sempurna dan pula tentu kita harus bisa membuktikan ketinggian Agama Islam yang telah diredhokan itu bukan sekedar dibaca dalam Kitab saja tetapi harus bisa membuktikan dalam Diri Pribadi masing-masing (sendiri) baru dapat sesuai dengan apa yang diajarkan Islam yang disabdakan Rasullullah :
”Al Insana Sirihie Wa’Siruhuu”
Bahasa Indonesianya :
Rasamu Hai Muhamad adalah Rasa-Ku kata Allah dan Rasa Allah adalah rasanya Muhammad, Pengetahuan Allah, pengetahuan Muhammad Allah Tahu, justru itulah sebabnya menyakiti hati orang lain sama dengan menyakiti diri sendiri atau membeci Manusia/sesama Insan sama dengan membenci Allah, mengasihi kepada semua Machluk sama dengan ta’at dan patuh kepada Allah, karena Allah berfirman disurat Al-Djin (surat 72 ayat 28) yang berbunyi adalah sebagai berikut:
وَأَحَاطَ بِمَا لَدَيْهِمْ وَأَحْصَى كُلَّ شَيْءٍ عَدَدًا
Bahasa Indonesianya :
Sedang (sebenarnya) ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu.

Para Ulama menjelaskan dengan Bahasa Indonesianya : sesungguhnya Allah Ta’ala itu menepati apa yang ada pada Manusia (pada kita). Kalau begitu halnya yang berarti bahwa sebenarnya Manusia berada dalam Allah (karena diliputi olehnya) dapat pula diperhatikan apa-apa yang kita lihat dengan mata maupun yang tidak bisa dilihat oleh mata apakah yang tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi sekalipun yang paling bawah dan paling atas bisa disebut Allah namanya, jadi kedudukan Manusia sendiri dapat diartikan adalah sebagai Kerangka daripada Allah Ta’ala, untuk membuktikan bahwa Allah itu adalah Kuasa, Allah dan lain-lain dan sekaligus untuk melaksanakan kehendak Allah itu sendiri agar dapat lebih meyakinkan kebenarannya cobalah kita perhatikan ayat-ayat lain yang tertera dibawah ini.
”Illa Haqqa Billa Haqqin Illa Haqqin Billa Haqqa”
Bahasa Indonesianya :
Haknya Allah adalah Hak Muhammad, Hak Muhammad adalah Hak Allah, Rahasia Allah Muhammad tahu Rahasia Muhammad Allah Tahu, Pengetahuan Allah adalah Pengetahuan Muhammad, Pengetahuan Muhammad adalah Pengetahuan Allah. Dan tidak mungkin Dzat tanpa Sifat, adanya Sifat dan tidak mungkin adanya sifat tanpa adanya ayat dan sifat itu tidak dipisah-pisahkan justru dikatakan oleh pengerti-pengerti di Jaman dahulu, sesungguhnya kata Allah, Aku ini bukanlah kamu, tetapi sesungguhnya kamu adalah Aku, kata Allah. Cobalah penjelasan ini pandanglah Semesta Alam ini banyak pasti yang tidak tahu (lenyap). Maka sangat penting bagi kita Umat Islam agar tidak terlalu jauh menyimpang atau tidak ragu dalam mengimankan kepada adanya Allah SWT. Dengan sifat-sifat dan pengertiannya yang akan dapat membawa kita keberhasilan Usaha kita bersama mengemban Tugas Hidup yang diamanatkan oleh Allah pencipta Alam ini, sehiingga kita dapat mempertanggungjawabkan kepada yang mengutus kita semua umat Manusia dimuka Bumi ini.

Saudara-saudara para Warga ”Kekeluargaan” dan para simpatisan yang budiman marilah kita lanjutkan dengan penjelasan tentang Kejadian Unsur-Unsur yang ada dalam tubuh Manusia.
  1. Unsur Bumi, dinyatakan jadi Kulit dan Bulu Manusia,
  2. Unsur Api, dinyatakan jadi Darah dan Daging Manusia,
  3. Unsur Air, dinyatakan jadi Urat Balung-balung dan Tulang-tulang Manusia,
  4. Unsur Angin, dinyatakan jadi Sumsum dan Otot-otot Manusia.
Dengan suatu Kekuasaan Allah SWT dijadikannya segala sesuatunya dengan Dasar-dasar yang kuat bahwasanya Muhammad itu adalah Cahaya yang Empat rupa itu yang Nur-nya tersebut yang mewujudkan adanya lapad-lapad.
  1. Cahaya Hitam, jadi Perwujudan Lapad Mim Awal,
  2. Cahaya Putih, jadi Perwujudan lapad Ha,
  3. Cahaya Kuning, jadi Peerwujudan lapad Mim Akhir,
  4. Cahaya Merah, jadi Perwujudan Lapad Dal,
  5. Johar Awal, jadi Perwujudan Tasdjid.
Demikianlah perincian, apabila kita melihat kenyataan dari pada lapad Muhammad
Atau sebaliknya daripada lapad Allah. Mim Awal, wujudnya lapad kepala Muhammad, lapad Ha, jadi Dadanya Muhammad, Mim Akhir, jadi Ugel Muhammad dan lapad Dal, jadinya Kaki Muhammad, secara keseluruhan jadi bentuk (perwujudan) tetapi belum bisa bergerak (usik) atau masih jadi patung kemudian diberikan (dibuatkan) lubang Hidung, lubang Mata, lubang-lubang lainnya, kemudian barulah dimasukan Roch Allah, setelah itu barulah mempunyai Rasa dan bisa ngucap (ngomong) ada suaranya dan tersebutlah kata-kata Nama Adam, ditinjau dari kacamata Qodir ialah dinamakan Jagat Sugir, tetapi apabila Alam Semesta ini bisa dikatakan Jagat, pada hakekatnya bahwa Manusia itu terjadi adalah pembekuan Cahaya yang Empat Rupa itu, maka dinamakan Manusia sudah tidak bercahaya lagi, bahwa Jagat Sugir akan mengalami Kerusakan juga, sudah tidak ada kekuatan lagi, cobalah anda perhatikan bahwa Kulit cepat keriput (kempot), jelek dan sebagainya. Demikian pula Jagat Kabiir Alam Semesta ini (kekuatannya itu karena masih diliputi cahaya sinarnya) Nur Muhammad. Mungkin juga nantinya bisa Alam ini tercapai seperti Manusia, rusak... apabila cahaya Matahari dan Bulan sudah tidak bersinar lagi, tentu suatu tanda akan kerusakan-kerusakan Alam ini...tidak mustahil bukan...? Kalau Api...tadi tinggal panasnya Bumi hanya tinggal gelapnya, Angin...tinggal hawanya, Air...tinggal dinginnya. Siapakah gerangan yang akan menghuni tempat itu ? sebab itu diartikan Neraka namanya karena didalam Al Qur’an telah diterangkan Iblis dan setan yang durhaka yang menepati Neraka itu juga Manusia-manusia yang pada hidupnya menjadi pengikut-pengikut iblis dan setanlah yang pasti mendiami ”Nauzu Billah Minzalik” jangan sampai teman kawan sahabat kerabatpun tidak masuk tersebut didalamnya, menjadi penghuni Neraka tersebut bersama setan terkutuk itu. Saudara-saudara marilah kita sekarang kembali kepada soal Adam Alaihi Salam yang telah dijelaskan tentang Asal/Kejadiannya, Adam pada kenyataannya juga daripada unsur-unsur Api dan Bumi yang diolah sedemikian rupa, apabila kita melihat itu semua tidak lepas dari apa yang ada sekarang ini karena tidak mungkin pohon-pohon besar dan kecil tumbuh-tumbuhan dan berkembang tanpa Bumi atau unsur 4 tadi, jadi semuanya membutuhkan Air, Angin, Tanah dan Panas Matahari sebab pohon-pohon pun membutuhkan gerak-gerakan, pukulan-pukulan Angin dan lain-lainnya, sebagai contoh dapat dibuktikan Badan seseorang itu lemah kurus, tetapi kalau ia sering berlatih Gerak (sport) secara Intensif sudah pasti lama kelamaan akan berubah menjadi Segar, Gemuk, Sehat dan Kuat adanya, begitu pula pohon-pohonan karena membutuhkan gerak-gerakan itulah sehingga besar dan berarti, bermanfaat pohon terebut kepada Manusia (machluk-machluk lainnya) diatas Bumi ini. Apabila kita perhatikan secara Hakekat baik itu pohonnya sendiri maupun buahnya jelas berasal daripada zat-zat yang 4 tadi yang kemudian yang dipakai masak kayunya dan dimakan buahnya, sudah terdapat unsur tadi sebagai penunjang dari kehidupan Manusia itu sendiri, bahkan kitapun sangat Potensial bagi perkembangan tubuh Manusia (kita) dan cukup kiranya penjelasan tentang kejadian Adam dan unsur-unsurnya penunjang dari pertumbuhan Manusia yang dapat membawa pembiakan Manusia seluruh Dunia ini. Sebagaimana kita ketahui bahwa Manusia hanya berasal dari sepasang Merpati ialah Adam dan Hawa, tetapi kini telah menjadi milyaran Manusia, ini adalah disebabkan Manusia-manusia itu hidup memakan makanan-makanan yang mengandung 4 (empat) Dzat tadi, nah marilah kita renungkan baik-baik agar kita tidak terlalu gegabah sesama Insan yang ada dimuka Bumi ini. Karena bagaimanapun juga bahwa kita berasal dari yang Satu ialah dari Allah SWT yang telah diterangkan oleh Ajaran Agama Islam bahwa sesungguhnya Manusia itu berasal daripada Allah dan kembali kepada Allah lagi, ini adalah suatu bukti bahwa Agama Islam mempunyai pengertian yang sangat dalam dan luhur, karenanya kita mau mengakui bahwa kita asalnya dari Allah, Rasullulah. Saudara-saudara Warga ”Kekeluargaan” dan para pembaca yang saya cintai untuk dapat menyelusuri perbedaan-perbedaan antara Agama Islam dengan Agama yang lain, apakah yang menjadi kenyataannya bahwa Islam itu adalah lebih tinggi dan sempurna, marilah kita perhatikan; bahwasanya Agama Islam itu dianjurkan untuk lebih dekat dan mengenal kepada Allah SWT, oleh karena dijelaskan oleh Ajaran sifat Dua Puluh. Bahwa tidak Sifatnya Allah Ta’ala, justru itulah yang menjadi sebab bahwa Muhammad saw adalah disebut Penghulu Rasul. Pernah menceritakan pada zaman para Wali : ialah Wali Syarif Hidayatullah atau Wali Kutub pada waktu Mi’radj ia bisa bertemu dengan Hakekat Nabi Muhammad saw, tetapi mengapakah kita sekarang ini tidak bisa ? sedangkan Islam yang sekarang adalah Agama Islam yang dahulu juga ? cobalah anda renungkan baik-baik. Dan marilah bertanya pada Diri kita masing-masing, apakah sebabnya Nabi Muhammad saw disebut Babunya Roch dan Penghulu Rasul itu ? dan pula bahwa Agama Islam itu lebih tinggi dan sempurna dari Agama-agama lainnya ? justru Agama Islam itu diwajibkan Ma’rifat kepada yang di sembah, ialah bukti dan kenyataannya Nabi Muhammad saw, bisa Mirajd ke Sidratul Muntaha dan pula dijelaskan oleh Wali Syarif Hidayatullah pada waktu beliau Mirajd, bertemu dengan Hakekat Nabi Besar Muhammad saw yang dikatakannya Johar Awal yang artinya bertemu dengan yang disebut Maha Suci, dengan kata lain ialah Sejatining Hidup/Sejatinya Sahadat, inilah yang dikatakan suatu Perpaduan antara Dzat dengan Sifat-sifatnya yang Maha Suci.

Jadi biarpun kita hanya umpama bisa bertemu dengan Hakekatnya para Wali-wali Allah sudah barang tentu kita diteruskan dan akan jadi ikut tahu juga kepada Hakekatnya Nabi Besar Muhammad SAW, itu insyaallah mudah-mudahan kita diakui menjadi umatnya Rasullullah, sudah sendirinya diselamatkan baik didunia maupun di akherat nanti dengan Kesucian Diri dan Keredhoaannya Allah SWT, jadi apabila kita belum mengerti atau tahu serta yakin kepada Rasullullah, lebih-lebih kepada Hakekatnya, tentunya belumlah Syah pengakuan kita itu, atau sebagai pengikutnya agar kita tidak jadi setan aku-aku karenanya Ilmu ada Rukun-rukunnya sebab barulah dianggap syah membaca Syahadat itu apabila kita telah mengenal dan tahu apa yang disebutnya, hal tersebut telah diterangkan Al Qur’annul Karim, lebih dahulu harus menetapkan Dzat dan Sifatnya Allah Ta’ala dan menetapkan dulu Asmanya serta menetapkan Ap’alnya Allah Ta’ala dengan sungguh-sungguh sidik kepada Allah dan Rasulnya.

Demikianlah syahnya kita membaca Syahadat, karena kita lebih dahulu disuruh benar Membersihkan Kotoran yang ada dalam Diri Kita masing-masing, terutama dihadapan Allah dan Rasulnya, bagaimana kita bisa mengucapkan beriman kepada Allah jikalau kita belum mengenalnya, bagaimana pula kita bisa Ma’rifatnya bisa menetap, karena musti tahu dahulu barang-barangnya (rasanya) bukti kita rasakan barulah tepat membaca Syahadatnya bukan hanya sekedar diucapkan saja/dibaca saja.

Kalau seumpama sekedar menyebut atau membaca Syahadat cukup begitu saja sudah syah, anak-anak kecilpun bisa/lancar dan gamblang terpengaruhnya oleh karena hal tersebut diwajibkan tahunya serta mengerti, apabila tidak demikian bisa-bisa dengan pandai menyebut sesuatu benda/barang tetapi apabila ditanyakan kaya apa barang tersebut tidak kenal atau tahu, akan percuma saja buka?

Dan pula apabila boleh diumpamakan seperti membaca program film, ceritanya ramai dan lucu, hebat dan menegangkan, tetapi hanya membaca ceritanya tetapi tidak melihat langsung. Tidak mungkin akan nikmat, seandainya tidak kita membaca ceritanya, namun kita langsung nonton, melihat perwujudan peragaan tentu saja lebih nikmat bukan rasanya, walaupun tanpa membaca ceritanya itu, cobalah anda renungkan dan pertimbangkan baik-baik jadi agar Iman yang kita gunakan/terapkan dalam hati kita bukan sekedar dapat dengar dari Guru atau Ustadz maupun dari Kitab. Sama saja tentu akan lebih afdol kita sendirilah yang mengetahui serta merasakannya juga, bukti yang kita alami yang sudah barang tentu akan lebih mantap.!

Saudara-saudara para pembaca yang budiman marilah kita bersama-sama kejalan itu, agar jangan sampai kita keterlaluan dalam mengemban amanat Hidup didunia ini, bagi anda yang mempelajari Al Qur’an (atau mengaji) dan yang hanya sekedar mendengar saja dari kitab-kitab, hendaklah jangan cepat-cepat meremehkan orang ataupun cepat tidak percaya dengan apa yang dirasakan aneh itu. Lebih-lebih dengan menjelek-jelekan pendapat orang lain dengan begitu saja, sedangkan dia sendiri belum tahu persis apa yang orang itu pelajari, oleh karena Manusia-manusia dijaman sekarang sudah terlalu tinggi Ilmu Pengetahuan juga amat kritis cara berpikirnya, sebab orang-orang sekarang sudah tidak mau dibohongi begitu saja (dibodoh-bodohin) dalam segala hal ia percaya sesuatu harus dengan kenyataan, karena Ajaran Islam bukan Khayalan, sesungguhnya Realitas Ilmu Islam.

Sangat jelas segalanya dapat diwujudkan melalui Ilmu, dapat membuktikan yang Asal belum ada, kini telah diadakan oleh Pengetahuan mutahir karena ini semua sudah menjadi kehendak Allah Rabul Alamin yang tadinya bodoh kini pintar, cobalah anda perhatikan bahwa Ilmu Rasulullah ada tingkatannya.
  1. Ilmu Syariat,  
  2. Ilmu Tarikat,  
  3. Ilmu Hakekat,
  4. Ilmu Ma’rifat.
Sebab pada dewasa ini Ilmu, kenyataan yang sedang dikejar orang-orang sedang giat berusaha mendekati Allah dan Rasulullah.
”Wabudu Robbaqqa Hattaya Tiayakaiyakin”
Bahasa Indonesianya :
Menyembah kepada Allah harus sidik, artinya benar jujur serta yakin supaya syah Dzatnya dan supaya syah Sifatnya. Maksud dari ajaran Al Qur’an supaya para pembacanya benar-benar dapat menikmati apa-apa yang terkandung didalam Al Qur’an tersebut bukan hanya sekedar dibaca, agar para pembaca dapat merasakan Kebesaran Allah yang sehingga tiada terasa dirinya terpisahkan kepada Allah SWT dan Rasulnya, dimana kita sidah merasa tidak terpisah lagi kepada Allah dan Rasulullah sudah tidak mungkin Manusia (kita itu), akan mempunyai hati yang jelek apalagi berbuat yang tidak-tidak sehingga merugikan orang lain (sesamanya) sudah pasti dia akan merasa malu. Sebab dia merasa telah segalang-segulung dengan Allah Ta’ala siang maupun malam, jangan sampai ia mau berbuat sesuatu yang jahat kepada sesamanya. Baru niat saja Allah tahu dan tiada tersembunyi dihadapan Allah sudah tentu segala tingkah laku kita menjauhkan diri dari sifat-sifat sombong, takabur, menghina dan sebagainya.

Karena dirinya sendiri merasa tidak bisa apa-apa keluarpun juga dari tempat yang hina, jelas baginya tidak ada kekuasaan apa, bahkan dia menyatakan sendiri tidak punya daya upaya selain Allah, istilah kata, ia menerima rejekipun berkat pertolongan Allah (dengan Qodratnya) dan apabila Manusia-manusia itu masih saja tidak mau merobah sifat tercela apakah sirik pidik kepada sesamanya, jelas bahwa Manusia itu tidak punya malu dan tidak berterima kasih sekaligus tidak tahu diri namanya. Apakah kiranya anda pembaca tergolong orang-orang semacam itu ?. Nau’udu Minjalik, nah sekalipun itu Manusia-manusianya disebut santri, ulama, kiyai kalau ia belum merasa dekat bersama-sama Allah SWT sudah pasti disadari atau tidak ia akan melakukan (mengerjakan hal-hal yang tercela/dilarang oleh hukum-hukum Islam).

Karena sikap sombong dan takabur sudah pasti dilakukan sebab kadang-kadang ia suka mencela orang lain bahwa dirinya yang paling benar atau taqwa kepada Allah Ta’ala, bahwa sesungguhnya ia tidak sadar telah memperkosa Hak Allah Ta’ala, dan para pembaca jauhilah ucapan-ucapan yang dapat menyinggung perasaan orang lain lebih-lebih si anu kapir, si anu kupur, si anu munafik, ingkar dan sebagainya jelas bahwa orang yang demikian itu sama dengan diucapkan olehnya sendiri, karena ajaran Agama Islam paling tinggi dan sempurna, sampai-sampai Al Qur’an menjelaskan siapa Manusia yang menyalahkan orang lain sesungguhnya dialah yang paling salah.

Saudara-saudara warga ”Kekeluargaan” dan para pembaca yang budiman, adapun tentang si A dan si B itu adalah Munafik, ingkar dan sebagainya. Itu adalah urusan Allah Subhanallah Wata’ala yang menentukan, sebab kita semua ini pada kenyataannya mengaku beragama hanya sekedar mengikuti yang telah ada saja. Mungkin kita takut, kalau-kalau dikatakan kafir pada hal kita semua mungkin saja karena Buyut kita Agama Islam terus kita ngaku saja Agama Islam juga, tidak tahu apa yang disebut Islam ?. Begitu pula orang-orang yang Agamanya lain tidak mungkin anak dan cucunya dibawa kelanggar / Mesjid, cobalah kita renungkan sama-sama.

Dan selanjutnya marilah kita melihat firman Allah didalam Al Qur’an surat Ath Thalaaq (surat 65 ayat 3) yang berbunyi sebagai berikut :

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرً
Bahasa Indonesianya :
Siapa-siapa yang bertawakal / menyerahkan Diri Kepada Allah Ta’ala, maka Allah akan mencukupinya sesungguhnya Allah menyampaikan urusan yang dikehendakinya. Allah menjadi Qodar aturan yang tentu demikian tentang makna yang terkandung didalamnya, nah marilah kita sama-sama memperhatikan apa yang telah digambarkan oleh ayat-ayat tersebut diatas agar hendaknya kita mengerti dan tahu. Apa yang sebenarnya disebut Islam tadi karena ada hakekatnya, pengertian Islam itu sendiri adalah Suci ? artinya bersih tidak terdapat tanda-tanda dan noda, jadi sulit digambarkannya saking bersihnya dan kini kita lihat apakah yang akan menjadi kotor-kotoran didalam diri kita masing-masing untuk sukarnya kita ini mengaku Islam paling sempurna, sebab kita selalu dikuasai oleh hawa nafsu yang tidak baik, yang membuat kita sulit, juga apabila tidak punya nafsu tentunya dunia pun tidak berkembang. Tetapi sudah sangat beruntung sekali apabila kita bisa menghilangkan sifat-sifat sirik, picik dan hasut kepada sesamanya karna perbuatan-perbuatan yang semacam itu yang mungkin menutupi perintah Allah.

Sebab pada sebenarnya Islam cuma satu (suci) tidak ada dua atau tiga, satu-satunya pun Ghoib lagi karenanya itu adalah sifat Nur.

Kira-kira demikianlah yang tidak dihinggapi hawa nafsu, sabar pada waktu kita berada didalam Nur, tidak mempunyai keinginan apa-apa itulah yang diartikan namanya secara umum yang disebut Rasulullah, jadi kedudukan Manusia (kita ini) tidak kebagian pangkat Islam, yang ada hanya sekedar umat saja. Tetapi sungguhpun demikian yang mendapat titel umat pun sedikit sekali mungkin tidak satu dalam seribu karena tidak semudah yang kita ucapkan, sebab kita diwajibkan lebih dahulu Mengenal Hakekatnya Nabi Muhammad saw / Rasulullah tapi kebanyakannya orang hanya mengaku-ngaku saja Islam, sesungguhnya ia sendiri belum tahu apa itu Islam didalam Rukun Islam. Kita diwajibkan berziarah ke Baittulllah dan agar mengenal hakekatnya kemakam Rasulullah agar dapat Keredoan Allah SWT yang ada didalam Diri kita sendiri, sebagaimana diterangkan sabda Rasulullah yang berbunyi :
”Qullu Umatin Warusulluh”
Bahasa Indonesianya :
Seluruh Umat Manusia yang ada Disemesta Alam ini ketetapan Rasulullah yaitu Rasanya Allah. Bukankah hal tersebut sangat wajib sekali, kita sama-sama untuk mengetahui serta kita sama-sama mengenal yang disebut Hakekatnya Rasulullah yang berada didalam Diri Kita sendiri.?

Seandainya kita ini belum mampu berjiarah ke Mekah maupun Madinah karena mungkin banyak faktor yang belum dapat kita penuhi yang utama ialah mungkin faktor ekonomi yang belum kita dapat kesana. Apabila demikian apakah tidak yang lebih baik jika kalau kita dari sekarang telah mengenal dan mengerti sendiri apa-apa yang ada pada Diri anda masing-masing yang berarti, mengurangi nilai-nilai yang telah ditentukan dengan Ajaran Agama Islam yang dijelaskan berdasarkan ayat-ayat sabda Nabi tersebut diatas, mengingat disamping itu bahwa kita umat yang beragama Islam diwajibkan untuk memenuhi Rukun Islam ke 5 (lima) mengerjakan Ibadah justru sangat perlu sekali. Untuk dilaksanakan apabila kita ketahui bahwa Haji dibuat 2 (dua) macam yaitu Haji Ma’jaji dan Haji Hakiki.
Dan bagaimanakah cara pelaksanaannya yang disebut Haji Ma’jaji itu yaitu:
  1. Orang-orang yang telah cukup syarat-syaratnya terutama Keuangan,
  2. Ilmunya,
  3. Kesehatan Tubuhnya.
Adapun yang disebut Haji Hakiki itu, ialah yang dapat mencari Haknya atas pribadinya sendiri yang telah diberi petunjuk oleh Ajaran Agama Islam dalam Al Qur’annul Karim dan Kitab-Kitabnya yang berarti bahwa orang-orang tersebut telah berusaha mengenal kepada Hakekat Muhammad saw (dan Hakekatnya Baittullah) yang didalam dirinya sendiri (masing-masing) karena sebenarnya bahwa Rasulullah itu tiada mati yang meninggal itu Nabi Muhammad saw, sebab kalau Rasulullah itu mati sudah barang tentunya Dirinya pun jelas juga tidak ada lagi, sebab pada jaman Wali Allah Syarif Hidayatullah Mi’radj beliau masih bisa bertemu dengan Hakekatnya Rasulullah, mengapakah kita umat-umat yang beragama Islam tidak bisa, sedangkan kita ini adalah penerus-penerusnya yang kuat dan khusuk dalam menjalankan Ibadahnya, akan bertemu seperti dijelaskan Wali Kutub / Syarif Hidayatullah, Wajibkah kiranya mencari tahu dan melaksanakan itu karena kita semua adalah calon-calon untuk pulang ke Alam Asal tadi, betapa pentingnya bukan ?!.

Cobalah anda ingat-ingat dulu dan marilah kita perhatikan baik-baik penjelasan tentang ketentuan yang disebut Umat Rasulullah yang dipandang dari sudut / segi Syariat dan Hakekatnya yaitu mempunyai hak-haknya sendiri ialah ada 4 (empat) rupa yang disebut Sahabat:
  1. Sahabat Abu Bakar,
  2. Sahabat Umar,
  3. Sahabat Usman,
  4. Sahabat Ali.
Dan Sahabat-sahabat tersebut diatas yang 4 (empat) tadi, selalu segalang segulung dengan Rasulullah baik siang atau malam, maka ialah yang dikatakan Sahabatnya dan pula Rasulullah / Nabi Muhammad saw telah meninggal Dunia yang berarti yang meninggalnya itu ialah Ma’jajinya atau Jasmaninya atau Perwujudannya saja, namun Hakekatnya tentunya tetap. Adanya yaitu dalam Tubuh Manusia, oleh karena diterangkan dalam Hadist Rasulullah Hakekat daripada Nabi Muhammad saw itu adalah di Diri masing-masing. Marilah kita renungkan sejenak yang disebutkan diatas tadi dan Kejadian-kejadian atas Diri kita ialah:
  1. Hakekatnya Sahabat Abu Bakar, bukti dan kenyataannya ialah jadi Penglihatan,
  2. Hakekatnya Sahabat Umar, bukti dan kenyataannya ialah jadi Pendengaran/Telinga,
  3. Hakekatnya Sahabat Usman, bukti dan kenyataannya ialah jadi Pengucapan/Mulut,
  4. Hakekatnya Sahabat Ali, bukti dan kenyataannya ialah jadi Pembauan/Hidung.
Adapun yang bersifat Penglihatan, Pendengaran, Pengucapan maupun Pembauan itu semua adalah merupakan Ghoib. Tidak ada wujudnya, itupun adalah Hakekatnya daripada Sahabat-sahabat tersebut diatas, justru Sahabat yang 4 (empat) tadi perlu kita ketahui apa dan siapa yang sebenarnya, begitu pula Hakekatnya Nabi Muhammad saw. Hendaknya harus menjadi satu, dan harus bisa pula merasa bersama-sama baik siang maupun malam dengan yang disebut Rasulullah, dimana para Sahabat-sahabat tadi tidak lagi merasa berpisah dengan Rasulullah, barulah kita dapat diakui sebagai umatnya dan apabila telah mendapat pengakuan menjadi umatnya sudah barang tentu akan sempurnalah Agama dan Imannya, yang dilaksanakan itu, dan barulah kita akan dihadapkan kepada Allah SWT, yang disebut Maha Suci. Dan apabila dari mulai sekarang ini kita mau mengenal Rasulullah, juga tidak kita merasa menjadi satu selama kita masih di Alam Dunia ini, sudah dengan sendirinya kelak di Akherat tetap tidak kenal atau tetap saja berpisah dan tidak salah lagi atau pasti nyawa kita Roch si Manusia tadi kembali lagi ke Alam Dunia atau dengan titis menitis ke Alam Fana, artinya Marakayangan bisa mewujudkan dirinya, ialah menjadi setan yang kadang-kadang menggangu Manusia-manusia yang tidak beriman kepada Allah SWT, ada kemungkinan bisa masuk keraga hewan-hewan dan masuk kebenda-benda yang bisa rusak juga, celakalah/sesatlah orang-orang yang demikian tadi.

Saudara-saudara para warga ”Kekeluargaan” dan para pembaca tercinta, marilah kita sama-sama berusaha menyempurnakan Iman Islam kita bisa sesuai dengan firman Allah yang berbunyi sebagai berikut :
”Walladzi Nafsihi Biyadihi Layu’minun Ahadukum Yuhibah Li’achsih Mayuhibul Lil Nafsihi”
Bahasa Indonesianya :
Demi Allah tidaklah sempurna Iman Islam seseorang (hamba) apabila ia tidak mencintai atau menyayangi sesama Manusia (insan) sebagaimana ia mencintai serta menyayangi dirinya sendiri. Sudahkah anda laksanakan ataupun anda penuhi apa yang telah digariskan oleh ayat tersebut diatas ? sudah bukan membacanya, cobalah pikirkan dan renungkan baik-baik.

Dan marilah kita teruskan lagi dengan melihat firman / ayat yang lain agar kita masing-masing menjadi lebih mengerti perintah-perintah Agama yang diberikan kepada kita sekalian, tentu kita banyak prihatin akan ayat-ayat tersebut bahkan sangat wajib dilaksanakan bukan sekedar dilagu-lagukan, hendaknya benar-benar diperhatikan seperti ayat berikut ini :
”Wal Qodri Khoiri Wassarih Minnallahi Ta’ala”
Bahasa Indonesianya :
Untung baik dan nasib buruk adalah sudah ditentukan oleh Allah, nah bagaimanakah fikiran anda ? sudah benar-benar anda Imankan !, agar jangan sampai murtad atau sampai keliru sebaik kita cari dulu pengertiannya yang sehingga tidaklah begitu saja kita telah apa yang telah disunnahkan oleh ayat tersebut diatas, karena hal mana menyangkut tentang Kehidupan Manusia di Alam Semesta ini, memang kita percaya bahwa susah dan senang itu ada, dan yang merasakannya ialah tentunya Manusia (kita bukan) mengingat bahwa Rasulullah menganjurkan pada umat Islam untuk menuntut Ilmu walau sampai ke negeri asing sekalipun, jadi bisa ditarik kesimpulan pada kebanyakan orang (umum) yang susah itu adalah orang yang tidak berilmu, apabila demikian halnya penderitaan dan kebahagian itu ditentukan pula oleh Ilmu yang diperoleh.

Dijaman sekarang ini, manusia-manusianya pintar-pintar (maju-maju sesuai dengan anjuran Rasulullah itu agar kita terhindar dari nasib buruk / penderitaan). Hal-hal tersebut oleh anda dapat direnungkan, yang sehingga Iman dan Islam anda tidak mudah begitu saja menerimanya karena ingat bahwa kita Manusia telah dianugerahkan Akal dan Pikiran yang sempurna (sehat) oleh Allah SWT.
”Talabul Ilmih Faridotun Alaquli Muslim”
Bahasa Indonesianya :
Apakah maksud dan tujuan Rasulullah itu menyuruh umat Islam menuntut Ilmu, sudah tentu akan mempunyai Arti dan Makna yang cukup luas.

Karena ia telah mengerti bahwa menuju Kebahagian itu harus dengan Ilmu dan untuk mengolah yang asalnya tidak ada menjadi ada, anda tentunya harus dengan Ilmu, cobalah anda perhatikan Sifat Allah yang Dua Puluh, apakah artinya Qidam Sifat Allah, Qidam ialah tidak ada permulaan dan tidak dan penghabisan. Jadi apabila Allah telah menyediakan segala keperluan untuk Manusia, apakah kiranya datang atau jadi dengan sendirinya ??? tentu jelasnya membutuhkan Akal dan Pikiran (pengolahan) yaitu Ilmu-ilmu, contoh dekat sekali umpamanya minyak tanah yang sehari-hari kita pergunakan untuk memasak dsbnya. Memang disediakan oleh Allah, dari sejak awal dunia ini ada tetapi apakah bisa digunakan itu tanpa diolah lebih dahulu, jadi kita percaya bahwa Kekayaan Bangsa Indonesia yang disediakan oleh Allah SWT baik diangkasanya dan kekayaan yang ada didalam bumi Indonesia cukup, yang ini memberi kesejahtraan hidup bangsa Indonesia, itu sudah melaksanakan / bisa melaksanakan sendiri mengolah kekayaan bumi kita, mungkin 4 X lipat kemegahannya membangun bangsa negara manapun Agamanya, tetapi karena kebanyakan bangsa kita masih berdiam cara berpikirnya di 8 juta tahun yang lalu, maka marilah terutama kaum penerus pembangunan-pembangunan Agama Islam bangkitlah dan pikirkanlah tujuan Agama Islam, tidak lain ialah mencapai Kemenangan Lahir Bathin, Dunia dan Akhirat. Hal-hal tersebut tidak datang serta merta begitu saja, harus dengan perjuangan yang gigih sebagai realisasi pengabdian diri kita terhadap semua Insan.

Sekaligus taat patuh kepada Yang Maha Kaya dan Bijaksana, maka oleh sebab apa yang telah saya uraikan diatas sebagai bahan pemikiran anda untuk lebih meyakinkan keimanan anda, dan tidak hanya sekedar percaya yang membabi buta, sebab saya yakin siapa saja apabila ia mengalami Kesusahan / Penderitaan serta tidak mau atau mengomel dalam hatinya. Bagaimana dengan ayat tersebut diatas ? renungkanlah !!!!.

Saudara-saudara para warga ”Kekeluargaan” dan para simpatisan yang budiman, masih kita telusuri ayat-ayat lain yang kiranya dapat memberi kemantapan Iman yang seperti tertera dibawah ini:
”Alaikum Bisshidiq Fainnashi Diq Illalbiri Birri Yahdiy Illaljannaty”
Bahasa Indonesianya :
Hendaklah anda Berkata Benar oleh karena Kebenaran itu membawa Kebaikan, itulah membawa ke Surga / Kebahagian dan jauhilah perkataan-perkataan yang berdusta yang tidak ada gunanya, justru dusta dan berbohong itu adalah membawa Kejahatan, Kejahatan itu sendiri menuju ke Neraka.

Demikianlah ayat tersebut diatas telah menjelaskan kepada kita, apakah kiranya masih belum kita sadari, tentunya bagi kita disuruh berfikir apabila kita merasa telah beriman kepada Al Qur’an, sudah pasti kita akan yakin bahasa apa yang dikatakan oleh ayat tersebut tidak ada yang akan membantahnya sudah barang tentu maksudnya agar kita tidak berkata yang kita sendiri belum tahu / belum merasakan, itupun juga termasuk golongan yang berdusta (bohong) lebih-lebih berkata-kata seenak-enaknya saja, menuduh orang itu kerjanya begitu dan orang itu membuatnya begini, itupun tergolong jahat.

Apabila hal-hal demikian secara tidak langsung, anda sadari mengucapkannya tentu anda memilih tempat yang paling bawah atau Neraka, jadi apapun yang anda lakukan apabila anda belum tahu atau belum merasakan sendiri janganlah berpura-pura seperti sudah mengerti...hukumnya dosa. Justru Kitab yang ditentukan sebagai petunjuk bukan sekedar dibaca. Hendaklah dihayati sehingga keimanan kita tidak semata-mata dari Kitab saja, harus dengan buktinya yang langsung kita merasakannya / mengetahuinya sendiri.

Dan marilah kita lanjutkan terus dengan memperhatikan firman Allah yang lainnya yang ada sebagai berikut : Surat Yassin (surat 36 ayat 82).
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
Bahasa Indonesianya :
Apabila Allah menghendaki sesuatu hanyalah dengan perintahnya maka terjadilah, dia cukup dengan sekali perkataan terciptalah apa-apa yang ia kehendaki, itulah yang disebut Sifat Maha Kuasa dan Maha Menentukan, tentu dapat membuktikan segala yang ia rencanakan apabila perlu Manusia bisa merubah menjadi Hewan / atau lain-lainnya. Maka hendaknya hati-hatilah dengan Niat dan Perbuatan Anda Sendiri.

Saudara-saudara para warga ”Kekeluargaan” dan para pembaca yang terhormat, setelah kita sama-sama memperhatikan ayat demi ayat beserta penjelasannya yang kiranya dapat kita jadikan bahan untuk kita simpulkan apa-apa makna yang terkandung didalamnya dan kita coba agar lebih mudah lagi.

Untuk mendapat gambaran serta kedudukan Asal dari Kelengkapan Manusia yang telah dikasih alat-alatnya oleh Allah SWT.

Pada sesungguhnya bahwa Manusia itu telah dicukupi alat-alat perubahannya dari Allah SWT, seperti kelengkapan-kelengkapan 2 (dua) Tangan, 2 (dua) Telinga, 2 (dua) Kaki, 2 (dua) Mata, 2 (dua) Lubang Hidung, Mulut juga dilengkapi Hawa Nafsunialah:
  1. Nafsu Amarah,
  2. Nafsu Waluam’mah,
  3. Nafsu Sawiyah,
  4. Nafsu Mutmainah.
Alat-alat kelengkapan yang diberi Allah itu tinggal kita saja yang memilihnya yang mana yang akan kita pakai. Seandainya kita akan Kesurga..Kerjakanlah hal-hal yang diperintahkan oleh Allah, banyak berbuatt kebajikan sesama Manusia di Alam Semesta ini, tidak akan membantah Undang-Undang dan Aturan Negara yang menjatuhkan diri dari perbuatan tercela. Dan apabila memilih jalan Neraka, alatnya gunakanlah untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Agama (Allah) seperti menipu, membohong, menghasut, mencela, sirik, pidik sesamanya dan hal-hal lain yang secara gamblang dilarang negara atau hukum negara, seperti yang kita ketahui sebagai contoh Imron walaupun ia patuh kepada Agama dan Allah tetapi melanggar hukum negara, pasti dosa / Neraka namanya, jadi kesimpulannya Allah telah sediakan semua kelengkapan untuk mencari jalan yang maha anda idam-idamkan mau cari enak, alatnya ada, mau cari tidak enak alatnya pun ada, terserah anda saja yang memilihnya, oleh Allah telah dijelaskan didalam Al Qur’annul Karim, siapa-siapa yang berkebaikan dia akan menerima pahalanya sendiri dan siapa-siapa yang berbuat kejahatan dia akan menjalankan hukumannya sendiri, sesungguhnya Allah itu tidak sedikitpun menghukum hambanya, yang jelas adalah perbuatan mereka sendiri yang menghukum atau yang menyiksanya.

Inilah perlu anda sadari sedalam-dalamnya kata-kata tersebut sebab agar tidak salah kepada kata-kata sendiri, pada umumnya orang mengatakan nanti kamu disiksa oleh Allah (Tuhan) berarti secara tidak kita sadari telah langsung menuduh Allah berbuat kejahatan kepada ciptaannya sendiri, bukanlah hal ini sering diucapkan oleh anda ? sesungguhnya Allah itu Maha Suci, Maha Pemurah, Maha Penyayang dan Maha Bijaksana. Renungkanlah ucapan-ucapan tadi, ”Addunya Mazrattul Akhirat” dunia ini adalah tempat bercocok tanam. Jadi selama anda masih di Alam Semesta ini tanamlah apa-apa yang untuk persediaan di Akherat kelak, mengingat hal tersebut bertitik tolak daripada Manusianya (kita sendiri) karena yang akan kita bawa adalah ulah kita di dunia ini. Jangan mengharap bantuan orang lain, guru-guru Islam, Ulama semuanya itu hanya sekedar memberi petunjuk tidak akan dapat menolong ataupun mempertanggung jawabkan perbuatan orang lain (atau perbuatan kita) maka oleh sebab itu didalam mengemban amanat Allah gunakanlah pikiran yang sehat dan sempurna, gunakanlah budi perkerti yang luhur, ramah tamah, jangan sembrono, jangan asal mengucap saja enak buat kita sendiri, masa bodo buat orang lain, justru berpikirlah sebelum berbicara dan sadarilah sedalam-dalamnya, agar perbuatan yang baik dengan yang buruk sekurang-kurangnya ada keseimbangannya, coba anda awasi sendiri hasil perbuatan anda dimuka bumi ini. Jadi sudah jelas apabila anda ingin melakukan sifat Mutmainah (kebaikan) contohnya anda harus berlindung kepada Allah SWT dan Rasulnya supaya bisa Ma’rifat kepada Allah, pasti bisa merasa selalu berdampingan siang mapun malam dan tidak merasa berpisah lagi, inilah yang bisa diartikan dimana saja anda (Manusia ada) disitu Allah ada, dan tehindarlah pasti diri anda dari perbuatan yang tercela dan tingkah laku yang senonoh ataupun dengan perbuatan yang tidak dibenarkan oleh Negara (masyarakat) dan marilah kita lanjutkan dengan penjelasan tentang Al Qur’an, apabila kita perhatian sebutan-sebutan kata-katanya Al Qur’an ada 4 (empat) macam / namanya seperti tersebut dibawah ini:
  1. Al Qur’annul Majid,
  2. Al Qur’annul Karim,
  3. Al Qur’annul Hakim,
  4. Al Qur’annul Adhim.
Ini semua Al Qur’an yang 4 (empat) namanya / rupa diartikan oleh para ulama antara lain :
  • Al Qur’annul Majid, ialah Qur’an yang ada Tulisannya (nyata).
  • Al Qur’annul Karim, ialah Qur’an yang Mulia Namanya,
  • Al Qur’annul Hakim, ialah Qur’an yang Agung / Tinggi,
  • Al Qur’annul Adhim, ialah Qur’an yang suci dan kekal, tidak rusak walaupun kehujanan, tidak lapuk walaupun kepanasan.
Adapun semuanya itu pada kenyataanya Al Qur’an yang bertulisan juga dan Kekal Hukumnya berlaku dari dunia sampai keakherat. Begitulah Al Qur’an yang 4 (empat) rupa tadi oleh ahli-ahli sya’ra diborong saja biarpun ada 4 rupa (wujudnya satu) bukti-bukti itu juga ialah satu, apakah kiranya Al Qur’an yang bertulisan itu disamakan dengan topekong, dipuja-puja, disembah-sembah dan dijunjung-junjung, bukankah Al Qur’an yang bertuliskan bisa rusak juga?, apabila rusak tentunya baru namanya. Kalau umat yang beragama Islam berpikir seperti itu ataupun pengertiannya sama / atau kekeh kepercayaan seperti itu, apakah bedanya dengan Agama-agama yang lainnya? Seperti menyembah Topekong, Khong Hu Chu atau menyembah Yesus, itukah sama saja dengan kita yang bisa mati (rusak) juga sama dengan penyembahan-penyembahan Para Karuhun (leluhur) atau Roch Suci yang berasal dari Manusia juga, sesungguhnya bagi kita yang mengaku ber-Agama Islam sudah harus dibuang jauh-jauh karena hal itu jelas akan dapat menyesatkan diri sendiri, mudah-mudahan saja bagi warga ”Kekeluargan” dan teman simpatisan tidaklah terbawa dengan pikiran-pikiran kesana, maka hendaknya kita kaum muslimin janganlah sampai keliru men-terapkan Iman Islam kita. Dan marilah kita perhatikan sama-sama, bukti-bukti dari manakah sebenarnya Al Qur’an yang 4 (empat) rupa itu asalnya:
  1. Al Qur’annul Majid, ialah bisa dibaca karena ada lafadnya.
  2. Al Qur’annul Karim, ialah yang Mulia dalam Tubuh Manusia (tangan),
  3. Al Qur’annul Hakim, ialah Yang Agung / Tinggi dalam Tubuh kita (Mata Penglihatan),
  4. Al Qur’annul Adhim, ialah Suci dan Kekal, yang Kekal itu ialah Hidup.
Maka itu jelasnya adalah begini yang dikatakan Mulia ialah tangan Manusia, karena tanpa tangan tidaklah sempurna membuat aksara dan pula tidaklah sempurna menulis aksara itu tanpa melihat, jadi mulut, tangan, mata itu tidak akan bisa bekerja atau membuat aksara tanpa adanya Hidup, pada sesungguhnya adalah si Hidup itulah apabila ditarik kesimpulan yang disebut Mulia.

Sebaliknya kita baca Al Qur’an yang 4 (empat) rupa tadi kalau sekiranya anda ingin sampai pada kesempurnaan, cobalah di kaji / baca semuanya, baca Kitab yang ada tulisan yang disebut Syariat Islam, sesudah itu diteruskan dengan membuktikan apa yang terkandung dalam maksud dan tujuannya, kemudian carilah Tarekat, ialah yang disebut Sejarahnya sebab menurut Ajaran Islam Al Qur’an itu adalah petunjuk bagi orang hidup untuk mengetahui jalan-jalannya, mencari Allah dan Rasulullah dan Tarekatnya dapat menggunakan pikiran-pikiran kita, dan kiranya sampai pada tujuan yang dimaaksud, datang kepada Allah dan Rasulullah karena kita dapat membaca kelengkapan panca indra, dengan rasa dan pikiran, bukan untuk dipakai sesuatu mengerjakan barang baru saja disemesta Alam ini, tetapi hendaknya dipergunakan suatu yang ada manfaatnya di Akherat. Apabila wujud Manusia / kita telah pakai untuk berdialok siang maupun malam kepada Allah Ta’ala sudah dengan sendirinya kita merasa bersama-sama selalu kepada Yang Maha Suci itu, mudah-mudahan itikad serta perbuatan kita (Manusia) pasti kebawa Suci juga, sudah jelas syetan dan iblis tidak akan berani lagi dekat dengan kita. Sebab apabila kita hanya mengerti atau kata Al Qur’an saja atau Guru saja, sesungguhnya dia sendiri tidak tahu, tetap perbuatan orang (Manusia) tersebut tidak punya perasaan malu ataupun takut, tekat dan perbuatannya tidak ada perubahan, ini akan sia-sialah apa yang dilakukan selama hidupnya kalau Ma’rifat yang semacam itu namanya adalah Ma’rifat sontoloyo, seperti juga ibarat lampu semprongnya kotor tentunya cahayanya pasti gelap, karena Ajaran Agama Islam luar dan dalam harus sama-sama bersih barulah bersinar dan pasti akan dinikmati kelak kemudian, oleh karena itu berhati-hatilah anda yang telah Ma’rifat kepada Allah atau mengenal kepada Diri sendiri, supaya itikat ataupun perbuatan anda masing-masing, jagalah baik-baik dan lakukanlah benar-benar dengan disertai banyak berbuat Amal dan Kebajikan/Ibadah, sebaik-baiknya agar apa-apa yang kita kerjakan tidak sampai menlanggar hukum yang telah digariskan oleh hukum Sya’ra maupun hukum / aturan Negara dan Masyarakat, sebab apabila kita melanggar hukum yang berlaku, pasti akan lebih cepat dibuktikannya perbuatan kita itu bahkan hukumannya akan lebih berat lagi ganjarannya 2 (dua) kali lipat, kecuali bagi orang-orang yang awam, tidak tahu hukum, akan ringan hukumannya dan cobalah anda ingat-ingat dan telitilah baik - baik apabila kiranya perbuatan kita termasuk golongan orang yang melakukan Ibadah bersama Hisab ? celakalah anda tidak terpisah dari durhakanya itu.

Penjelasan tentang Kedudukan Martabat Alam Tujuan dan Nama-namanya:
  1. Alam Ahadiat, hurufnya AL,
  2. Alam Wahdat, hurufnya LAH,
  3. Alam Hahadiah, hurufnya MU,
  4. Alam Arwah, hurufnya HAM,
  5. Alam Adzzam, hurufnya MAD,
  6. Alam Misal, hurufnya A,
  7. Alam Insan Kamil, hurufnya DAM.
Apabila kita teliti secara cermat bahwa bukti Alam Semesta ini hanya terdapat 7 (tujuh) kata sebutannya dan ini secara kebetulan saja atau secara tiba-tiba perlu diketahui bahwa sejarah Perwujudannya Alam-Alam Dunia ini berasal juga dari Nama Allah, Muhammad dan Adam, oleh karena itu sangat wajib sekali kita ketahui bersama-sama apabila kita berhasrat ingin menyelusurinya Asal Muasalnya kita sebagai Manusia ini, dari mulai sekarang...mumpung kita masih hidup agar nanti nyakita tidak kesasar / sesat apabila telah dipanggil pulang, karena pada waktu tadi kita tidak tahu datang ke-Dunia ini, bagaimana mungkin kita bisa kembali menurut Asal tadi. Paling banter bisa mengatakan toch Asalnya dari Allah Kembalilah ke Allah lagi.

Saudara-saudara para warga ”Kekeluargaan” dan para pembaca yang budiman marilah kita lanjutkan dengan memperhatikan firman Allah yang tertera dibawah ini:
”Aro’biihim Fiadanihim Minnas Sawaiki Hadrol Mattu Wallahi Muhitun Bil Kaffirin”
Bahasa Indonesianya :
Apabila tangan dan pikiran anda tidak dapat dipakai untuk mencari jalan Mati, maka sesungguhnya tangan dan pikiran anda tetap Martabat Hewan, pasti akan sesatlah anda, tiap-tiap sesat sudah tentu masuklah Golongan Neraka, begitulah penjelasan ayat tersebut diatas, menerangkan kepada kita jadi apabila benar demikian, apakah tidak lebih wajib lagi mulai saat ini masing-masing berusaha agar jangan pikiran dan tangan yang diberikan oleh Allah tadi akan sia-sia, karenanya seperti apa yang tersurat pada ayat tersebut diatas.

Maka marilah Kemulyaan dan Ketinggian Martabat Manusia kita pelihara sebaik mungkin, baik perbuatan Tangan, perbuatan Penglihatan dan tugas-tugas tubuh kita lain-lainnya, tugas Pendengaran, tugas Pengucapan dan tugas Penciuman dan Perasaan supaya dapat menentukan serta memutuskan kepada Jalan yang benar yaitu pada hakekatnya Muhammad dan Allah Ta’ala, agar pemberian Mata dari Allah itu kepada kita buka semat-mata untuk melihat atau mengawasi barang-barang yang bisa rusak juga (masih baru) tetapi juga diwajibkan untuk melihat hakekat Muhammad dari Dunia ini, sebab dalam penjelasan tentang Al Qur’annul Adhim ialah tentang sifat-sifat Hidup yang asal kejadianya dari 7 (tujuh) lapis Langit dan tujuh lapis Bumi beserta seluruh isinya, pada sesungguhnya apabila kita lihat kenyataanya bahwa Manusia dari situlah Asal Kejadiannya, maka sangat wajiblah kita Ma’rifat kepada Allah dan Rasulullah agar selama kita masih ada di Alam Semesta ini mengetahuinya, yang insyaallah nantinya akan dapat melihat Johar Awal tersebut dan bukanlah Cahaya terangnya Bulan dan Bintang serta terangnya Matahari yang dapat dilihat oleh Mata kepala, kalau yang itu adalah Johar Farid.

Itu adalah di Syorga Loka yang berkedudukan di Gunung Hilamaya, wewenang Dewa-Dewa, yang dimaksud Johar Awal dari Pandangan Islam ialah Latif (ghoib) tidak bisa dilihat oleh Mata kepala Manusia, oleh karenanya dijelaskan oleh Rasulullah (Muhammad) yang berbunyi sebagai berikut:
”Ru’khayattullahi Ta’ala Fidunnia Biainil Qolbi”
Bahasa Indonesianya :
Sesungguhnya Manusia (kita) dapat melihat Hakekatnya Muhammad dari Alam Dunia ini, karena awasnya dan tajamnya Mata Hati.

Demikianlah penjelasan yang diartikan para ulama-ulama kita yang berarti kitapun akan dapat melihat Hakekat tersebut dari Dunia Fana ini, asal kita mau, karena sifat Wujud Manusialah yang dapat dipakai untuk melihatnya, sudah secara otomatis bahwa kitapun pasti kebawa tahu dan kebawa melihatnya dan kebawa mengenalnya, apakah tidak rasa nikmat kiranya...?

Alam Ahadiat yaitu disebut Yang Maha Suci, Dzat Laesah Kamislihi Saiun, artinya tidak seumpama apapun juga atau tidak bisa diumpamakan sesuatu apa-apa. Timbul pertanyaan mengapakah sebabnya sampai tidak bisa diumpamakan lagi,
  1. Apakah karena Kekuasaannya,
  2. Apakah karena Kebesarannya,
  3. Apakah karena satu-satunya.
Baiklah apabila sekiranya itu disebabkan Kekuasaannya, sedangkan pada saat ini belum ada pembikinannya / pengertian Kuasa tentu setelah ada yang dikerjakan, sedangkan kata-kata Ahadiat itu Dunia saja belum ada. Apabila sebutan Acherat dan kalau seumpamanya karena Kebesarannya juga pada waktu itu belum ada yang dipandang Hina sebab Alam Ahadiat biasanya ada kata-kata Besar itu sesudah ada yang Kecil, apabila hanya karena satu-satunya saat itu belum ada yang berwujud / ada 2 (dua) jaman, bisa dikatakan satu itu sesudah ada yang banyak dan cobalah anda fikirkan baik-baik dan renungkanlah.

Bagaimanakah kiranya agar ada pengertian Dzat Laesah Kamislihi Saiun itu, agar menjadi remang-remang, marilah kita sama-sama mencoba untuk dapat dimufakati Alam Ahadiat itu adalah yang disebut tidak seumpama apapun. Sudah dengan sendiri sukar diumpamakan apa-apa, karena kesuciannya bersih, justru tidak bisa atau tidak boleh diumpamakan, yang diperkuat dengan dalil yang berbunyi ”Billa Aifin” artinya berwarnapun tidak boleh ditegaskan pula dengan dalil lain yang berbunyi ”Billa Maqanin” yang artinya ber-arahpun tidak. Tidak ada diatas dan pula tidak bisa disebut dibawah, hanya andalah yang dapat mengambil kesimpulan ataupun keputusan yang hakiki, karena ini menyangkut ke Imanan seseorang ataupun anda sendiri.

Saudara-saudara para warga ”Kekeluargaan” dan para simpatisan yang tercinta begitulah kiranya yang dapat saya jelaskan tentang Ke Maha Sucian Dzat Allah yang tidak dapat diumpamakan apa-apa lebih dikatakan bertempat diumpamakan tidak bisa, apalagi ada warnanya mana mungkin bukan, coba saja anda fikirkan apa yang mau kita umpamakannya, memang masih sebagian orang yang beranggapan bahwa Allah itu ada disuatu tempat, mungkin tanggapannya bahwa Allah dapat disamakan dengan Topekong berstatus dan adapun Alam Wahdat Martabat Yang Maha Suci, jadi bahwa Alam Wahdat dikatakan oleh sesuatu firman ialah Kiyamuhu Ta’ala Binafsihi / Allah berdiri dengan sendirinya tanpa bantuan lain, jelasnya benar-benar sesuai dengan yang dijelaskan tadi.

Dia adalah mula-mula ada Cahaya, yang berarti Dia adalah Bahan dari segala yang ada / semua kejadian disemesta Alam, juga apa-apa yang kita lihat sekarang ini. Asalnya Nur adalah kata-kata para Wali dijaman dahulu, penjelasan itu adalah Sejatinya Sahadat atau Sumber dari Segala Kehidupan, jadi terciptalah Alam Semesta ini adalah karena Perpaduan antara Dzat dan Sifat.

Adapun Alam Hahadiat juga Martabatnya yang Maha Suci dimana Kejadiannya pun berasal dari Johar Awal, Alam Wahdat itu adalah asalnya dari Pancaran daripada Sinarnya, jadi yang 4 (empat) rupa tadi yaitu dalam bahasa Arabnya:
  1. Narun Cahaya Merah,
  2. Hawaun Cahaya Kuning,
  3. Main Cahaya Putih,
  4. Taraoun Cahaya Hitam.
4 (empat) rupa itulah yang disebut Nur Muhammad, kalau yang oleh umum disebut Muhammad namanya itu adalah yang terdiri pada bahan-bahan : Tanah, Api, Angin dan Air kini disebut Adam / perwujudan. :
  1. Cahaya Merah, jadi lafad Alip,
  2. Cahaya Putih, jadi lafad Lam Awal,
  3. Cahaya Kuning, jadi lafad Lam Akhir,
  4. Cahaya Hitam, jadi lafad Ha,
  5. Johar Awal, ialah jadi Tasjid.
Demikianlah kenyataanya dari kejadian-kejadian huruf Allah, jadi inilah yang dikatakan Cahaya diatas dari segala Cahaya yaitu Pokok Kejadian 7 (tujuh) lapis Langit dan 7 (tujuh) lapis Bumi, dan sekalipun kita Manusia juga berasal dari Satu :
  1. Sahabat, itu asalnya daripada adanya Johar Awal,
  2. Sembahyang, asalnya daripada adanya Cahaya Merah,
  3. Puasa, asalnya daripada adanya Cahaya Kuning,
  4. Zakat, asalnya daripada adanya Cahaya Putih,
  5. Haji, asalnya daripada adanya Cahaya Hitam.
Adapun Sembahyang waktunya diatur 5 (lima) kali sehari semalam:
  1. Isa,
  2. Subuh,
  3. Lohor,
  4. Asar,
  5. Magrib.
Dan Sahabat Nabi Muhammad saw:
  1. Abu Bakar Shidiq,
  2. Umar Bin Khotob,
  3. Usman Bin Affan,
  4. Ali Bin Abi Tholib,
  5. Rasulullah.
Dan jika telah benar-benar bahwa sesungguhnya semuanya berasal dari pada Allah, yaitu perwujudannya ialah Muhammad yang ditunjang oleh 4 (empat) analisir Johar Awal sebagai Tenaga Potensial, terjadilah Gerak (usik) ini dikatakan Jagat Sugir tubuh Manusia, kenyataannya juga dari Cahaya, tetapi apabila Manusia sudah tidak ada Cahayanya cobalah renungkan ?

Apabila Cahaya si Jasmani / raganya sudah tidak ada kekuatannya lagi, buktinya cepat peot dan kempot, mungkin pula Jagat Kabir, yaitu Alam Semesta ini biasanya kuat karena masih diliputi sinarnya Nur Muhammad dan mungkin sama nantinya dimana Hari Kiamat datang, Jagat Kabir ini sama seperti Manusia juga, jikalau Cahaya Matahari, Bulan dan Bintang sudah tidak bersinar, suatu tanda telah rusak Alam Semesta ini.

Dan bagaimanakah kehancurannya nanti, sudah barang tentu Bumi ini tinggal Gelapnya dan Api hanya tinggal Panasnya, Air juga tinggal Dinginnya dan Anginpun hanya tinggal Hawanya saja, itulah yang disebut Neraka ? dan yang akan menempatinya ialah orang-orang yang terkena bujuk rayu Iblis dan Syetan, karena ia berdogong/songong memang sebelum ada Adam melainkan Idazil Latnattaullah itu patuh atas perintah Allah Ta’ala. Saking keenakannya sampai tidak mau kembali ke Syorga (tempat asalnya) yang akhirnya akan menjadi penghuni Neraka Jahanan, tetapi ia mohon izin Allah Ta’ala untuk menggoda cucu-cucu Adam agar bisa menjadi temannya. Allah bersifat Rachman dan Rochim.

Dan mari kita sama-sama menjelaskan Alam Arwah, adalah Martabat Af’alnya yang Maha Suci, yaitu kekuasaannya Allah Ta’ala mengerjakan Alam Semesta (dunia ini) kata Ilmu Ahli Alam Wahdat, berasal dari Johar Awal kalau Nurnya Muhammad yaitu adalah Alam Wahdat dapat diibaratkan Kaca Meja:
  1. Narun Kaca Merah,
  2. Hawaun Kaca Kuning,
  3. Maunn Kaca Putih,
  4. Torabun Kaca Hitam.
Rupa Kaca yang 4 (empat) warna tadi disoroti oleh Cahaya (Johar Awal) keluarnya cahaya-cahaya sesuai dengan warna-warna yang tersebut diatas, tergantung semprongnya, apabila semprongnya Merah terjadi apinya Alam Dunia, semprongnya Putih terjadilah Airnya Alam Dunia dan semprong Hitam terjadilah Tanah / Bumi Alam Dunia, inilah dengan qodratnya Allah Ta’ala terciptalah Alam Semesta yang kita diami sekarang ini, atau disebut Jagat Kodir namanya, jadi singkatnya Dunia ini terjadi dari perpaduan antara Nur Muhammad dengan Nurnya Yang Maha Suci, adapun Alam Adjsan adalah Martabat Manusia / Machluk sesudah ada perwujudan kemudian diperintahkan para Malaikat untuk mengambil unsur-unsur tadi dan dibentuk sedemikian rupa suatu perwujudan / Manusia dengan Kekuasaan Allah Ta’ala dijadikanlah dalil Muhammad yaitu Cahaya 4 (empat) rupa tadi diperinci sebagai berikut : Cahaya Hitam lafadnya yaitu Mim Awal, Cahaya Kuning lafadnya yaitu Mim Achir, Cahaya Putih lafadnya yaitu , Cahaya Merah lafadnya yaitu Dzal, Johar Awal lafadnya yaitu Tasjid, Tasjid kenyataanya jadi Wujud Muhammad atau sebaliknya dari lafad Allah Min, jadi Ha, jadi Min Achir, jadi Ugel, Dal, jadi kaki Muhammad, cobalah perhatikan baik-baik pada waktu Adam dibentuk kerangka atau perwujudannya belum bisa usik / bergerak bangun ataupun berdiri masih mengeletak / terlentang saja seperti Wayang Golek, kemudian barulah dibuatkan Telinga, Mulut, Hidung, Mata setelah Hidup barulah disorotkan (dihembuskan) Nur Muhammad, barulah Jasmaninya bergerak-gerak ini yang disebut Jagat Sugir secara nyata bahwa Hidupnya Manusia itu karena adanya Cahaya tersebut diatas, apabila kita melihat kedalam atau perwujudan Manusia dan Jagat Kabir dilihat dari Keseluruhan.

Demikianlah tentang nyawa-nyawa Manusia (roch) yang tidak bisa kembali kepangkuan Allah SWT, disebabkan tentunya oleh ulahnya sendiri karena mereka-mereka tadi semasa hidupnya kurang/tidak beriman kepada yang memberi hidup serta Rasulnya ataupun mengingkari perintah-perintah Yang Maha Kuasa. Begitu pula Malaikat-Malaikat Idazzil Latnattaullah yang tidak mau balik ke Syorga jadi ditetapkan oleh Allah di Neraka Jahanam.

Dan marilah kita lihat perkara-perkara diatas yang diceritakan tentang kejadian-kejadiannya yang terjadi pada beberapa unsur-unsur ialah Api, Angin, Air, Tanah yang dibuat sedemikian rupa, tetapi apabila kita mau memperhatikan sesungguhnya tidaklah sama seperti yang diutarakan, cobalah kita lihat tentang pohon-pohon yang besar mapun yang kecil, tentunya juga membutuhkan 4 (empat) zat juga, dan pohon-pohon itupun berasal dari bumi juga dan perlu diperhatikan pohon-pohon berbuah itu tidak mungkin tanpa tanah dan apabila salah satu daripada zat itu tidak ada pasti tidak akan berbuah, jadi yang jelas bahwa pohon-pohon tersebut membutuhkan penyerapan dari unsur-unsur tadi, contoh-contoh yang dapat kita umpamakan ...seseorang Manusia yang badannya kurus ataupun lemah apabila ia selalu berlatih terus menerus bergerak / sport, pasti bisa gemuk dan sehat, itulah suatu gambaran.

Pohon-pohon yang tertanam akan menyerap Air, Angin, Panas, zat Tanah dan apabila ia telah berbuah adalah satu perkembangan dari pada perwujudan Adam, biarpun kita sebagai Manusia ini asalnya sama dari sana juga, hanya bedanya Adam diciptakan oleh Allah sedangkan kita ini adalah barang-barang sesudah Adam dan Hawa sebagaimana tersurat dalam firman Allah : Al Hujuraat (surat 49 ayat 13) bahwa:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى
Bahasa Indonesianya :
Hai Manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan.

Biasanya hidup Adam dan Hawa tadi tentu membutuhkan makan dan minum ialah berarti bahan-bahan tersebut adalah sebagai penunjang, dan dari makanan-makanan itu bisa menimbulkan nafsu birahi sehingga rasa kasih sayang dan cinta bisa menimbulkan persetubuhan, inipun mani-mani yang keluar berasal dari 4 (empat) unsur yang dimakan, itulah yang disebutkan adanya Wadi, Madi, Mani Manikem yang kemudian kontak dengan sorotnya cahaya Nur Muhammad, terjadilah gumpalan-gumpalan darah yang akan menjadi Jabang Bayi didalam rahim Ibunya. Kadang-kadang ada juga tidak sampai jadi Bayi itu berarti tidak bertemu dengan roch atau mungkin masih terdapat keturunan-keturunan diantara dua belah pihak dan selain itu bisa juga hal tersebut kita kembalikan kepada wewenang Allah SWT itu sendiri, bahwa disinilah dapat juga kita akui sesungguhnya Manusia tidak punya daya dan upaya, sesuai dengan dalilnya ”Lahaula Walaquata Illabillahi Aliyul Azdim” dan Manusia hanya sekedar membuat sebab saja.

Saudara-saudara para warga ”Kekeluargaan” dan pada pembaca yang budiman, marilah kita lanjutkan penjelasan-penjelasan yang menyangkut tentang hidup dan kehidupan Manusia sebelum dewasa, adapun mengenai Napas yang ada pada Sang itu ialah sifatnya Nyawa, hakekatnya itu adalah Rasa Jasmani karena saat itu sekalipun punya mata hanya melotot saja, tetapi belum bisa melihat / awas, juga ada telinganya belum bisa mendengar dan begitu pula punya mulut belum bisa ngomong (cerita), apa-apa yang ada hanya suara saja, setelah memalui proses diberi makanan-makanan susu ibunya dan yang ada di Semesta Alam ini yang asalnya dari empat zat dengan secara terperinci Darah Putih berasal dari Air menjadi Tulang dan kemudian menembus keluar kedalam matam barulah mata tersebut / bayi tersebut bisa melihat (awas), Darah Kuning berasal dari unsur Angin, masuk kedalam telinga menjadi sumsum bayi yang akan membesarkan sumsumnya dan hawanya keluar menembus hidung barulah hidung tersebut bisa mencium (pembauan), Darah Merah berasal dari unsur Api, masuk kedalam daging dapat membesarkan tubuh, hawanya keluar masuk kedalam telinga atau kuping kemudian barulah telinga tersebut bisa mendengar dan setelah sempurna baik kulit dan dagingnya besarlah tubuhnya (dewasa) keluar lagi hawanya menjadi hawa nafsu yang 4 (empat) macam yaitu:
  1. Nafsu Amarah,
  2. Nafsu Alluanah,
  3. Nafsu Sawiyah,
  4. Nafsu Mutmainnah yang dapat menimbulkan keinginan-keinginan baik maupuan buruk,
Demikianlah kiranya kelengkapan-kelengkapan jasmaniah serta Daya Pikir Akal dengan penglihatan, pendengaran, pembauan, pengucapan-pengucapan, itu semuanya adalah pertolongan dari 4 (empat) zat tadi dan apakah sebabnya perabotan-perabotan tersebut harus dipakai untuk beribadah serta pula harus digunakan untuk mencari jalan agar kita bisa mengetahui Asal dan Usulnya kita sebagai Manusia darimana sebenarnya-benarnya, cobalah anda renungkan baik-baik, sesunguhnya Manusia yang dulu dan sekarang adalah sama bahan-bahannya, hanya berbeda proses dan berbeda waktu dan tempat masing-masing.

Saudara-saudara para warga ”Kekeluargaan” dan para simpatisan yang budiman, alangkah indahnya apabila anda telah mengerti dan hapal Kitab Suci Al Qur’an juga disertai mengenal langsung kepada yang anda sembah yaitu Allah SWT, sebab apabila telah mengenal sendiri akan lebih nikmat lagi rasanya.

Dengan demikian mudah-mudahan Agama yang kita kerjakan sehari-hari itu akan lebih sempurna lagi, oleh karena itu justru kita diwajibkan menuntut Ilmu Allah walaupun sampai ke Negeri China sekalipun, sudah barang tentu dengan Ilmu itulah bisa mencapai tujuan Agama dan selain itu pula kesempurnaan Ilmu yang dimiliki seseorang tentu banyak penggunaannya sampai-sampai roch-roch hewani pun dapat disempurnakan. Dengan Ilmu tadi yang haram dan yang kotor-kotor akan dapat dihalalkan baik langsung atau tidak langsung, karena semuanya yang haram dan yang kotor dan roch lainnya akan masuk kedalam tubuh Manusia, seperti gambarannya ada anjing mati, babi mati, kotoran-kotoran apabila dibuang kelaut ataupun kekali nantinya dimakan oleh ikan-ikan laut ataupun ikal-ikan dikali dan pula dimakan oleh ayam dan pula tanam-tanaman, kangkung, bayam, pohon sayur-sayuran lain, ia besar dan gemuk subur, kemudian semuanya dimakan lagi oleh Manusia. Apabila dilihat dari kenyataannya tersebut seolah-olah Manusia adalah penampung dari roch-roch yang ada dalam dunia ini.

Apabila kita perhatikan benar-benar bahwa Allah itu Maha Suci, sudah barang tentu tidak akan menyiksa Manusia (hambanya) mungkin roch yang tidak sempurna itu yang berada dalam tubuh kita yang akan mengikuti, menyiksa diachirat.

Oleh karena itu Manusia tadi bisa menyempurnakannya, cobalah anda renungkan sejenak dan ataupun Alam Missal, ialah martabat hewan, justru diwajibkanlah Manusia itu beragama Islam ber Ma’rifat kepada Allah Ta’ala, agar hendaknya Manusia diatas bumi yang telah Ma’rifat kepada asal wujudnya sendiri, yang berarti Manusia itu telah sampai, umumnya tingkat Insan Kamil Muhammad, bahwa ia telah mengetahui sesungguhnya Manusia berasal dari 4 (empat) Cahaya, maka pasti orang tersebut mendapat sesuai dengan yang dinyatakan oleh dalil, sudah barang tentu akan merasakan Kebahagiaan serta Kenikmatan yang tiada ada taranya, itulah Manusia Ahli Syorga namanya. Karena itu telah mengetahui sifat-sifat Allah Ta’ala yang disebut Johar Awal tadi.

Alam Wahdat sempurnalah ia dalam kesempurnaan, baik rasanya maupun jasmaninya kembali kepada Dzat Laisah dan terpenuhi dalil Innalillahi Wainnailaihi Rojiun”.
Sebelum saya sudahi atau tutup akan saya kutipkan sabda Rasulullah SAW yang berbunyi :
”Assolatu Imma Duddin Faman Aqomaha Faqod Aqomadin Waman Tarokala Faqod Adamaadin”
Bahasa Indonesianya :
Sembahyang itu Tiang Agama, siapa-siapa yang meninggalkan sembahyang seolah-oleh ia meruntuhkan Agama. Dan kepada para pembaca yang budiman demikianlah arti yang diterangkan oleh ayat tersebut diatas, cobalah anda perhatikan baik-baik.

Apabila kita tinjau secara umum, bahwa yang disebut Tiang atau pegangan Dasar tadi tentu anda harus cari tahu pengertiannya. Tiang yang tanpa pondasi bisakah kuat ? tentu tidak bukan ? bagaimana caranya agar tiang tadi kokoh / kuat. Oleh karena itu membutuhkan Ilmu dan Pengertiannya, karena tidak jarang yang taat orang-orang yang patuh melakukan sembahyangnya, tetapi tidak bisa membuang judinya, bohongnya, kata-kata kotornya dan lain-lainnya.

Apabila arti sembahyang yang ia lakukan itu ? bahkan menjadi perusak Agama, justru itu cobalah anda mencari tahu / teliti apa yang sebenar-benarnya bisa dan Iman anda sendiri jangan asal bisa menyebut tiang saja, mudah dikata tetapi sulit anda mengerti karena itu anak kecilpun dapat mengatakannya, dalam pepatah Betawi lebih gampang ngomong daripada buang air, karena harus buka ini buka itu. Daripada itulah anda jangan berguna hanya satu tempat saja, sebab apabila nantinya akan merasa benar sendiri orang lain tidak.

Anda ingat bukan yang membenarkan Manusia dalam Keimaman dan Ketaqwaannya terhadap Allah SWT semata, jadi Manusia tidak mempunyai apa-apa maka itulah ambilah pepatah Rasulsullah SWT dan melaksanakan dengan baik Qolbi, Qouli dan Fakli:
  1. Luruskanlah Hatimu,
  2. Luruskanlah Kata-katamu,
  3. Dan Luruskanlah Perbuatanmu.