SELAMAT DATANG di Blog: MAJELIS MUZAKAROH WARGA KEKELUARGAAN - TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA, SEMOGA ALLAH SWT SENANTIASA MEMBERIKAN HIDAYAHNYA KEPADA KITA SEMUA, AGAR KITA DAPAT MEREALISASIKAN PENGERTIAN ISLAM YANG DISAMPAIKAN LEWAT MAJELIS MUZAKAROH WARGA KEKELUARGAAN

Terjemahan

T A Q W A


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Alhamdulillah dengan rasa syukur saya panjatkan kehadirat Illahi Robbi, serta seizin dan Hidayahnya saya dapat menyusun kembali hasil penyampaian siraman Rohani Islam lewat Majelis Muzakaroh Warga Kekeluargaan.

DEFINISI “TAQWA”

          Saudara-saudara kaum Muslimin dan Muslimat, para penerus Bangsa, wabil khusus jemaah Majelis Muzakaroh Warga Kekeluargaan, dengan lewat ini saya ingin memberitahukan bahwa ini saya tujukan hanya untuk orang-orang yang mencari dan bertanya serta memerlukan, khususnya Warga Kekeluargaan dalam rangka mempertebal dan memperkuat Iman Islamnya. Juga saya tujukan bagi warga-warga lama yang tidak aktif dan warga-warga baru yang belum mengikuti siraman Rohani, maka dengan lewat ini dan sengaja saya tulis untuk lingkungan dan khusus Warga Kekeluargaan yang jauh Domisilinya, serta banyak diluar daerah yang cukup jauh dari tempat penyelenggaraan tersebut. Maksud dan Tujuan lewat ini dapat mereka membaca, mengetahui apa-apa yang disampaikan pada tiap-tiap 4 (empat) minggu sekali.

Disamping itu pula perlu diketahui bahwa ini bukanlah mata pelajaran umum, bukan untuk diperjual belikan, tidak untuk dibanding-bandingkan ataupun ditimbang-timbang dari hasil pemikiran dan pendapat orang lain. Ini saya tulis khusus untuk dipikirkan dan direnungkan sendiri oleh si pembaca.

Maka dengan ini saya perlu sampaikan kepada seluruh Warga Kekeluargaan, para pembaca agar maklum hendaknya dan saya sajikan kepada Warga Kekeluargaan yang berjudul :

  • Mentauhidkan Diri Kepada Allah.
  •  Mengenal Akan Diri Pribadi.
  •  Manusia Adalah Peran Utama Dalam Melaksanakan Ideologi Allah (Cita-Cita Allah).
Itulah yang telah saya susun dan ditulis untuk saudara-saudara Warga Kekeluargaan, yaitu hasil penyampaian yang dilakukan tiap-tiap bulan dengan tujuan tiada lain semata ingin menyeimbangkan ala kadarnya sebagai suatu ibadah atas dasar kemampuan yang ada dalam upaya menggugah Bangsa dalam era Reformasi ini, agar benar-benar penerus Bangsa nanti kelak akan mampu berfikir benar, jujur serta tumbuh rasa kewajiban sebagai anak Bangsa. Oleh karena Ajaran Islam yang dibawa Rasullullah cukup memberikan bahan pengertian yang dapat berbuat berbuat baik kepada sesama Bangsa, apabila betul-betul dihayati bukan cukup dibaca saja. Ingatlah bahwa Agama Islam adalah tertinggi dan diridhoi oleh Allah SWT bahkan penganut-penganutnya sangat dimuliakanNya.

          Demikianlah kata pendahuluan ini dengan suatu harapan semoga ini menambah wawasan kita bersama, berfaedah bagi setiap pembaca wabil khusus Warga Kekeluargaan dan saya yakin apa-apa, kata-kata yang saya tuangkan ini mendapat ridho Allah SWT. Amin Ya Robbal Alamin.

Semoga Menambah Kekuatan Iman Islam Kita

Wabillahi Taufik Wal Hidayah
Wassalamu’alaikum Wr. WB.
Setu, 22 Agustus 1999.               
TTD.

ME. HASAN ROHILI.

  
Mari Kita Awali saja Uraian ini dan mari sama-sama kita Perhatikan serta Kita meneliti bersama penjelasan tentang Definisi “TAQWA” yang menurut Alam Pemikiran dan Pengertian Warga Kekeluargaan dengan mengambil apa yang diartikan oleh ayat suci Al Qur’an dan hadits Rasullulah yang terdapat pada surat Al Maidah ayat 35 yang berbunyi:
Ya Ayyuhal Ladzina Amanu Ittiqallahu Wab Tagaul Ilaihil Wasilah
Artinya :
Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu yang benar-benar Taqwa dan berusahalah serta carilah jalan yang bisa menyampaikan kamu kepada tujuan yaitu kepada Allah.

Dan demikianlah yang diartikan oleh para pendahulu-pendahulu Kita, nah saya kira sudah dapat dimengerti bukan.! Jelas dan gamblang bahwa sesungguhnya pengikut-pengikut Nabi Besar Muhammad SAW, telah dianjurkan untuk berusaha dan berfikir serta merenungkan dari apa yang dijelaskan ayat tersebut diatas, dan kini bagaimana tentang Kita memahaminya, apakah Kita sudah merasa cukup dengan membaca ataupun menghafalnya.? Dan apakah tidak perlu menghayatinya.? Hal ini saya serahkan pada pemikiran Anda sendiri, jelasnya ayat ini menganjurkan untuk Kita Mencari Jalan.

Nah sekarang akan menjelaskan tentang Makna dan Arti Definisi “TAQWA”, dan apabila menurut Alam Pemikiran dan Pengertian Kekeluargaan demikian itu Keyakinan Hati, memutuskan dengan tekad untuk mengambil semua Problema Hidup semata kepada Sang Pencipta yaitu Allah.
Dan TAQWA itu berasal dari kata TAWAKKALLAH artinya : Meyerahkan Dirinya Tanpa Syarat Secara Mutlak Tulus dan Ikhlas

Itulah yang dipahami oleh pengertian Kekeluargaan oleh karena itu Kita telah menyatakan bahwasanya Allah itu adalah Yang Maha Dari Segalanya. Paham Kekeluargaan tersebut maka Kita yang telah mengaku sebagai pengikut-pengikut Muhammad SAW, agar berusaha melaksanakan, merealisasikan penyerahan dirinya kepada Allah, sudah dengan sendirinya Allah akan mengenalkannya kepada hamba-hambanya yang rindu ingin bertemu.

Cintailah Allah agar Allah Mencintai Kita, jikalau terjalin Kasih Cinta Antara Insan dan Khaliknya maka akan terjadi pula Dialog.

Inilah yang perlu dicapai untuk dapat dan membawa Manusia Kesempurnaan di Dunia dan Kesempurnaan di Akhirat. Memang Ajaran Agama Islam yang dibawa Nabi Besar Muhammad SAW mewajibkan mengenal lebih dahulu kepada Tuhannya sebelum Kita melaksanakan Ibadah (sholat). Nah itulah yang kira-kira menjadi Tujuan Akhir dari Alam Pemikiran Kekeluargaan, sebab pada kebanyakan masyarakat Islam berlomba-lomba ingin mencapai tujuan kembali ke Innalillahi Waina Ilaihi Rajiun. Hal tersebut tidak datang serta merta begitu saja jika tanpa usaha dari Awal semasa Hidup, sebab Manusia semuanya mengakui bahwasanya :
Tidak Ada Daya dan Upaya Selain Allah

Dan mari Kita lanjutkan Uraian ini mencari dasar-dasar yang lebih akurat, yang Kita bisa terima serta pahami oleh masyarakat Islam pada umumnya, wabil khusus Warga Kekeluargaan. Bahwa Ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dapat memahaminya apa-apa yang dianjurkan Al Qur’an Nul Karim dengan mewajibkan pengikut-pengikutnya untuk berakal dan berpikir agar benar-benar dapat mengikutinya seperti tersebut pada Al Hadits ayat 3 berbunyi :
Huwal Awallu Wal Akhiru, Wal Dzohiru Wal Bathinu Wahuwa Bikulli Sai’in A’lim
Artinya :
Sesungguhnya Dialah Yang Awal dan Yang Akhir dan Dia Yang Nyata dan Dia pula Yang Abstrak. Akan semuanya Dialah Yang Maha Mengetahui Lahir dan Bathin itu adalah Satu Kesatuan.

Nah saya kira Kita semua akan dapat mengerti jikalau Kita mau berpikir dan tentu tidak perlu diragukan lagi bahwa penjelasannya sudah cukup gamblang, Arti dan Pengertiannya. Maka oleh sebab itu saya selalu mengumandangkan pada setiap 4 (empat) mingguan sekali, tidak lain agar Kita tidak salah menyakinkannya jikalau Kita melihat dari Al Hadits tersebut diatas, sebab hal itu menyangkut persembahan Kita semua dalam Kita mengucapkan Dua Kalimat Syahadat.

Jadi Allah itu jelas adalah merupakan Satu Kesatuan Yang Nyata maupun Yang Ghaib Yaitu Sifat Rabbul A’lamin.

Saudara-saudara kaum Muslimin dan Muslimat para penerus Bangsa, wabil khusus Warga Kekeluargaan, agar Kita tidak keliru mulai hari ini, cobalah Kita lebih menjurus kepada Ajaran Tauhid, kembali kepada Diri Kita masing-masing supaya lebih memberikan pembuktian atas Iman Islam Kita, selama Kita belum dapat memahami apa dan siapa yang Kita sebut Allah tadi, pasti Iman Islam kan mudah tergoyah.

Maka dari itu bagi umat Muhammad, adalah sangat penting hal tersebut, oleh karena pada umumnya berusaha menuju ke Alam yang Kekal untuk Kebahagian selamanya. Disinilah  ada  yang  perlu  saya  jelaskan,  jikalau  Kita  cukup  bisa  membaca  saja Al Qur’an dan tidak pernah diamalkan isinya, maka kelak apa yang akan dibawa ke Alam Baqoh itu jikalau Kita tidak pernah tahu Arti yang terkandung dalam Al Qur’an.

Dijelaskan Allah itu Maha Tahu Dari Segalanya. Ingatlah oleh Kita apa-apa yang Kita niatkan dan lebih-lebih berbuat, tidak ada satupun yang terselip. Pasti Allah itu Tahu dan menurut pengamatan Kekeluargaan pada kebanyakan masyarakat Islam di tanah air Kita Jauh Menyimpang dari Arti dan Tujuan ayat Suci tersebut, juga masyarakat banyak terlupakan, padahal disetiap sholat selalu diucapkan apa-apa yang dikerjakannya semua karena Lillahi Ta’ala dan juga mengatakan saya bukan orang menduakan Allah, baik Hidup, Mati Saya Serahkan kepada Yang Maha Tahu, betulkah itu.? Mengapa sebagian banyak umat Islam minta sesuatu Keberkahan ataupun sesuatu rezeki lewat Karomahnya para Wali Allah ataupun ke makam-makam yang dianggap sakti dan manjur, coba renungkanlah......!!!

Sekarang mari Kita lanjutkan uraian ini dengan memperhatikan suatu petunjuk yang perlu mendapat sorotan dari Alam Pemikiran Warga Kekeluargaan yang akan Kita jadikan Satu Pedoman dalam memahami yang akan disampaikan lewat buku ini, seperti terdapat pada Firman Allah yang sifatnya menyeluruh, yaitu :
Qul Qullun Min Indaulahi
Artinya :
Hai Muhammad, katakanlah olehmu bahwa sesungguhnya apa-apa yang ada di dunia ini adalah berasal dari AKU (itulah kata Allah).

Nah cobalah Kita renungkan bersama-sama apa pengertian yang dapat Kita jadikan pegangan, ini perlu Kita pikirkan bersama, terutama Warga Kekeluargaan baik muslimin dan muslimat dan juga bagi penerus Bangsa. Penjelasan ini adalah langsung dari pada ayat suci Al Qur’an yang setiap umat Muhammad akan meyakinkannya.

Saudara-saudara Warga Kekeluargaan, tentunya Kita sudah mengerti dari apa yang diperintahkan Allah kepada Nabinya yaitu Muhammad, dan lebih status Manusia Muhammad ini adalah pesuruhnya untuk menyampaikan, memperlihatkan amanat dan kebesaran serta kekuasaan-kekuasaanNya di Alam Semesta.

Dalam memahami perintah ini saya telah menyakinkan bahwasanya Nabi Muhammad adalah menjalankan apa-apa yang diperintahkanNya, itulah Alam Pemikiran Kekeluargaan. Oleh Muhammad itulah yang benar-benar melaksanakan amanat terpuji, karenanya hanya Allah sajalah yang berhak Wajib Dipuji.        
           
Dan artinya Muhammad adalah kata sifat, maka dengan penjelasan tersebut diatas bahwa benarlah Kita semua ini semua Manusia berasal dari tiada dan Kita adalah berwujud sebagai Manusia namanya, akan semua itu tiada yang boleh memesan atas keberadaannya di Alam Dunia ini, justru Kita Umat Islam mengaku bahwa tidak lain kecuali hanya Allah (syahadat).

Selain dari itu Kita telah mempelajari itu semua, pasti Kita timbul pertanyaan kalau Kita asalnya tidak ada dan kelak akan kembali.? Itulah sebabnya mumpung Kita masih punya napas, berusahalah untuk mencari tahu, dan Kita tidak akan lolos dari itu agar pada waktunya Kita dipanggil kehadapanNya tidak lagi kesasar jalan, sebab salah satu ayat suci Al Qur’an telah menerangkan kepada Kita semua :
Waman Kana Fie Achisihi Aman Fahuwal Fil Achiroti Wadho Ilaa Sabilan
Artinya :
Bahwa jika Kita dari Dunia ini sudah buta dan juga kelak di Akherat akan buta juga, yakin dengan kata lain sesatlah dia, yang berarti tidak dapat memenuhi dalil Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun, perhatikan baik-baik oleh Anda.

Agar Kita memiliki suatu pedoman dan cara berpikir serta mencari dasar-dasarnya untuk menyelusuri dari ajaran agama yang hakiki atau benar-benar bisa Kita ambil pada firman Allah ataupun ayat-ayat suci Al Qur’an Nul Karim yang terdapat pada surat Adz Dzaariyat ayat 49 :
Wa Min Qulli Syaiin Kholaqna Djadjauin
Artinya :
Sesungguhnya Allah menciptakan segala sesuatu di Dunia ini adalah sepasang (sejoli) supaya Kamu ambil pelajaran.

Seperti Kita lihat bukti yang ada ini, yang bisa dibuktikan mata indra, yaitu umpamanya ada sebutan Langit dan Bumi, juga ada sebutan Bulan dan Matahari, Lahir maupun Bathin, tentu hal tersebut bisa Kita artikan Benar atau Keliru (salah), lebih jelas lagi perkembanganbiakan Manusia itupun dapat Kita yakinkan ialah lewat Adam dan Hawa, maka oleh itu marilah Kita perhatikan sifat 20 (dua puluh) yang selalu dapat sebutannya ialah dengan bergandengan dengan Hayat dan Hayun. Dengan lewat penyesuaiannya sehingga nantinya Kita dapat mengerti serta memahaminya baik yang nyata maupun yang ghaib adalah Kesatuan. Masalah yang ghaib tak dapat dilihat oleh Indra, demikian pula Alam Kuburpun tak dapat dilihat oleh mata lahir kecuali oleh mata bathin. Maka ajaran Islam yang disampaikan oleh Kekeluargaan mempunyai Motto yaitu : “Bersihkanlah Kotoran-Kotoran yang ada didalam Diri Anda masing-masing”. Tujuannya agar Kita dapat melihat Alam Kubur tersebut dari dunia ini dengan bersihnya Mata Hati (Qolbi Mu’minin Baitullah) dan apabila Kita sudah mampu dari perbuatan-perbuatan yang dapat mengotorkan Diri Pribadi Kita. Seperti yang dijelaskan Wali Kutub Syarief Hidayatullah menyatakan :
Rukyaitullah Fie Dunia Bi Ainil Qolbi

Itulah penjelasan dari Wali Allah diatas, dengan mengatakan bahwa Ia dapat bertemu (melihat hakekatnya Muhammad daru dunia ini, karena Tajamnya Mata Hati / Bersihnya Hati Nurani) dan itulah salah satu contoh yang harus Anda perhatikan mengingat ajaran Islam yang disampaikan lewat Kekeluargaan tersebut menuju arah itu. Jadi bukanlah sekedar Kita hafal Al Qur’an itu. Jikalau Kita telah dapat membuktikannya sampai kesana barulah Kita dapat memenuhi apa-apa yang difirmankan Allah tadi, itulah yang disebut Beriman dan Bertaqwa. Jadi judul yang diberikan pada buku ini supaya Warga Kekeluargaan berusaha sedini mungkin mumpung masih memiliki waktu Pernapasan untuk Kita Kelola sampai kepada terbuktinya yang dijelaskan oleh para wali-wali Allah tersebut diatas, yakin jika Anda berkeinginan Allah pasti memberi petunjuk jalan untuk Kita, terutama bagi hamba yang benar-benar beriman kepadaNya. Aminn!!!!
         
Mari Kita perhatikan bersama-sama untuk Kita jadikan pengamatan yang benar-benar dapat membuktikan bagaimana orang-orang Islam yang telah terdapat ciri bertaqwa:
Firman Allah menjelaskan :
Huwat Taqiyyu Maqiyu Aladzi La Ghisy Syafihie Wala Baghya Wala Godra Wala Ghilla Wala Hasada
Artinya :
Orang-orang yang benar-benar bertaqwa hatinya bersih laksana Lampu Neon, tiada ada padanya tanda penipuan kedurhakaan dan penghianatan, kedengkian dan kehasutan serta syirik pidik terhadap orang lain.

Itulah yang sebetul-betulnya tergolong orang yang Taqwa kepada Allah, serta benar-benar orang tersebut melaksanakan sifat-sifat Allah dalam mengemban amanat hidupnya sehari-hari, jauh dari hal-hal tercela, berbudi luhur serta berakhlak yang sempurna (mulia), Akhlaqul Karimah. Selain dari pada itu mari Kita lihat penjelasan Allah yang cukup Kita jadikan suatu pengangan dan keyakinan Hati Kita masing-masing yaitu :
Wal Haikal Dzati Allahu Suthtira Basiri
Artinya :
Sesungguhnya Kerangka DzatKu itu adalah Dirimu, yang merupakan Batu Tulis yang Tergaris pada huruf Syim dan Ra.

Itulah perlu Kita perhatikan pengakuan Allah sendiri, bahwasanya Manusia itu suatu Perwujudan ataupun Kerangka daripada Dzatnya Allah. Maka dari itu pemikiran Kekeluargaan juga telah mengungkapkan Kerangka Allah itu seperti terdapat pada buku yang tertulis pada simposium di Jakarta tahun 1966, agar Kita tidak ragu-ragu lagi bahwa sesungguhnya Allah itu adalah kenyataan yang sesuai dengan ayat :
Ana Mada Harun Lijamali Thul Atihi
Kata Allah :
AKU ini merupakan kenyataan terhadap apa-apa yang terindah dalam pemandangan Mata Dzohiriah.

Itulah ayat Al Qur’an yang menjelaskan tentang Allah yang membuat pernyataan dalam ayat tersebut diatas, mudah-mudahan akan Kita jadikan bahan pemikiran yang lebih mendalam lagi.

Mari Kita teruskan uraian Kita ini serta sama-sama menyimak, memperhatikan penyelesaian selanjutnya agar Kita dapat lebih memahami, menghayati dengan baik pernyataan dan pengakuan Nabi Muhammad SAW. Dalam surat / Al Qur’an Nul Karim :
Tawakal Alal Ladzi Laya Mut
Artinya :
Saya Serahkan Diri Saya Secara Mutlak Hanya Kepada Allah Yang Maha Hidup.

Artinya benar-benar Nabi Muhammad SAW, memberi ajaran secara terbaik yaitu lewat ayat tersebut diatas, dengan pengakuannya yang kini Kita contoh dan Kita jalankan. Jadi bukan Kita baca saja, setelah Kita praktekan ternyata adalah sangat besar sekali manfaatnya. Disinilah letak pembuktian bahwasanya Manusia itu tidak berdaya upaya semuanya selain Allah. Jikalau Kita mengucapkan La Haula Wala Kuata Illah Billah sebaiknya bagi kaum muslimin dan muslimat dapat merealisasikannya agar Kita masing-masing dapat merasakan sendiri. Dan Kita mendengar ceramah-ceramah dari mubaligh bahwa Muhammad itu adalah Utusan Allah, Muhammad itu Pesuruh Allah dan Muhammad itu adalah Contoh bagi Umat Manusia (Islam) kode etik.

Saya kira Anda sudah sering membaca dan mendengar lewat ceramah-ceramah ataupun membaca ajaran Islam, maka mari Kita sama-sama belajar untuk bisa mengikuti apa-apa yang menjadi perilaku dari junjungan Kita Nabi Besar Muhammad SAW, saya yakin sekali jika Kita pengikut-pengikut Muhammad SAW, sudah bisa seperti dinyatakan Rosul Allah itu terutama umat Islam khususnya tidak mungkin dapat di adu dombakan oleh orang-orang yang sengaja akan menghancurkan persatuan dan kesatuan di kalangan umat Islam, sebab ia benar-benar telah merasa  dan membuktikan sendiri atas kebesaran-kebesaran Allah yang telah dirasakan, lebih-lebih Al Qur’an telah memperingatkan oleh satu ayat suci yang menyatakan berpegang teguhlah kalian kepada Agama Allah, agar kalian tidak bercerai berai.
Watadzmu Bihablum Jamiah Wala Tafarok

Ingatlah kepada Al Qur’an, itu adalah Pedoman bagi yang mengaku Islam sebagai Agamanya.

Agar Anda tidak jadi Setan Aku-Aku pada kenyataannya Kita bertolak belakang dengan ajaran Rasullullah itu, Islam adalah etis, Agama yang berpusat pada ajaran Allah dan Rasulnya, bukanlah agama Syakrami. Cukuplah Anda memahami dulu ini agar tidak terlalu jauh Anda memahami agama yang Agung ini serta tinggi kedudukannya dari agama-agama yang lainnya. Demikianlah Alam Pemikiran Kekeluargaan.

Saudara-saudara para Warga Kekeluargaan, muslimin dan muslimat yang sama-sama dimulyakan Allah, mari Kita perhatikan bersama penjelasan-penjelasannya agar Kita  lebih  mantap  dan  memahami  lagi  apa  yang  ditunjuki  oleh  ayat - ayat  suci Al Qur’an Nul Karim yang menjadi pegangan kuat bagi Kita, yang benar-benar beriman dan memperhatikan ayat dibawah ini :
Inallaha Kholaqna Rohawa Sallelahu Alaihi Wasalam Min Dzatihi, Wa Kholawna Alama Biasrihi Min Nurri Muhammad Sallelahu Alaihi Wassalam
Artinya :
Sesungguhnya Allah menciptakan Rochma dari pada Dzat Ku (Dzatullah) dan Muhammad itu tercipta dari NurNya, jadi dari Nur Yang Suci dan Nurnya Muhammad terciptalah Langit dan Bumi serta Isinya.

Dengan Perwujudan ini yang dapat Kita lihat dengan mata Indra dan untuk lebih jelasnya diantara keduanya berada dalam satu tubuh, oleh karenanya tak mungkin terpisahkan, maka oleh sebab itu Alam Pemikiran Kekeluargaan sangat membenarkan ayat tersebut diatas, sebabnya tak mungkin Manusia tanpa Allah dan juga tak mungkin Muhammad (Manusia), karena itu telah dijelaskan oleh ayat diatas yang menyatakan : Illa Haqa Billa Haqin dan Illa Billa Haqa, yang berarti memiliki satu Kesatuan yang Utuh, dan selain dari itu diperjelaskan lagi dengan firman Allah pada surat Saba ayat 28 :
Wama Arsalanaka Illa Kafatan Unasi Basyiron Wanadziron Walaqina Aksaronnasi Laya Lamun
Artinya :
Tidaklah Aku mengutus kamu Muhammad, kecuali Umat Manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan.

Yang diartikan oleh pemuka agama dijaman dahulu, saya kira cukuplah sudah Kita dapat jadikan bahan pemikiran dan kini mari Kita bertanya pada diri masing-masing, dan siapa kita, siapa sajakah yang sebenarnya diutus oleh Allah itu.? Sehingga Kita perlu mengerti bahwa Kita berasal dari kata orang lain ataupun kata Qur’an saja tetapi perlu memahami yang kita sendiri mampu menyelusurinya, agar Iman Islam Kita yang telah terbina bertahun-tahun tidaklah sia-sia.

Sebab jika Kita tidak mau tahu sejak dini akan merasa rugi, mengingat Al Qur’an telah memberikan penjelasan-penjelasan yang begitu gamblang, bahwa Allah itu tidak mengutus hanya Muhammad saja, melainkan semua Manusia. Bahwa di dunia ini yang disebut Manusia sudah berjumlah 3,50 milyar orang, tentu orang-orang itu semua tergolong anak cucu Adam. Saya dapat menyimpulkannya perpaduan antara Nur Muhammad dan Nur Yang Maha Suci, Nur Muhammad terciptalah perwujudan / baru ada nama, dan perpaduan Adam dan Hawa terciptalah seperti yang saya sebutkan diatas, renungkanlah oleh Kita semua.

Saudara-saudara kaum muslimin dan muslimat para penerus Bangsa, wabil khusus Warga Kekeluargaan, mari Kita sama-sama memperhatikan serta melihat kenyataan-kenyataan yang dialami oleh sebagian besar umat Muhammad yang sampai saat ini masih mendapat teguran / peringatan dari salah satu ayat Allah yang sangat memperhatikan, maka sangat berkepentingan Kita sebagai penerus ajaran Rasullullah mengatakan pada uraian ini, guna Kita jadikan pemikiran bersama, antara lain dinyatakan oleh Allah dalam ayatnya:
Wama Yuminu Akstruhum Wahum Musrikuun
Artinya :
Memberitahukan kepada Kita sekalian bahwa sebagian besar Umat Islam masih banyak yang belum atau tidak beriman kepadaNya, malah kebanyakan berbuat Syirik.

Itulah yang Kita banyak melihat di tengah-tengah masyarakat bahwa hal tersebut sangat menyedihkan. Mengapa sampai terjadi demikian, hampir-hampir di semua daerah banyak dianjurkan oleh pemuka agama berusaha memohon sesuatu lewat Tour dan lewat ziarah ke makam-makam para wali Allah serta ke kamar-kamar orang sakti, dulunya lewat ber fatihah kemudian bermohon sedangkan Kita sering membaca ayat-ayat suci Al Qur’an ysng menganjurkan kepada Kita, Allah menyatakan :
Ud Uni Lastadzi Lakum
Artinya :
Mintalah kepada Ku nicaya Aku Perkenankan.

Inilah surat yang sering dibawa oleh pemuka agama Kita, mengapa kok masih saja banyak orang-orang yang berusaha ketempat tersebut diatas.
Innallaha Ma A’ladzina Nafakun Walladzina Nahun Nuhsanun

Artinya :
Sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang Taqwa / Beriman bagi orang-orang yang berbuat kebajikan.

Apakah keterangan ini masih kurang cukup.? Mengapa tidak terpikir oleh Kita semua harus minta keluar dari apa yang dilarang oleh ajaran Rasulullah yang tidak menghendaki persekutuan Allah dengan yang lainnya, inilah yang perlu Kita sama-sama memikirkan untuk menjaga citra Agama Islam yang suci murni. Pikirkanlah.

Selanjutnya agar Kita lebih memahami dan menyadari benar-benar, mari Kita sama-sama meneliti tentang ajaran agama Islam yang telah bertahun-tahun Kita yakinkan sebagaimana Anda sering mendengar uraian saya pada tiap-tiap 4 (empat) minggu sekali, yang menjelaskan dalam siraman rohani Kita bersama, bahwa pada sesungguhnya ajaran Islam itu bersumber atau berpusat dari pada ajaran Allah. Etika Minotisme, jadi adalah bukan agama Mitologi atau agama Kebenaran yang mempercayai kepada sifat-sifat Kebendaan dan pula agama Islam juga bukan agama Syakral (Syakram) yang tiap malam Jum’at membuat sesajen, ataupun nyuguh-nyuguhan dengan memohon sesuatu kepadanya agar permohonannya dikabulkan oleh para leluhur-leluhurnya.

Agar Anda mengerti betul apa yang disampaikan oleh Alam Pemikiran dan Pandangan Kekeluargaan, sekalipun tidah pernah saya jadikan patokan dalam segala hal, saya tetap lebih menekankan agar hal tersebut jangan dilakukan oleh Warga Kekeluargaan, sebab jelas-jelas telah bertentangan dengan ajaran Nabi Kita Muhammad SAW. Jelaslah pendirian Kita pada Islam yang disampaikan oleh Kekeluargaan itu adalah bersumber ataupun berpusat pada ajaran Allah itu sendiri, dan ingatlah oleh saudara-saudara Kita telah menyatakan (Ikrar) bahwa yang Wajib Kita Ikrar bahwasanya Nabi Muhammad SAW itu adalah pesuruh Allah.

Jikalau Kita tidak cepat-cepat memahami yang sebenar-benarnya pasti Kita akan menjadi orang yang tergolong ingkar dari ucapan dan Kita manjadi orang yang tergolong ingkar dari ucapan dan pernyataan Kita sendiri, “perlu Anda renungkan” serta ingat Allah itu adalah tempat Kita memohon dan satu-satunya tempat Kita kembali kelak. Cobalah Anda perhatikan mengapa saya menyatakan agama Islam itu berpusat dari Allah, seperti ayat suci Al Qur’an yang berbunyi :
Wa Almapa Adama Asmaha Qulaha
Artinya :
Akulah yang mengajarkan Nama-nama kepada Adam.

Jadi sudah bisa Kita mengerti sekarang bahwa dari awal adanya Manusia Allah pulalah yang mengajarkannya sampai kepada Nabi Besar Muhammad SAW pun yaitu Allah lah yang memberitahukan apa-apa yang Manusia tidak tahu atau belum tahu.

Nah itulah pemikiran-pemikiran dan padangan Islam yang disampaikan lewat Kekeluargaan, dan cobalah Anda perhatikan surat Iqro, mudah-mudahan akan lebih jelas lagi kiranya.

Memang apabila Kita perhatikan dengan kaca mata Kekeluargaan, bahwa sampai saat ini masih banyak masyarakat (Umat Muhammad) yang belum mengerti serta meyakinkan omongan Allah lewat ayat suci Al Qur’an Nul Karim, padahal sudah cukup jelas dan gamblang apa-apa yang terkadung didalamnya, ayat-ayat tersebut telah diberi keterangan-keterangan kepada Kita sekalian baik yang bersifat anjuran maupun yang bersifat perintah. Sebagaimana difirmankan di bawah ini:
Awallu Wajibin Alal Insan Ma’rifatillah Bi Istiquun
Artinya :
Pertama-tama diwajibkan setiap Manusia Mengenal kepada Allah itu dengan seyakin-yakinnya.

Itulah tujuan dari ayat tersebut di atas, maksudnya agar pengikut-pengikutnya Muhammad itu bisa mengenal diriNya (mau mencari Jati Dirinya) sebab Kita itu bisa mengerti tentang Allah itu harus lewat mengerti dulu.

Siapa sesungguhnya yang disebut Muhammad itu (Manusia) sebab apabila belum dimengerti status dirinya, mana mungkin Ia dapat beriman dengan baik, apalagi bertaqwa. Baru saja kesenggol, kesusahan sedikit sudah berubah Iman Islamnya, oleh karena itu orang-orang yang telah benar-benar bertaqwa sudah pasti Ia telah merasakan dan membuktikan Kebesaran Allah lewat Dirinya Sendiri. Jadi tidak cukup dibawa dan dihafalkan saja lafadz ataupun huruf, itu hanya merupakan petunjuk apa yang harus direalisir oleh setiap orang. Sebab segala sesuatu yang diuraikan lewat ayat-ayat tersebut perlu dihayati, seperti dinyatakan suatu ayat :
Fa Ma Ya’Mal
Artinya :
“Berbuatlah” karena dengan perbuatan itulah yang dapat membuktikan baik atau buruk perbuatan seseorang, dan itulah yang akan menerima upah besar dan kecilnya amal mereka sebagai penentuan yang Iman dan tidaknya seseorang tersebut.

Jelaslah bukannya omong yang manis-manis, laksana madu namun kenyataan jauh berbeda, justru sampai saat ini pun sebagai masyarakat Islam masih banyak mendatangi makam para wali ataupun ulama terkenal untuk memohon karomah keramatnya para ahli itu. Hal tersebut adalah tentunya menjadi kewajiban Kita bersama, bagi yang mengakui dirinya umat Muhammad ataupun bagi orang-orang yang mengaku beriman kepada Allah dan Rasulnya. Ini saya sampaikan menurut ajaran Islam, jika Kita ketahui ada teman-teman, handai tolan yang kurang sesuai ucapannya, cobalah Anda ingatkan / anjurkan.

Selanjutnya mari Kita teruskan uraian ini dengan menjelaskan tentang ayat-ayat suci lainnya yang berkaitan dengan pemantapan Iman Islam Kita untuk lebih menyakinkan Kebenaran firman Allah dalam perwujudan dunia ini, agar lebih jelas lagi, seperti difirmankan Allah yaitu :
Wallahu Biqulli Syaiin Muhid
Artinya :
Allah itu adalah apa-apa yang ada di dunia ini dan merupakan perwujudanNya.

Diartikan oleh pendahulu-pendahulu Kita yang berarti benar-benar tiada yang lain kecuali Allah. Memang pernah ahli-ahli Tasawuf mengatakan dalam penerangannya sesungguhnya apa-apa yang Aku lihat adalah Allah, sudah barang tentu ia menyatakan adalah hasil tafakur dan merenung yang seolah-olah terlihat olehnya dunia ini tiada yang ada hanya Allah (Dirinya). Hal tersebut bisa diterima, oleh karena tadinya pun dunia ini tiada ada, yang ada hanya dzat yang tidak seumpama apapun, kini telah Kita sama-sama membuktikan dunia perwujudan tentu yang berwujud ini asalnya tidak ada. Cobalah Anda renungkan sejenak.

Untuk lebih dapat dipahami, para ulama dijaman dahulu membuat penjelasan tentang hal tersebut dengan menerangkan Dzat Sifat dan Asma Af’al.

Jika Kita mau mempelajarinya pasti Kita akan mengerti, apabila Kita sudah memahaminya, tak lagi Kita dapat bergeser Iman Islam Kita, walaupun datangnya pengaruh-pengaruh yang bersifat duniawi. Karenanya ia tahu dunia perwujudan adalah hanya pantulan dari yang tidak seumpama itu, maka ia tidak lagi dijadikan permasalahan ada dan tidak itu adalah sama. Lebih-lebih Kita telah mengerti tentang penjelasan bahwasanya Allah itu adalah kenyataan Esa. Yang tidak perlu lagi Kita jadikan sandaran kuat dalam mengemban Hidup dan Kehidupan di Alam Semesta ini. Justru Kita tidak usah mencari hal-hal yang Kita sendiri tidak mengerti, agar Iman Islam Kita ini benar-benar stabil, yang penting kerjakanlah apa-apa yang diperintahkan dan jauhkanlah apa-apa yang dilarang oleh Sara dan Undang-Undang Negara (Hukum), sebab apabila Agama / Undang-Undang Negara, apalagi mencampuri urusan agama ke dalam Politik Negara, pasti orang-orang tersebut sukar Kita percaya, apakah Iman Islamnya itu sudah betul bersih dari kotoran duniawi, lebih-lebih kalau mereka belum mengenal dirinya sendiri. Maka marilah mengikuti ajaran Rasulullah dengan Mentauhidkan Diri Kepada Allah SWT.

Saudara-saudara kaum muslimin dan muslimat, wabil khusus Warga Kekeluargaan, kiranya sangat perlu sekali diperhatikan benar-benar dan agar Kita mengerti tentang status dan fungsi Manusia yang ditempatkan oleh Allah, Derajat  dan Martabat Kita sebagai Manusia seperti di firmankan dalam Al Qur’an Nul Karim yang menyatakan di bawah ini :
Walaqod Karomna Banii Adama, Wa Amalnahum Fil Bara Wal Bahri Warodzaknahum Minatho Yibyati Wafad Dalnahum Ala Katsirin Min Man Kholaqna Fadhillah
Artinya :
Sesungguhnya Allah sangat memuliakan anak cucu Adam dan Aku  angkat dia derajatnya di laut dan di darat serta di udara di tempat yang tinggi, Aku berikan mereka rejeki yang baik-baik dan yang bagus-bagus dan juga Aku lebihkan derajatnya diatas dari semua makhluk-makhlukku yang lainnya bahkan Aku Utamakan.

Itulah penjelasan Arti dan Makna dijelaskan oleh para pendahulu-pendahulu Kita dan cobalah Anda berpikir sejenak dan khusus bagi Warga Kekeluargaan, apakah Kita masih belum mau mensyukuri atas Harkat dan Martabat yang dianugerahkan kepada Kita.? Selain itu pula Kita telah begitu banyak rachmat dan nikmat yang diberikan kepada hamba-hambanya yang sholeh itu, maka hendaknya Kita sudah harus memahami hal tersebut setelah Kita ditunjuki oleh ayat tersebut diatas.

Janganlah Harkat dan Martabat Manusia itu dibawah dari makhluk-makhluk hewan-hewan dan sebagainya. Ini sangat penting bagi Kita, mengapa ajaran Rasulullah menganjurkan agar pengikut-pengikutnya mengenal akan Diri Pribadi masing-masing, supaya Ia tahu bahwa Allah telah mengangkat Martabat Manusia diatas dari segala makhluk lainnya. Sebab selama dia belum mengetahui dirinya, tentu amal maupun perbuatan asal saja, yang penting asal perut dia kenyang, apapun pekerjaan itu, inilah yang perlu Anda pahami. Justru apabila tidak Kita usahakan selama masih punya nafas, Kita akan menyesal kelak, memang sementara Kita dalam kondisi dan cukup lain-lainnya, belumlah hal yang lainnya terasa oleh Kita, akan tetapi apabila saatnya telah datang barulah Kita ingin mencari pertolongan ataupun perlindungan, maka dari itu saya peringati untuk agar tidak rasa ada penyesalan nantinya, perhatikan ayat diatas.!!!

Mari Kita teruskan dengan menjelaskan tentang ajaran Allah yang dinyatakan Hadits Rasulullah SAW yang setiap Umat Islam akan berpegang pada sabdanya Nabi agar tidak menjadi samar-samar keterangan itu, oleh karena itu mari sama-sama menelaah dengan seksama seperti terdapat pada Hadits ini :
Idzaa Ardaullahu Biaidin Chaeron Ja’allahu Waidah Min Qolbihi
Artinya :
Apabila Allah berkehendak kepada suatu kebaikan pada seseorang hambanya, maka Allah akan mengajarkan (memberi pelajaran lewat Hati mereka).

Penjelasan atas dari ucapan Nabi Besar Muhammad SAW yang tidak akan diragukan kebenarannya oleh pengikut-pengikutnya, menurut Alam Pemikiran Kekeluargaan sudah cukup jelas penerangan itu. Karena jika Allah menghendaki pasti terjadilah, sebab Kita sudah mengakui bahwa Allah Kuasa dari segala sesuatu. Sudah barang tentu Nabi menerangkan itu para pengikutnya yang percaya kepadaNya dan kepada Tuhannya yaitu Allah, agar umat Muhammad yakin bahwasanya iapun mendapat ajaran maupun petunjuk dari padaNya. Dari awal, Nabi Muhammad SAW selalu dalam da’wahnya mengajak pengikut-pengikutnya untuk Mentauhidkan Diri Kepada Allah, dengan kata lain mengajarkan Tauhid,  agar Iman Islam dari pengikut-pengikutnya tadi, teguh, kuat. Oleh karena itu Ia tahu betul siapa yang disembah itu, sehingga tidak mungkin lagi mudah dipengaruhi oleh janji-janji ataupun tak mungkin lagi Iman Islam mereka dapat dibeli dengan tumpukan uang. Itulah menurut nilai orang yang benar-benar Taqwa atau merasa dirinya sebagai pewaris-pewaris Nabi.

Maka sangat saya harapkan kepada penerus bangsa yang akan menjadi pewaris Kebenaran, berusahalah sedini mungkin untuk meyakinkan bahwa jikalau Kita benar-benar beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, pasti Allah SWT akan memberitahu atau memberi pelajaran yang Kita tidak tahu bagaimana diungkapkan Nabi. Contoh; Nabi itu Jujur dan telah diakui oleh para pemikir dunia bukan di Timur Tengah saja namun kedaratan Eropa juga.

Ingatlah oleh Anda, masa depan akan lebih memerlukan insan-insan yang terampil dan berpengetahuan maju, yakinlah oleh Anda, Allah SWT tidak mungkin Ingkar Janji, inilah keterangan Al Qur’an Nul Karim.

Untuk lebih Kita meyakinkan lagi, terutama bagi Warga Kekeluargaan, muslimin dan muslimat serta penerus bangsa, mari Kita sama-sama memperhatikan dalam penjelasan yang terdapat pada ayat suci Al Qur’an, sampai berapa jauh tentang hubungan antara Manusia dengan Tuhannya Allah.  Agar Kita lebih memahami dan membayangkan kasih cintanya diantara kedua tadi seperti yang diterangkan oleh firman Allah di bawah ini:
Laqod Tha’ala Syauqul Abra Illa, Liqaihie Wa Inna Illa Liqaihim Asyadu Syaleqan

Diartikan pada sebenarnya telah lama hamba-hambaku Manusia kata Allah, rindu ingin berjumpa dengan Aku, dan kata Allah pula Aku lebih rindu lagi ingin bertemu dengan hamba-hambaku yang soleh.

Jadi beranti Allah SWT pun kerinduannya itu tidak terungkapkan, maka dari penjelasan-penjelasan tersebut cukup jelas sudah bahwasanya antara Insan dengan Khaliknya itu sulit untuk Kita pisah-pisahkan. Kini Kita sebagai umat Muhammad sudah dengan sendirinya tiada yang perlu diragukan, sebab telah ada penjelasan dari firman Allah tersebut. Sekarang tinggal Kita pikirkan sebagai umat Islam mau percaya atau tidak. Oleh Manusia yang mau berpikir adalah diciptakan Allah tentu akan berbeda Alam Pemikirannya yang sebenar-benarnya Manusia itu adalah ciptaannya Allah itu sendiri yang bisa diartikan gula dengan manisnya. Mengapa demikian disini terlihat ayat tersebut diatas.

Selain daripada itu Kita perlu mencari dasar-dasarnya mengingat pada awalnya dunia inipun tidak ada, yang ada hanya La Esa, yaitu tidak seumpama, dan kini telah berubah menjadi dunia sebutannya, jelaslah ada wujudnya. Demikian pula tadinya Adam pun tidak ada dan kini menjadi wujud adalah ada, jadi tentunya ada dan tiada itu sama, nah ini perlu Warga Kekeluargaan cepat berpikir, siapakah sebenarnya saya ini.?

Justru itu saya menguraikan apa-apa yang telah ditunjuki oleh ayat-ayat suci Al Qur’an, baik yang bersifat hubungan Manusia dengan Allah maupun dialog / berbicara dengan Allah.!. Ini harus Kita jadikan suatu pertanyaan-pertanyaan pada diri Kita sebagaimana tuntunan Iblis terhadap Tuhannya, untuk meminta diberi kesempatan Hidup sampai Anak Cucu Adam dibangkitkan kelak, atas dasar Maha Bijaksananya Allah maka Iblis pun diizinkan untuk mengoda Anak Cucu Adam tersebut. Inilah suatu bukti yang Allah telah dapat beraudiensi dengan makhluknya itu, sudah tentu Kitapun Manusia dimuliakan olehNya, sudah akan lebih berkenan dalam menyampaikan usul-usul yang sangat diperlukan oleh Manusia itu sendiri, samakah derajat Manusia dengan Iblis ?.

Saudara-saudara kaum muslimin dan muslimat Warga Kekeluargaan dimana saja Anda berada, dan perlu Kita ketahui bahwa ini saya tulis untuk Anda yang bertanya dan mencari yang benar, cobalah Anda perhatikan pernyataan Nabi Besar Muhammad SAW, agar tidak ada keraguan dalam melaksanakannya sebaiknya juga Anda perlu memperhatikan apa-apa yang diterangkan ayat-ayat dibawah ini :
Wainnama Ta’duna Man Huwa Sadikin Basyiran Mutakalimun Wahuwa Malakum Ainnama Kuntum

Perhatikanlah, sesungguhnya yang kamu seru itu yang kamu ucapkan dan kamu panggil itu adalah yang Maha Mendengar dan Maha Melihat serta juga Maha Berkata-kata.

Itulah yang sebenarnya adalah Allah dan sesungguhnya Allah itu beserta Kamu, dimana saja kamu ada dan disitu Aku ada (inilah kata Allah), bahkan Allah tidak pernah terpisahkan oleh Kamu. Sampai-sampai Kita niat sajapun Allah itu tahu.

Jadi dengan demikian memang cukup gamblang kata Hadits Qudshi, bahwa Allah tidak jauh dari urat leher Kita dan pula pasti tidak ada yang Allah tidak tahu dari semua ulah ataupun perbuatan Kita itu.
Nah saya pikir hal tersebut diatas pasti Anda telah dapat memahami semua apa yang diterangkan pada ayat-ayat diatas, jadi seandainya Kita menyebut Allah dalam Hati pasti Allah pun tahu dan nmendengar juga. Maka oleh sebab itu perhatikanlah oleh saudara-saudara terutama Warga Kekeluargaan bahwa sesungguhnya Allah dan Manusia cukup (Aqrobu) tidak dapat dipisahkan seperti dinyatakan dalam Hadits, bahwa sesungguhnya urat leher dengan leher Kita, begitu jelasnya.

Penerangan tersebut justru karena menurut Alam Pemikiran Kekeluargaan tidak ada yang perlu diragukan lagi dan Kita yakin sekali dengan suatu penghayatan yang telah Kita upayakan dengan penuh pengertian, maka itu berpeganglah teguh pada pelajaran pada Allah dan Rasulnya jika kita sudah benar-benar beriman dan bertaqwa kepadaNya, lebih-lebih Kita sudah mau mengakui Islam itu adalah agama yang Kita anut. Marilah para kaum muslimin dan muslimat para penerus bangsa, yakinlah bahwa petunjuk-petunjuk Al Qur’an Nul Karim dengan sepenuh hati sehingga Kita betul-betul mengerti agar tidak mudah digoda dan dibujuk rayu oleh sebagian masyarakat Islam yang cuma cukup membacanya akan tetapi tidak pernah menghayati apalagi membuktikan sendiri kebenaran ayat ataupun Hadits itu.

Kita sampai sudah kepada memperhatikan ayat-ayat yang lainnya yang perlu sangat mendapat perhatian khusus Kita bersama yang berkenaan dengan ajaran Allah dan Rasulnya. Pada surat / petunjuk Al Qur’an Nul Karim sebagai suatu dorongan langsung dari Allah atas pengikut-pengikut Muhammad, agar betul-betul menjadi suatu bahan pemikiran, yaitu terutama umat Muhammad (Islam) wabil khusus Warga Kekeluargaan dalam penjelasan ini apa-apa yang ada dilangit dan apa-apa yang ada dibumi, itu adalah menjadi ayat bagi orang yang berpikir atau orang yang berilmu, maka oleh sebab itu Allah menjelaskan kepada Kita sekalian seperti tertulis dibawah ini :
Alam Naskahtul Haq
Diartikan :
Dunia Semesta ini adalah cerminnya Allah atau merupakan Naskah Allah.

Yang perlu dikaji dan dibaca oleh Kita semua (oleh Manusia) dan selain itu Alam inipun atas 2 (dua) bagian :
  1. Alam Kabir.
  2. Alam Sugir.
Dan setidak-tidaknya Kita harus mampu membaca, terutama tubuh Kita sendiri dan seandainya belum bisa membaca Alam Kabir paling tidak Kita bisa hendaknya berkaca atau jadikan cermin Allah dunia yang nyata ini, tentu tujuan dari pada Allah itu agar pengikut-pengikutnya Rasulullah itu supaya menjadi orang-orang yang berguna dan ada manfaatnya di tengah-tengah masyarakat Islam khususnya, dan bagi bangsa Indonesia pada umumnya. Sebagaimana pula dianjurkan oleh Nabi Besar Muhammad SAW agar menunut Ilmu Allah, walaupun sampai ke luar negeri (seperti China).Jadi begitu jelas anjuran Rasul Allah tersebut dibolehkan untuk mencari walau sampai ke negeri orang lain, tidak hanya di negerinya sendiri, itu tidak lain tujuan dari Rasulullah tadi berkeinginan agar pengikutnya tadi memiliki suatu Ilmu pengetahuan yang berguna bagi bangsa dan negaranya.

Bagi saya orang yang sudah benar-benar bertaqwa kepada Allah, niscaya meraka akan benar-benar berusaha ke arah itu, oleh karena itu Allah pun pasti siap membantunya apabila Manusia / Hambanya sudah mempunyai suatu keinginan yang cukup kuat, seperti yang difirmankan Allah di bawah ini :
Wattaqillah Wahyu Alenuna Kumullah

Dan Allah menyatakan kepada Kita sekalian lewat ayat-ayat tersebut diatas itu :
Apabila kamu benar-benar bertaqwa kepada Ku (kata Allah), Aku akan ajarkan kamu Ilmu kepada Manusia, yang Manusia itu belum tahu dan paling tidak Allah menunjukkan jalan keluar yang kiranya Kita perlukan”.

Itulah yang sangat saya inginkan atas penerangan-penerangan tersebut juga bagi Warga Kekeluargaan sebaiknya mulai berusaha berpikir agar apa-apa yang sedang Kita tuntut ini akan dapat membuahkan hasil yang maksimal, baik di dunia dan kelak di kemudian hari sesuai dengan anjuran Allah dan RasulNya. Yakinlah oleh Anda firman dan Hadits Rasulullah adalah sangat benar.

Saudara-saudara para jemaah Majelis Muzakaroh Warga Kekeluargaan, muslimin dan muslimat dan penerus bangsa, lewat uraian ini saya mengajak saudara-saudara sebelum saya mengakhiri uraian saya ini, bagi Kita yang masih meyakinkan Islam sebagai agama Kita ialah untuk memperhatikan firman Allah :
Watadzimu Biadlih Jamaah

Dan yang kedua mari Kita realisasikan ajaran berikut ini yang meyatakan “
Wal Ashai

Dengan tujuan agar bersama umat Muhammad hendaklah saling mengingatkan dan jangan saling menghujat, lebih-lebih saling menyalahkan, Kita semua sudah menyakinkan bahwa Rasulullah telah memberi penjelasan pada ayat-ayat berikut ini :
Qullu Man Alaika Fanin Wajaqo Waj Hu Robbika Dzul Dzal Dzali Wal Iqrom

Dan Kita ingat bahwa Hidup sementara di Alam ramai ini dan untuk apakah hal-hal yang bersifat keduniawian dijadikan rebutan.

Dan selain daripada itu cobalah Kita perhatikan bahwa Rasulullah juga telah mengingatkan bahwa hanya Allah lah yang memiliki dunia ini dan yang kekal, Kita Manusia adalah milik Allah. Bahwa firman Allah lainnya menjelaskan kepada Kita semua yang menyatakan :
Al Ilmih Bil Choiri Amalin Zambun Kabiroh, Wal Amalu Bichoiri Ilmin Dholahan Syajidun

Sesuatu pengetahuan tanpa disertai amalnya akan sia-sia dan sesuatu perbuatan tanpa disertai ilmu kurang bermanfaat. Nah itulah yang perlu menjadi perhatian Kita agar Kita tidak mudah diombang-ambingkan oleh duniawi semata, maka dari itu Warga Kekeluargaan selalu menjelaskan bahwa semua apa yang dirasakan enak maupun tidak itu adalah bertitik tolak dari sipemikir itu sendiri, bukan dari siapa-siapa. Maka Manusialah yang harus berusaha sendiri apabila ingin keluar dari rasa penderitaan, justru kini apa-apa yang terjadi tidak ada yang lain kecuali ulah Manusia yang berbuat itu.

Cobalah Anda sedikit berpikir dan nanti Anda memahami tentang Hidup dan Kehidupan yang Anda emban setiap hari dan perhatikanlah oleh Kita semua yang mengaku umat Muhammad, ayat yang berbunyi :
Laesa Mina Man Lam Yuro, Hifatan Bani Adama
Diartikan :
Tidaklah termasuk umatku, siapa saja jika mereka tidak saling bendampingan ataupun tidak merasa kasih sayang kepada anak cucu Adam.

Jelas dan tegas pernyataan Rasullulah itu tiada memandang bulu, apakah dia itu Raja dan pembesar-pembesar agama dan alim ulama tidak ada bedanya, jika mereka tidak berpikir sesuai dengan pernyataan Rasulullah tersebut akan dikeluarkan dari golongan umat Muhammad.

Saya kira cukup sudah kebenaran datangnya semata-mata dari Allah. Demikianlah kata penutup dari uraian tentang Definisi Taqwa dan tidak lain bertujuan agar Manusia bisa pulang ke asalnya dan semoga ini ada manfaatnya. Amin..Amin..Ya Robbal Alamin…………!

Kepada kaum muslimin dan muslimat serta para penerus bangsa wabil khusus Warga Kekeluargaan diseluruh tanah air dan dimanapun Anda berada, mari kita sama-sama memperhatikan dengan sungguh-sungguh untuk memahami dan menjabarkan agar Al Qur’an yang disampaikan lewat Majelis Muzakaroh Warga Kekeluargaan dalam membaca dan mengartikannya adalah sama. Mengucapkan Dua Kalimat Syahadat pun sama, tidak ada pembedaannya dan bahkan seluruh umat mengaku dirinya beragama Islam pasti sama dalam membacanya. Akan tetapi yang mungkin berbeda adalah dalam mengartikan (menjabarkan) dan penilaiannya, sebab hal tersebut tergantung latar belakang seseorang, disebabkan pola berpikir ataupun tingkat Ilmu Pengetahuannya. Justru itu Kita jangan cepat-cepat mengambil suatu keputusan baik positif maupun negatif, perlu Kita pelajari dulu dan Kita pikirkan dulu apa kandungannya didalam ayat tersebut agar tidak salah mengintropeksi kandungan ayat tersebut. Cobalah Kita perhatikan ajaran agama Islam ada 4 (empat) tingkatan yang perlu Kita ketahui yaitu :
  1. Syareat,
  2. Tarekat,
  3. Hakekat, dan
  4. Ma’rifat.
Kita lihat ada yang berdasarkan Mukasyafah di dapat dari Ilham dan petunjuk-petunjuk lewat Hatinya (Hidayah), mari Kita lihat firman Allah ini:
Akhadzutum Ilmakum Mayitan An Mayitin Wa Akhzna Ilmana Hayilladzina Laya Muttu
Artinya :
Kata-kata pendahulu sebagian ada yang menerima Ilmu Allah Yang Maha Hidup dan Kekal.

Itulah perbedaan-perbedaan dari tingkatan-tingkatan tersebut, jadi tidak melalui jalur pendidikan (muamalah). Kini dalam pemikiran Kekeluargaan akan bisa menerimanya memang begitulah adanya sebab Kita mencari guru adalah bersifat “Mursyid” yang tidak bisa bohong dan dibohongi dan Kita yakin setiap Manusia yang mau mencari dan berusaha tidak ada yang susah sebab dalam firman Allah berkata :
Siapa-siapa HambaKu yang ingin berjumpa dengan Aku, silahkan saja asal jangan sekali-kali menyekutukan Aku dalam Ibadah

Itulah pesan Allah kepada Kita sekalian dan mudah-mudahan dengan adanya petunjuk tersebut akan menambah Kuat keimanan dan Keyakinan Kita dalam mengemban Hidup di Alam Semesta ini. Cobalah Anda Renungkan.!!!

Penjelasan mengapa Iblis diberi kesempatan dialog dan Manusia tidak, mari sama-sama Kita perhatikan firman Allah yang sering diutarakan oleh para penceramah Kita., bahwasanya setelah adanya pertengkaran Iblis dengan Allah tentang asal Manusia tercipta dari Tanah, Iblis dari Api yang 100% murni, merasa lebih mulia dari Manusia, tidak mau sujud sehingga Allah marah, menyatakan :
Keluarlah Hai Iblis dari Tempat Ini
Sebagai kata terkutuk dan kemudian Iblis mengajukan permohonan kepada Allah.
Wahai Tuhan (Allah) baiklah, namun berilah Aku kesempatan Hidup di dunia ini agar anak cucu Adam jadi pengikutku setelah Aku goda sampai Manusia dibangkitkan
Setelah itu Allah menjawab :
Baiklah, akan tetapi bagi orang yang tidak beriman kepadaKu
Itulah merupakan dialog Allah dengan Iblis.

Tidak mustahil jika Kita benar-benar yakin dan bertaqwa kepada Allah, Iblis akan jauh dari Kita.
Hal ini tidak terkecuali bagi hambanya yang sholeh dan beriman, Allah akan berikan kesempatan untuk beraudensi kepadanya. Dilihat dari penerangan diatas, Allah memberi kesempatan kepada Iblis untuk menggoda anak cucu Adam, akan tetapi dinyatakan tersebut diatas bagi orang-orang yang tidak beriman kepadaNya. Ingatlah oleh Kita bahwa sesungguhnya Manusia itu betul-betul telah dimuliakan oleh Allah, serta diijinkan untuk meminta petunjuk-petunjuk atau pengertian-pengertian ajaran dari Allah itu sendiri. Cobalah perhatikan ayat di bawah ini :
Manjahada Fainna Lanahdi Janhum Subulan
Artinya :
Siapa yang benar-benar atau sungguh-sungguh bekerja sepenuh Hati kepadaKu (Allah), niscaya Aku tunjukkan jalan keluar dari segala apa-apa yang mereka kehendaki / perlukan.
                                                                                                                                            
Keterangan diatas jelas bahwa apabila Kita betul-betul yakin dan Taqwa kepadaNya, Allah tidak pilih kasih, apakah Kita masih meragukan firman tersebut diatas. Kini tinggallah keinginan Kita masing-masing, oleh karena latar belakang serta akal dan pengertiannya, dalam menginterprestasikan sesuatu ayat berbeda, oleh karena itu masih banyak masyarakat yang sering mengatakan : Mana mungkin sih Manusia bisa berdialog dengan Allah. Disinilah perbedaan Alam Pemikiran Kekeluargaan dalam mengkaji ayat tersebut, karena Kita telah banyak diberi petunjuk oleh ayat Al Qur’an, bahwa Manusia itu oleh Allah diberi tempat teratas dari semua makhluk lainnya dan agama yang terdahulu. Agama Islam jelas-jelas telah disempurnakan sekaligus diridhoi Allah, dari situlah Kita membuat tanda tanya dalam Hati, mengapa Iblis diberi kesempatan untuk berdialog denganNya, mengapa Manusia yang sangat dimuliakan tidak.?. Renungkanlah oleh Anda .!!!

Untuk memperjelas dialog Allah dengan Iblis perlu Kita cantumkan ayat suci Al Qur’an sebagai suatu pembuktian makhluk dengan khaliknya yang berbunyi :
Qulla Fahiidzatika Lauchwijanahum Aj’Main Ibabaka Min Humul Muchlisin

Penerangan ini sudah cukup jelas bahwa Iblispun adalah termasuk makhluk Allah juga dan bagaimanakah pandangan Kita dari Kekeluargaan dalam menanggapi penjelasan tersebut diatas, mari Kita sama-sama menelaah dan mempelajarinya agar Kita tidak lebih rendah martabat Kita dengan mendapat kutukan dari Allah itu. Ayat ini sering dibaca oleh para pemuka agama Islam akan tetapi tak pernah mendengar penerangan ini dan kini Kita perlu bertanya pada diri Kita, mengapa para pemuka agama tidak memberi anjuran agar masyarakat harus bisa berhubungan dengan Allah.
Padahal Iblis diberi kesempatan beraudensi, kata Iblis :
Wahai Allah, jika demikian halnya, baiklah berilah kesempatan Hidup sampai Manusia dibangkitkan kelak

Oleh karena itu ajaran Islam yang disampaikan lewat Kekeluargaan akan berusaha untuk bisa seperti makhluk lain agar tentunya akan lebih mantap Iman Islam Kita. Ini telah jelas karenanya yang menunjukkan adalah firman Allah itu sendiri karena Allah Maha Adil tidak pilih kasih.

Apa-apa yang disampaikan telah diperkuat oleh ayat tersebut di atas dan kini tinggal Anda saja, sebab Al Qur’an itu tidak dusta, Maka Kita upayakan, buktikanlah sendiri atas kebenaran ayat tersebut di atas, sebab Kita sering diperingatkan oleh pemuka agama.

Percaya tanpa tahu hukumnya adalah “Taqlid”. Maka wajiblah Kita berusaha untuk tahu sendiri, untuk merasakan sendiri agar Kita dalam mengikuti agama Islam yang disampaikan Kekeluargaan tidak merasa hampa. Yang akan Kita capai beriman kepada Allah kata Kita sendiri bukan ikut-ikutan, itulah Iman yang sempurna diridhoi oleh Allah, dan Kita tahu darimana mereka dan kemana mereka akan kembali kelak. Renungkanlah baik-baik....!!!

Saudara-saudara jemah Majelis Muzakaroh Warga Kekeluragaan, muslimin dan muslimat serta para simpatisan yang ingin memahami ajaran agama Islam yang disampaikan Kekeluargaan, mari Kita sama-sama memperhatikan apa-apa yang terdapat pada Hadits maupun firman-firmannya seperti yang tertulis di bawah ini :
Atafaqaru Sa’atan Cho’eron Min Ibadati Sabana Sanatin

Hadits ini menganjurkan kepada pengikut Muhammad cukup baik dan gamblang, bahwasanya Kita diajak untuk berpikir, oleh karena penilaiannya bahwa berpikir sebentar dengan bermusyawarah akan lebih baik daripada sholat sunnah 70 tahun lamanya, yang dimaksud berpikir dengan tujuan-tujuan tertentu yang ada manfaatnya dan jangan salah mengartikannya. Penjelasan ini bersumber apa yang diterangkan tersebut diatas dan bukan berarti mengecilkan makna sholat.

Disini telah diuraikan pada penjelasan-penjelasan lainnya menurut pandangan dan pengertian Kekeluargaan, adalah sebaiknya demikian. Sesuatu perbuatan tanpa dipikirkan lebih dahulu pasti akan membawa kerugian dan kurang sempurna serta bermanfaat. Justru dengan berpikir itulah segala sesuatu lebih “afdol”, sebab ajaran Islam yang disampaikan lewat Kekeluargaan lebih menitik beratkan pada berpikir, juga memberi peringatan hati-hati dengan pemikiranmu, berpikir dan berdzikir adalah suatu jalan untuk bisa sempurna keimanan Islam Kita sendiri, agar kita pun tidak seenaknya berkata dan berbuat, perlu Kita jaga dengan batas-batas hak Kita sebagai Insan. Cobalah kini mengartikan dan menilai dengan kata istilah ini : “Gerakan seorang tangan pejabat tinggi yang tanpa berpikir dengan gerakan seorang petani yang memeras tenaganya disawah”
Lebih berharga mana.?. Saya gambarkan 1 kg Emas dengan 1 ton, lebih mahal mana harganya.? Ini dalam perumpamaan berpikir dan shalat, maka pengertian ini Kita jadikan suatu pendorong hati, penggerak jiwa menuju kebahagaiaan hidup di dunia dan di akherat. Agama tidak memaksakan kepada pengikut-pengikutnya, sebab setiap orang mempunyai keyakinan hatinya sendiri sesuai latar belakang pendidikan dan pemahaman akalnya agar mereka tidak sesat dalam mengemban hidupnya.

Cobalah Kita perhatikan masyarakat Islam di tanah air ini, tidak perlu saya jelaskan disini,  pikirkanlah  sendiri  agar  Kita  lebih  dapat  memahami  kandungan  ayat  suci Al Qur’an. Yang di firmankan Allah. Mari Kita sama-sama memperhatikan baik-baik penjelasan yang diuraikan oleh pengertian yang disampaikan oleh Warga Kekeluargaan dan jangan terlalu Kita cepat mengambil kesimpulan atau di telan mentah-mentah, sebaiknya agar Kita memiliki pendirian yang mantap, tidak mudah terombang-ambing oleh penerangan manis oleh seseorang yang tidak jelas sumbernya. Dasar dari firman Allah ditulis sebagai berikut :
Thanaq QahuhuTa’ala Anil Achrodi Fi’af Alaihi Wa Ahkamihi
Artinya :
Sesungguhnya Allah tidak sekali-sekali mengambil Keuntungan atau Upah daripada Hamba-hambanya.

Karena Allah Rachman, Allah Rachim serba kaya dengan segala firman-firmannya, Kita selaku umat Muhammad yang berpedoman pada Al Qur’an Nul Karim hendaknya Kitab Suci tersebut tidak hanya dibaca atau dihafal saja, sebab ajaran agama Islam yang disampaikan Muhammad itu perlu Kita telaah dalam hati sanubari Kita serta Kita amalkan. Terlebih-lebih ajaran Islam itu bersifat Universal, agama Islam bukan hanya di Indonesia saja, sebelum bangsa Eropa maju, pola pikirnya Islam lebih baik, akan tetapi kini kenyataannya bagaimana.?. baik yang lainnya pun Kita dapat menyaksikan Islam sekarang yang ada di Indonesia, kurang lebih 90% Islam, namun Anda dapat menilai sendiri dan sangat sedikit yang mau memahami hekekat Islam yang sesungguhnya.

Sangat memperihatinkan kalau Kita mau merenung, kebanyakan hanya duniawinya saja yang di utamakan, sehingga sebagian besar masyarakat Islamnya jauh dari yang diharapkan, dengan demikian mudah sekali masyarakat Islam di pengaruhi oleh Uang dan mudah sekali di adu domba oleh orang yang haus kekuasaan.

Sebab itu saya mengajak saudara-saudara Warga Kekeluargaan, muslimin dan muslimat serta penerus bangsa, memperhatikan ayat tersebut diatas dan bukan berarti bahwasanya Allah itu tidak mengharapkan balasannya / imbalan dari Kita, lantas mengurangi perbuatan kebajikan pada sesamanya, bahkan sebaiknya lebih Kita tingkatkan amal dan ibadah Kita sebab Kita sudah tahu dan mengerti akan manfaat dan faedah berbuat kebajikan itu.

Tanda-tanda orang yang Taqwa dan itulah orang yang tahu diri yang sekaligus menjaga citra agama Islam yang telah Kita anut bertahun-tahun dan Kita sangat yakin sekali apabila masyarakat di Indonesia ini mau berpikir mau mengikuti dan berpegang pada agama dengan ajaran yang dibawa pimpinan penjajah di jaman Belanda. Karena Alam berpikir masih banyak seperti di jaman Belanda, akhirnya ajaran Islam itu tidak berani merubah yang baik, masih saja dengan didasarkan embah saya dulu juga begitu, nanti kamu murtad dan kafir, hal semacam ini selalu di agung-agungkan pada jaman penjajahan Belanda dulu. Kita banyak menguraikan tentang firman Allah dan Hadits Nabi.

Kini Kita mencoba membahas dan menerangkan Arti dan Makna Syahadat, yang terdapat pada Rukun Islam yang pertama, yang sangat menentukan sekali serta sangat perlu sekali Kita pahami, mengapa demikian.?.

Sebab ajaran Islam dan pengakuan sebagai umat Islam yang pertama-tama harus mengetahui dan mengerti adalah Dua Kalimat Syahadat itu sendiri, jika tidak maka masih kosonglah pengetahuan Kita itu. Agar Kita kelak tidak tergolong mungkar dari ucapan yang setiap hari Kita sadari masih banyak perilaku dan ucapan Kita yang tidak sesuai, suatu misal, jika kita ingin menyebut suatu benda jika Kita belum tahu bentuknya atau rupanya, apakah Kita bisa menyaksikan bentuk benda tersebut.?.

Jika Kita hanya mendengar dari seseorang tanpa Kita tahu persis apakah Kita percaya.?. Tentunya Kita akan ragu-ragu mengucapkannya, agar Kita yakin dan tidak tergolong hampa ucapan, maka Kita perlu mengerti dan mengenal benar barang yang Kita sebut tersebut, terlebih tentang menjadi saksi, jika Kita belum tahu akan tetapi Kita sudah bisa berani angkat sumpah untuk menjadi saksi, apakah kesaksian Kita tidak perlu sebab hal kesaksian itu cukup mengandung resiko, apalagi hal itu perlu Kita kaji dan Kita pelajari, sebab seseorang yang menjadi saksi tanpa tahu akan dikenakan sanksi hukum dengan ucapan :
Saya bersaksi tidak ada yang lain, yang wajib Kita Sembah selain Allah dan Saya bersaksi bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah

Kita tahu persis apa dan siapa itu yang Kita sembah dan apa dan siapa yang Kita sebut Muhammad, Kita bicara Logika saja, Kita tahu Allah itu katanya Esa, mana bisa disaksikan, sedangkan diumpamakan saja tidak boleh/tidak bisa, cobalah Anda renungkan sejenak, sedangkan seandainya Kita pertahankan kondisi yang sekarang Kita lakukan apakah Kita akan tergolong termasuk orang-orang yang berkesaksian “PALSU”.

Marilah Kita mengkoreksi dan Kita pelajari ulang ucapan-ucapan Kita karena untuk lebih absahnya ucapan Syahadat Kita ini agar syah benar “Dzatnya” sebab dengan ucapan yang benar tadi semua akan mendapat “Benar” dan jika Kita benar-benar mengerti pasti Kita tidak mudah terpengaruh kata-kata yang merayu yang akan menyesatkan Kita. Itulah perlu saya sampaikan agar jangan kebablasan atau keterusan dengan kesaksian yang selama ini Kita lakukan. Mudah-mudahan Kita semua cepat-cepat merubah sifat Kita yang keliru sebelum panggilan datang supaya selamat di dunia dan di akherat, dan perlu Anda renungkan baik-baik.

Dari penjelasan terdahulu mari Kita sama-sama menyimak dan menelaah atas kebenaran yang Kita pahami dan resapi. Keterangan ini tidak hanya sekedar dibaca saja atau didiskusikan saja, sebab dinyatakan oleh suatu ayat yang berbunyi :
Insan Ainil Haq
Artinya :
Bahwa Manusia itu adalah Kenyataan Tuhan, bisa diartikan Manusia itu suatu Perwujudan Allah.

Penerangan ini langsung dari firman Allah, dari Alam Pemikiran Kekeluargaan serta penjelasan itu sesuai dengan keterangan Rasulullah dengan menyatakan bahwa sesungguhnya apa-apa yang ada di dunia ini berasal dari Allah. Dengan demikian adalah menjadi pegangan bagi umat Muhammad atau umat Islam setiap waktu selalu diucapkan yaitu:
Tiada Tuhan Selain Allah Yang Wajib Kita Sembah dan Muhammad Pesuruh Allah

Hal ini mari Kita selalu mengagungkan Asma Allah, namun kenyataanya di Alam ramai ini justru Manusialah menjadi peran utamanya yang mengelola Alam Semesta ini tentu saja Allahlah menjadi Sutradaranya. Kita bisa Hidup dan Berperan karena dihidupkan olehNya dan sebenarnya Manusia itu sendiri termasuk isinya Alam itu sendiri.

Jika Kita mau memperkuat lagi dengan firman Allah yang menyatakan bahwa sesungguhnya kata Allah :
Aku Tidak Mengutus Hai Muhammad, Kecuali Adalah Umat Manusia Seluruhnya Sebagai Pembawa Berita Gembira & Pemberi Peringatan

Namun kebanyakan masyarakat tidak menyadari maupun tahu. Keterangan ayat diatas sudah cukup jelas, adapun semua yang ada di dunia ini dinyatakan Robbul Allamin dan Kita sebagai Manusia wajib merealisasikannya. Sifat-sifat Allah yang Rachman dan Rachim dan Kita paham benar bahwa perwujudan ini adalah merupakan daripada pantulan dari Yang Maha Esa (Allah adalah kenyataan Esa) sama dengan bayangan / cermin adalah tidak Abadi semua yang ada ini memang berasal dari yang tiada.

Maka itulah Kita yang masih diberi tugas Hidup dan mengemban Kehidupan di dunia ini hendaknya jangan keterlaluan, Kita semua sudah mengakui bahwasanya Allahlah Yang Maha Kuasa. Jangan mentang-mentang Kita sebagai Khalifah lantas boleh berbuat seenaknya, memang kenyataannya yang menghias Alam ini dengan gedung-gedung yang menjulang tinggi dengan segala keindahannya memang Manusia, Manusia itu mampu menyebabkan Ideologi Allah (Cita-Cita Allah) yang mengembang biakkan Manusia di dunia. Cobalah Kita renungkan bersama-sama agar Kita tidak salah mentafsirkan, karena tujuan agar buku ini bisa menjadi pendorong kemajuan berpikir Kita sebagai umat Muhammad SAW.

Saudara-saudara kaum muslimin dan muslimat wabil khusus Warga Kekeluargaan dan para pemuda penerus bangsa, mari Kita sama-sama memperhatikan urusan yang ada hubungannya dengan Kita. Akal dan Pikiran yang dijelaskan oleh salah satu ayat ini agar Kita betul-betul mengerti supaya tidak melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan ayat di bawah ini :
 “La Iqra Ha Fiddin
Artinya :
Tidak Ada Paksaan Dalam Agama.

Kalau Kita mau mengkaji menurut Alam Pemikiran Kekeluargaan, bebas dari pengaruh-pengaruh yang bersifat menyuruh dan menekan agama lainpun agar mau memasuki agama Kita “Islam”.

Maka perlu Kita ketahui bahwa kata-kata agama itu masih relatif, jadi belum mempunyai kepastian mengingat di tanah air Kita terdapat beragam agama, dengan demikian jelas ayat diatas menjelaskan kepada Kita lewat Al Qur’an Nul Kharim dengan menyatakan sebagai berikut :
Dienul Mar‘i Aqlaku Wa Man Aqlalahu Ladzina Lahu
Artinya :
Agama seseorang itu yang dapat (bisa) diterima oleh Akal dan Pemikiran yang sehat (sempurna).

Jika Kita jabarkan dengan melihat kenyataan yang demikian itu, jika pengertian Akal seseorang itu belum bisa menerima, tak mungkin seseorang itu akan beragama. Entah itu agama Islam atau agama-agama yang lainnya, maka tiap-tiap orang telah beragama misalnya: Budha, tentu agama tersebut dianggapnya yang terbaik, karena sesuai dengan Akal dan Pikiran itu sendiri, juga agama-agama lainnya, jika Akal Pemikirannya berbeda tentu akan berbeda pula agama yang dianutnya, sebab masalah tersebut tergantung pada latar belakang seseorang dalam memahami pengertian Akal dan Keyakinan Hati itu sendiri.

Disinilah untuk Warga Kekeluargaan memerlukan pandangan luas dan jauh guna dapat memperhatikan dan janganlah Kita sampai bertentangan dengan apa yang diterangkan Al Qur’an itu. Mengingat Al Qur’an telah menjadi tuntutan Kita dalam mencari dan berusaha untuk sampai kepada apa yang menjadi tujuan, kalau Kita tidak memiliki denah ataupun peta jalan mungkin saja Kita bisa tersesat di jalan, sehingga Kita tidak sampai pada apa yang Kita cita-citakan. Justru itu Kekeluargaan tidak dibenarkan hanya percaya kepada orang lain atau cerita orang lain, Warga Kekeluargaan diwajibkan berusaha sendiri untuk mengerti, memahami dan berpikir serta membuktikan sendiri, barulah Iman Islam yang Hakiki tadi dapat Kita capai. Agar Kelak Kita tidak lagi ada kekhawatiran Hidup di dunia maupun diakherat, mendapat ketenangan dan ketentraman dalam Kehidupan di dunia dan di akherat.

Dan mari Kita lanjutkan pemahaman atau uraian ini dengan harapan masa depan Kita akan lebih baik apabila benar-benar mematuhi firman Allah. Dijelaskan oleh ayat-ayat Al Qur’an sebagai berikut :
Mujahadah Muqarobah Riyyalah
Artinya :
Agama Islam itu penuh Kesungguhan Hati dalam usahanya, untuk melawan segala cobaan dan sekaligus dapat menekan hawa nafsu angkara jahat atau menahan getaran Iblis yang berasal di dalam diri pribadi Kita.

Oleh karena itu benarlah ajaran agama Islam mampu menghadapi tantangan dan semua cobaan-cobaan yang dapat merusak dan merugikan diri Kita sendiri. Kita memahami bahwa nafsu jahat tersebut bisa membawa Kita dan menjerumuskan kejalan yang menyengsarakan diri, maka dari itulah Nabi Besar Muhammad SAW memberi pernyataan dalam Haditsnya sebagai berikut :
Wa Amaman Man Kofah Mawa Awa Robbihi Wa Nahan Anil Huwa Fainul Janata Hiyal Ha’wa
Artinya :
Dan kepada orang-orang yang takut akan pembalasan dari kebesaran dan kekuasaan Allah SWT atas kemudian hari serta mereka mampu mengendalikan diri dari hawa nafsu jahat, dari keinginan hati yang sangat tercela dan rendah dan sesungguhnya orang itu sangat beruntung dan berbahagia kelak di kemudian hari.

Warga Kekekeluargaan hendaknya berupayalah menjauhkan diri dari dan melawan niat dan perbuatan jauhkan diri dari dan melawan niat dan perbuatan yang tercela atau kiranya akan dapat merugikan diri Kita sendiri, sebab kebersihan hati dan kebenaran hakiki yang Kita cari. Mengingat ajaran Islam yang disampaikan lewat Kekeluargaan bermotto :
Bersihkan Kotoran-Kotoran Yang Berada Dalam Diri Kita Masing-Masing

Menitik beratkan kebersihan hati dengan menjauhkan sejauhnya niat dan perbuatan negatif / tercela, sebab Kitalah yang wajib menjaga citra Islam itu sendiri, lebih-lebih Kita sudah tau bahwa ajaran Islam yang Kita anut langsung dari Allah semata.

Maka Kita berani mengatakan bahwa agama Islam adalah agama Etis, yaitu yang mendapat tempat diatas agama-agama lainnya yang ada. Saya ingatkan kepada saudara-saudara, perbuatan-perbuatan yang akan merugikan orang lain dan sebagainya, itulah yang bisa menutupi pancaran cahaya mata hati / diri, ialah sinar hidup dan kehidupan diri Kita, akhirnya rugilah bagi orang-orang yang tidak mampu menjaga keindahan agama Islam itu sendiri. Karena Kita tahu agama Islam adalah agama yang diridhoi Allah SWT dan mendapat tempat diatas dari semua yang ada.

Saudara-saudara Warga Kekeluargaan, muslimin dan muslimat serta penerus bangsa, pada umumnya umat Muhammad yang dimuliakan Allah SWT serta seluruh umat Islam dan terutama ulama-ulama Kita, lewat firman Allah SWT ini pasti sudah mengerti  bahwa Allah SWT menciptakan Manusia, bukan hanya orang Islam saja namun berbangsa-bangsa yang berbudaya mejemuk, bermacam-macam agama tergantung pilihan agama yang tepat buat mereka.

Dijelaskan ayat-ayat di bawah ini lewat Al Qur’an Nul Karim :
Wali Kuliwit Hatun Huwa Mewaliiha Fastabiqul Khaerat Takunu Yati Bi Kumallahu Jami’ah Innallaha Alla Kuli Syaiin Qodir
Artinya :
Semua umat yang ada dimuka bumi masing-masing punya Kiblat sendiri-sendiri, tempat ia menghadap (menyembah) dan berlombalah kami dijalan kebaikan dan kebenaran dan kelak kamu akan dikumpulkan pada suatu tempat, sesungguhnya Allah itu sangat berkuasa.

Itulah penjelasan saya, cukup jelas bukan.?. ayat diatas tersebut menerangkan kepada Kita sekalian, apakah masih ada umat Muhammad yang belum mengerti,?. Atau belum mengamalkan Al Qur’an.?. Bukankah Kita pengikut-pengikut Muhammad yang diwajibkan untuk mempercayai ayat Allah itu.? Dan bukanlah Al Qur’an yang Kita jadikan Pedoman dan Tuntunan.?. Hal tersebut sering saya uraikan pada tiap 4 minggu terakhir, disebabkan Kekeluargaan selalu menganjurkan hendaklah berpikirlah, sebab jika Kita perhatikan dengan seksama masyarakat Islam di dunia lain tidaklah menerima kata-kata yang masih belum jelas kebenarannya / samar.

Dengan adanya perkembangan teknologi, kemajuan Islam dewasa ini, oleh karena itu terutama Warga Kekeluargaan, pada umumnya masyarakat Islam ini merupakan tantangan yang harus Kita hadapi, janganlah saling bertikai, membenci, menghujat ataupun saling menyalahkan agama. Tiada ada yang wajib di puji hanya Allah semata. Apapun nama agama itu adalah berasal dari Allah juga, karena yang bersifat makhluk tidak memiliki dan membuat agama, kecuali Allah, maka Kita Manusia mengakui Allah lah yang paling Kuasa dari segalanya. Hati-hatilah dalam mengartikannya hal tersebut, janganlah dimulut saja. Kita berkata demikian tetapi hatinya berbeda.

Kita sering mendengar dari para penceramah, kelak akhir tidak ada jenderal, tidak ada Presiden dan tidak ada pula Ulama dan Kiai dihadapan Allah. Renungkanlah oleh Anda semua yang Kita kerjakan akan dipertanggung jawabkan oleh Kita sendiri, karena niat dan perbuatan yang sengaja maupun tidak, akan mengurangi keimanan, sebab telah diberi petunjuk lewat Al Qur’an Nul Karim agar Kita mengerti akan diri pribadi yang wajib menjaga dan memelihara persatuan dan kesatuan, sesama umat saling menghormati dan orang-orang yang taat serta patuh atas perintah Allah.

Dalam usaha Kita untuk memahami dan mengetahui tentang diri pribadi, terlebih dahulu berpikir dan merenungkan sendiri, agar Kita mengerti dan tahu apa dan siapa sebenarnya diri Kita itu atau yang disebut Manusia. Maka mari Kita mengkaji ayat suci dibawah ini :
Alam Maqhar Ul Haq
Artinya :
Alam dunia ini adalah pembuktian Allah.

Pengertian yang lain dapat dikatakan dunia yang nyata ini merupakan perwujudan Allah, dan lebih tegas lagi bisa diartikan apa-apa yang ada di Alam Semesta ini maupun yang bersifat Ghaib pun satu ialah perwujudan Allah juga. Memang, oleh karena dunia berasal dari tiada, maka baik yang nyata maupun ghoib adalah merupakan satu kesatuan yang utuh, yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Demikian pula dengan adanya perwujudan Muhammad (Manusia) yang Allah ciptakan serba lengkap / sempurna, itu amanatNya serta diberi kemapuan untuk berpikir serta bisa memisahkan dirinya membedakan mana yang Haq dan mana yang Bathil. Tahu status dirinya, disatu pihak dan mengetahui wewenang Allah dilain pihak, sebab dengan penjelasan Hadits Qudsi :
Sesungguhnya kata Allah, Aku tiada antaranya lagi, hai Manusia dengan kamu, walau kamu ibaratkan urat leher dengan leher itu sendiri

Ini adalah penegesan Hadits Qudsi tersebut.

Nah begitulah kiranya dan dalam perumpaan lain Manusia dengan Khalifahnya, dapat dikatakan sama gula dan manisnya, serta apabila Kita benar-benar hayati hadits tersebut niscaya Kita tidak akan terpisah walau sesaatpun. Lebih jelas lagi bahwa yang telah mengenal kepada diri sendiri niscaya dia akan mengenal kepada Tuhannya yaitu Allah SWT.

Justru itulah kepada Warga Kekeluargaan yang lama maupun yang baru cepat-cepatlah berusaha sampai kepada apa yang dianjurkan Nabi Kita Muhammad SAW, jikalau Kita sudah betul-betul beriman dan bertaqwa kepadaNya tak sulit mengajukan permohonan kepada yang Maha Bijaksana itu. Dalam firmannya Allah itu selalu siap untuk menerima do’a-do’a dari hambanya yang sholeh dan sholeha. Artinya Kekeluargaan menentukan dari dunia fana sampai akhirat yang kekal itu, diutamakan sekali bagi Kita umat Muhammad / Islam. Cobalah Anda perhatikan baik-baik.

Mari Kita perhatikan tentang apa sebenarnya Arti dan Makna dari Iman, Amal dan Ilmu; dengan tujuan agar Kita tidak salah menempatkannya, mengingat Iman itu sendiri dapat diartikan Percaya, dan Amal itu diartikan berbuat ( perbuatan ) sedangkan Ilmu diartikan Pengetahuan. Akan arti satu dengan yang lainnya adalah berbeda. Akan saya jelaskan tentang Iman terlebih dahulu agar Kita mengerti benar apa dan siapa yang Kita Imankan itu. Jika Kita kurang memahaminya penerangan-penerangan dari para penceramah / mubaligh bisa-bisa Kita salah mengartikannya. Karena apa yang diterangkan oleh guru-guru dapat Kita terima oleh akal dan pikiran yang sehat. Apabila pikiran Kita sudah mengerti barulah Kita dapat meyakinkan, jika hati Kita sudah yakin benar tentu akan mampu mengerjakannya.

Dari hasil pengamatan dan perbuatan itu sudah dapat merasakan dan membuktikannya sendiri kenyataan yang dialami sendiri, barulah Kita bisa percaya, itulah yang Kita sebut Iman. Setelah adanya pembuktian, sebab percaya saja tanpa bukti / mengetahui adalah kepercayaan hampa namanya yang bisa diartikan kurang afdol, dapat diartikan beramal tanpa tahu Ilmunya adalah sia-sia belaka, sama dengan pohon yang tidak berbuah, yang akhirnya berguna hanya sebagai kayu bakar saja dalam arti tidak dapat dinikmati oleh orang lain atau tidak berfaedah.

Maka dengan ajaran Islam yang disampaikan oleh Kekeluargaan tidaklah cukup beriman saja, tanpa disertai pengertiannya, pengamalan pada orang lain, hekekatnya kurang bermanfaat, sebab hal itu merupakan amanat Allah, yang perlu Kita sampaikan kepada umat Muhammad SAW. Demikian pula Kita , Kita berbuat saja tanpa mempunyai tujuan dan arah yang pasti tentu akan merasa hampa, justru itu yang sangat berkepentingan sekali menyampaikan hal tersebut diatas, khususnya bagi Warga Kekeluargaan, hendaknya apa yang Kita lakukan dalam mempelajari agama Islam, supaya Kita tahu sendiri.

Dengan demikian mudah-mudahan akan lebih kuat dan kokoh Iman Islam Kita tidak sekedar Iman saja. Sebab percaya tanpa diikutkan dengan pengertiannya bisa saja terjadi. Dengan mudah perbuatan yang yang tidak Manusiawi mungkin saja lebih dari itu, karena banyak pembuktian lebih ganas daripada hewan / harimau. Cobalah Anda renungkan sejenak apa-apa yang saya jelaskan tersebut diatas, bertitik tolak daripada sipelaku yaitu Manusianya. Mudah-mudahan Kita dijauhkan dari sifat-sifat tercela dan Kita berada dibawah bimbingan Allah SWT. Pikirkanlah!.

Sudah sewajarnyalah jika umat Manusia selalu menyatakan rasa syukur dan berterima kasih kepada yang Maha Pencipta yaitu Allah SWT yang telah menempatkan hamba-hambanya / Manusia yang paling tinggi derajatnya daripada makhluk lainnya, baik harkat atau martabatnya. Dijelaskan oleh firman Allah SWT dibawah ini :
Wa Laqod Karomna Bani Adama Wa Amalnanum Fil Baranal Bahri, Warojanahum Minathoyibah Wafad Dhal Nahum Ala Kasirin Min Man Kholaqna Tafdilah
Artinya :
Sesungguhnya Aku / Allah sangat memuliakan sekali anak cucu Adam, dan Aku angkat dia derajatnya di tempat yang tinggi, dilaut, didarat bahkan diudara, dan Aku berikan dia rejeki baik lagi sempurna dan lebihkan dia, dan utamakan daripada makhluk lainnya yang Aku / Allah ciptakan.

Demikianlah penjelasan ayat tersebut diatas dan saya kira cukup gamblang penerangan yang tegas dari Allah yang telah mendudukkan Manusia pada posisi yang baik, bagus sekali. Hal tersebut terserah pola pikir Manusianya sendiri dan cara penghayatannya. Jika mereka tahu dan memahaminya tentu mereka selalu berusaha menjauhkan dari niat maupun perbuatan yang serupa dengan sifat-sifat binatang / hewan makhluk yang rendah derajatnya. Oleh karena mereka tahu bahwasanya Allah sendiri memulyakan dirinya. Dengan ayat tersebut diatas tidak perlu diragukan lagi bahwa kebenarannya agar Kita tidak tergolong orang yang tak beriman ataupun ingkar, justru itu Kita hendaknya harus berpikir agar Kita tidak sia-sia. Cobalah Anda renungkan sejenak.

Maka oleh sebab itu, bagi Warga Kekeluargaan hendaklah hal tersebut dijadikan perhatian khusus, supaya Kita tidak tergolong Manusia yang tidak tahu diri, menurut penjelasan Nabi, Manusia yang menuntut ilmu keluar dari dirinya sendiri adalah sesatlah mereka, tentu orang-orang tersebut bisa saja berbuat dan perbuatannya lebih rendah dari makhluk-makhluk Allah lainnya.

Marilah Kita telaah dan perhatikan apa-apa yang disuratkan diatas dengan baik-baik serta sungguh-sungguh supaya Kita tidak masuk kepada kelompok Manusia yang tidak tahu akan dirinya sendiri. Perlu saya sampaikan kepada seluruh Warga Kekeluargaan, lewat buku ini kepada muslimin dan muslimat penerus bangsa, segenap simpatisan yang ingin memahami serta memperdalam ajaran Islam yang disampaikan lewat Majelis Muzakaroh Warga Kekeluargaan, mudah-mudahan akan menambah pengertiannya dalam memantapkan Islamnya.

Untuk lebih memperdalam pengertian / pendidikan dalam ajaran Islam sesuai dengan petunjuk Hadits Rasulullah SAW, saya mengajak segenap Warga Kekeluargaan serta para simpatisan muslim dan muslimat agar Kita bisa tahu dan merasakannya.

Nabi sampaikan lewat Hadits dibawah ini :
Inna Minal Ilma Khotil Magnani Laya La’mun
Artinya :
Memang ada Ilmu Allah itu laksana Mutiara terpendam, akan tetapi kebanyakan orang tidak mengetahuinya kecuali bagi orang-orang yang mau berpikir / berilmu.

Dan saya kira penjelasan Nabi diatas tersebut sudah cukup jelas dan gamblang, sebab hal tersebut sering diuraikan oleh para ulama Kita tetapi sebagian masyarakat Islam itu sendiri tidak banyak yang tahu, apakah yang menjadi sebab. Cobalah Anda Renungkan sejenak.

Maka dari itu saya mengajak Warga Kekeluargaan untuk berpikir, sebab hal itu jelas–jelas diterangkan oleh Rasulullah, sedangkan Kita umat Muhammad, Islam sangat berkepentingan sekali dengan apa yang diterangkan itu, saya sangat berkeyakinan bahwa Hadits tersebut adalah benar, istilah Mutiara itu adalah benda yang bernilai tinggi (mahal), maupun yang tidak punya apa-apa. Karena Mutiara sebagai suatu keindahan yang digemari banyak Manusia. Mengapa hal tersebut tidak pernah disentuh oleh para pendahulu Kita di Indonesia tecinta ini. Ternyata sekali bahwa adanya klasifikasi yang sampai sekarang tidak pernah diterangkan, baik ceramah–ceramah pun,  maka  kita  mendengar  cerita - ceritanya  yang  telah  diterangkan  ayat  suci  Al Qur’an.
Bahwa sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib seseorang Manusia atau kelompok / kaum apabaila Manusaia / kaum itu tidak merubahnya sendiri

Sedangkan sebagian besar orang awam tidak banyak tahu hal-hal tersebut seperti itu. Tentunya mengharapkan siraman dari para mubaligh / guru agama setiap umat Islam pasti menginginkan “Mutiara Terpendam” yang telah dijelaskan lewat Hadits Nabi tersebut diatas. Walaupun cara mendapatkannya dengan usaha yang sesungguh-sungguhnya, karena akan menghasilkan ketentraman hati dan jiwa, memang yang disebut Allah adalah sangat berharga dan tidak terbatas pada sholat saja. Maka marilah Kita berusaha untuk memahami arti Syariat, Tarekat, Hakekat dan Ma’rifat itu yang akan Kita raih dalam ajaran Islam yang disampaikan lewat Kekeluargaan. Amin...

Dan kini Kita dianjurkan oleh salah satu ayat suci Al Qur’an wabil khusus masyarakat Islam, agar Manusia apabila melakukan dzikurllah hendaknya disertai berpikir, karena Manusia sudah dilengkapi secara sempurna, akan tetapi tentunya Manusia itu ada pemikirannya tentang akherat, pasti akan berbeda baik tata cara kehidupannya, sudah dengan mereka akan tahu dan mengerti tentang dirinya dan tahu tentang hidupnya. Orang yang seperti itu ditempatkan sebagai Insan yang “Mahabah” yang artinya tingkatan Manusia tergolong Arif Bijaksana. Ayat yang menerangkan sebagai berikut :
Insan Mahabah
Artinya :
Bahwa Manusia itu sudah tidak lagi merasa hidupnya kekurangan, rasa ketakutan serta rasa kebingungan, karena mereka telah tahu benar status mereka dan telah bisa menempatkan kedudukannya sendiri. Dan lagi tidak ada rasa khawatir apapun kemungkinan-kemungkinannya yang akan dihadapinya, lepas dari rasa penderitaan sebab mereka sudah tahu akan Tuhannya yaitu Allah dan mereka tidak merasa jauh dari Sang Penciptanya.

Nah kalau menurut Alam Pemikiran dan Pandangan Kekeluargaan bagi orang-orang yang mendapat tempat itu, sudah pasti doanya akan dijabah/dikabulkan oleh Allah. Dengan artian tentunya keyakinan dan kedekatan antara penciptanya, itu sudah dengan sendirinya hal tersebut menimbulkan suatu keyakinan yang kuat, tidak adanya kekhawatiran yang mungkin akan ia hadapi dengan penuh kepasrahan diri kepada Tuhannya / Allah.
Selain itu saya yakin sekali jika ajaran Islam yang disampaikan oleh Kekeluargaan akan mampu sampai kesitu/tujuan, apabila benar-benar meyakinkan apa-apa petunjuk Allah dan RasulNya lewat Al Qur’an Nul Karim, dijalankan dan dihayati sepenuh hati, kata Rasulullah tidak ada yang tidak mungkin jika Kita kerjakan dengan sungguh-sungguh.

Inilah pegangan Kita Kekeluargaan, untuk bisa sampai kepada cita-cita/keinginan untuk bisa menjadi Insan Mahabah tersebut diatas. Agar dapat Kita penuhi mengikuti sabda Nabi menjadi Insan Khamil Manusia yang sempurna didunia dan diakherat. Dan semua itu dapat Kita capai lewat keteguhan dan kepercayaan atas diri Kita sendiri yang penuh keikhlasan. Sesungguhnya hal tersebut tidak ada yang sulit, apabila Kita mau memahami dan memikirkannya. Kesemuanya terletak pada diri Kita sendiri sebagai penentunya, bukan orang lain atau guru/ustad sekalipun ulama tidak dapat menentukannya. Karena kesemuanya itu hanya sekedar petunjuk saja, itulah yang harus Kita pahami bersama oleh Kita.

Agar menjadi ingatan selalu, sebaiknya mengulang kembali kata-kata dan uraian yang berkenan dengan anjuran Allah terhadap Kita sebagai hamba/ciptaannya. Maka sangat perlu kiranya saya ucapkan kembali agar Kita tidak terlalu jauh (terlupakan). Dalam penjelasan ini dianjurkan oleh Al Qur’an dalam artian menyeluruh kepada Kita wabil khusus untuk Warga Kekeluargaan :
Ingatlah wahai Manusia kepada Ku selalu, agar Aku ingatkan kepadamu (Allah)

Menurut Alam Pemikiran dan pandangan Kekeluargaan dalam mengambil keputusan. Apabila telah terjalin cinta kasih terhadap khaliknya sudah barang tentu segala sesuatu yang akan Kita lakukan akan lebih mudah. Anjuran untuk mengingat ini bukanlah seperti yang dilaksanakan oleh masyarakat yang didasarkan syareat, yang dimaksud oleh karena pemikiran Kekeluargaan ialah selalu ingat kepada Allah.

Kapan saja dimana saja, seolah-olah seseorang yang sedang dimabuk cinta, seperti syair lagu yang dibawakan Bimbo, sedang makan ingat dia, tidur ingat dia, mandi ingat dia begitulah perumpamaan yang dimaksud kata-kata selalu, bukan hanya sebedug sekali ingatlah kepada Allah, apabila waktu Ashar datang Allahu Akbar :
Fashuquruni Adzarkum Washquru Wala Taqfurun

Inilah pesan-pesan Allah kepada Kita semua tentu saja hal ini bagi umat Muhammad agar selalu ingat kepadaNya, ingat selalu berarti tidak mengenal waktu dan tempat laksana orang yang sedang dimabuk kepayang, bahkan seolah-olah berada didekat mata sehingga tiada lagi diantaranya seperti urat leher dengan batang lehernya Kita sendiri. Begitulah akrabnya dan dekatnya Allah kepada hambanya itu.

Demikianlah penyampaian siraman rohani Islam lewat Kekeluargaan, agar Kita tidak merasa terpisahkan walau sedetik pun kepada Tuhannya yaitu Allah SWT, dengan sendirinya Kita selalu ingat dan tak akan jauh darinya dan perbuatan-perbuatan yang tercela / negatif, dengan demikian Kita akan terhidarlah baik yang bersifat merugikan orang lain maupun yang dapat merugikan diri Kita sendiri. Ingatlah selalu, syukurilah anjuran ini.

Dan jikalau  Kita telah meyakinkan benar-benar atas kebenaran ayat suci Al Qur’an serta telah pula Kita percaya atas diri sendiri dengan lewat pemasrahan diri secara keseluruhan dan diri Kita kepada Allah, niscaya Allah pun akan menunjukkan jalan dan Kita akan dimudahkannya apa-apa yang akan menjadi suatu keinginan Kita (hambanya). Lebih-lebih lagi Kita mempunyai cita-cita untuk bisa memasuki Alam Ke Esaan Allah, agar dapat membuktikan atas keindahan Alam tersebut, dan Allah akan pasti memberi Ijin / mengijinkannya. Oleh karena itu Allah sendirilah yang menganjurkannya lewat ayat-ayat tersebut dibawah ini :
Robbiq Khilni Filaqati A’hazatika
Artinya :
Ya Allah masukanlah diriku ke dalam dasar lautan Ke Esaan Allah.

Itulah Allah menyatukan dalam ayat tersebut di atas cukup jelas, keterangan ini maka saya sampaikan wabil khusus Warga Kekeluargaan kaum muslimin dan muslimat serta para simpatisan agar berpikirlah dengan anjuran tersebut ini. Sebab tanpa Kita mau berpikir sendiri mana mungkin apa-apa yang Kita belum pernah tahu dan rasakan dapat Kita yakinkan kebenarannya itu.

Banyak cerita-cerita kuno 8 (delapan) juta tahun yang lalu tak mungkin ada Manusia yang bisa mendarat di bulan (angkasa), tidak ada yang berani cerita-cerita hal tersebut dan tentu Anda kini sudah bisa membaca surat-surat khabar atau dalam berita-berita luar negeri, bahwa ruang angkasa kini telah menjadi tempat rekreasi para pembesar dunia, juga para orang-orang yang ingin menduduki angkasa tersebut.

Hal mana tidak menjadi rahasia lagi karena Al Qur’an telah menjelaskan bahwa sesungguhnya Allah telah mengangkat harkat dan martabat Manusia ditempat yang paling tinggi baik di Laut, di Darat dan di Udara. Dan Allah lebih utamakan makhluk Muhammad ini daripada makhluk-makhluk Allah ciptaanNya yang lain. Maka bersyukurlah dengan Wajah Muhammad yang sempurna seperti yang Anda sandang ini.

Mari Kita teruskan uraian-uraian ini, sama-sama diperhatikan penjelasan dari pendahulu-pendahulu Kita yang tergolong arif, bila yang sudah punya kemampuan dan hasil penghayatannya.
Menerangkan kepada Kita adalah :
Wa Iza Rohita Situmaia Rohita Athan Wa Milkan Kabiron

Bila Anda telah memiliki kemampuan untuk melihat Alam Akhirat niscaya Anda akan dapat menikmati atau kenikmatan Alam Kerajaan Allah yang besar. Demikianlah ayat tersebut diatas menerangkan dengan sesungguhnya Allah tidak menutup-nutupi ataupun merahasiakan tentang keadaan-keadaan Alam Akhirat itu. Jikalau seandainya ada hamba-hambanya ingin melihat atau memasuki Alam yang penuh Keindahan itu, dalam hal ini Manusia diberi kelonggoran ataupun kesempatan oleh Allah untuk berkunjung kesana sebelumnya untuk selamanya, dan kembali ketempat tersebut sesuai dengan dalil Innalillahi, kembali keasalnya.

Bahkan pepatah sunda Kita bisa nganjang kepa gito, agar kelak tidak merasa takut pulang kekampung halamannya. Akan tetapi pada kebanyakan Manusia Islam yang katanya Cinta, Taqwa kepada Allah ternyata setiap saat masih saja minta dipanjangkan umurnya. Dan apabila sakit cepat kerumah sakit, sebab apabila sudah pernah kesana mungkin nantinya tidak akan ragu-ragu lagi. Jika kalau telah datang panggilan kembali keasalnya, oleh karena setiap ahli-ahli hakekat harus melewati jalan mengenal dahulu kepada dirinya sendiri, dan barulah Kita mengenal yang menciptakan diri Kita itu. Ialah yang serba Maha, dialah yang memiliki Alam semesta ini. Justru Warga Kekeluargaan lebih menekankan yaitu Allah. Mudah-mudahan Warga Kekeluargaan dapat memenuhi petunjuk Al Qur’an pada surat :
Fana Kana Ya Reja
Yang mengatakan :
Siapa-siapa hambaku yang ingin berjumpa dengan Aku kata Allah, kerjakanlah Sholat dan janganlah sekali-kali menduakan Aku dalam Ibadah.

Nah saya rasa cukup jelas bahwa kesempatan-kesempatan yang diberikan kepada Kita Manusia yang masih hidup, agar dapat menyampaikan kepada sesamanya apa-apa yang Allah jelaskan dalam ayat-ayatnya tersebut diatas tadi. Bisa saja dilaksanakan oleh Kita asal benar-benar Kita yakin dan pasrah kepada Iman Islam, semata-mata hanya kepada Allah SWT, tidak ada yang mungkin apabila dengan sunguh-sunguh.

Dan selanjutnya mari Kita perhatikan suatu ayat atau firman Allah yang memberikan petunjuk pengertian yang dapat menjadikan kuat bagi setiap umat islam atau Kita yang mengaku beragama Islam, agar tidak simpang siur, Kita lihat ayat dibawah ini :
Wa Izqilla Robbika Lil Malaikat Jailun Fil Ardhit Gholifatin
Artinya :
Allah berseru kepada segenap Malaikat bahwasanya Aku akan menjadikan Manusia sebagai Khalifah sebagai Pemimpin di muka bumi ini.

Untuk penjelasan ayat tersebut diatas saya kira cukup jelas adanya, disini saya uraikan atas Alam Pemikiran dan pengertian Kekeluargaan. Sesuai dengan petunjuk diatas bahwa sesungguhnya Manusialah yang memegang peran dimuka bumi ini, dan sebagai sutradaranya maka Manusialah yang diatas dan bertanggung jawab atas kesuburan bumi dan kehancurannya, terletak pada pola pikir Manusia itu sendiri. Manusia diberi beban keselamatan dunia dan akherat, justru itulah untuk Manusia tidak boleh terlalu gegabah dalam mengemban amanat Allah. Kita harus sangat menyadarinya bahwa baik wujud maupun hidup dan kehidupan serta penghidupan adalah Allah yang menentukan. Sekalipun Kita telah diberi wewenang untuk mengelola dunia ini, di Alam yang ramai namun Kita harus dapat membatasinya sebagai suatu alasan dan kepada yang mengutus. Cobalah renungkan sejenak, sudahkan Anda atau Kita patuhi kewajiban-kewajiban selaku utusan.?. Perhatikan perintah kepada Nabinya :
Mahnu maasyirul ambiya amarana anna kalimu nasa alaqodika uqlihim

Para Nabi mengakui bahwa Rasul diperintahkan untuk berbicara terhadap seseorang (hamba) agar sesuai menurut tingkat kecerdasan dan pengertian yang dimiliki orang tersebut, masing-masing dari maksud tujuannya, agar jangan berbicara tentang sesuatu yang sekiranya belum sampai pikirannya yang bisa menimbulkan / bertentangan dengan salah satu tugas yang mulia itu. Demikianlah nabi-nabi menjelaskan, justru kepada Warga Kekeluargaan hendaknya juga harus berbicara dengan melihat dan memperhatikan kepada siapa yang sedang berbicara itu. Renungkanlah.

Saudara-saudara simpatisan muslimin dan muslimat wabil khusus Warga Kekeluargaan, perlu kiranya Kita mengetahui ajaran agama Islam yang saya sampaikan. Seolah ada perbedaan dilihat dari syareat dalam Alam Pemikiran yang dikelola oleh Kekeluargaan, yang ada perbedaannya hanya pengertian dan cara berpikirnya, adapun bacaannya adalah sama.

Seperti membaca ayat-ayat suci Al Qur’an, membaca Syahadat ataupun Bismillah adalah sama, agar Kita tidak salah memahaminya, maka akan saya jelaskan berikut ini, dengan memperhatikan Cara Berpikirnya pada kebanyakan masyarakat Islam ditanah air Kita karena terlalu lamanya dijajah oleh Belanda. Agaknya orang-orang dulu takut dengan penekanan penjajah sehingga pola berpikirnya dari situ kesitu lagi. Saya tidak berani mengembangkan, sedangkan Rosullullah menyatakan bahwa Islam itu dapat mengikuti segala perkembangan jaman dan perlu Kita telaah kembali ajaran agama yang membuat Pikiran Manusia itu Positif.

Maka dari hal tersebut Kekeluargaan berusaha untuk menelaah lagi apa-apa yang disampaikan oleh para pendahulu Kita, hendaknya dipahami benar dengan kata ayat :
Wahuwasamiil Alim
Artinya :
Bahwa Allah Itu Maha Tahu.

Sudah cukup sampai disitu saja dan berbeda dengan pemikiran Kekeluargaan, padahal ayat lain menyatakan agama Islam adalah Realita Haqqul Mubin, mari Kita perhatikan petunjuk Al Qur’an yaitu :
Iza Fatalaha Wijhatan Ta’irrafu Tualu Maa’ka Wainqola Alam Ta’lam An Nata Arufa Huwa Maurudhu Alaikan Wal Amalu Anta Uhadika Ala Ilaihi Wanina Matahdihie Ilaihit Mimma Huwa Audzihaa Aldika
Artinya :
Apabila telah terbuka mata hatimu atau telah hizab, walaupun sedikit saja daripada Ilmu Pengetahuan tentang Kema’rifatan (Ma’rifat) kepada Allah, mengenal kepada kekasihnya, tidak mengapa bagi Kita (Anda) dan mengapa demikian dan perlu diketahui oleh Kita bahwasanya Ilmu Ma’rifat itu adalah pemberian langsung dari Allah kepada Kita, dan sedangkan syareatnya itu Amal dan Ibadah, itu adalah perbuatan yang Kita lakukan hanya sekedar persembahan kepada Allah.

Maka oleh itu cobalah Anda pertimbangkan baik-baik yang mana yang lebih sempurna (afdol) apa-apa yang Kita tahu adalah anugerah dari Allah, dan lebih sempurna adanya dibandingkan dengan amal-amal yang Kita persembahkan itu dan justru apabila Allah berkendak pasti ada buktinya. Ajaran Islam yang disampaikan Kekeluargaan ialah :
Zarotun Illa Biizillah
Artinya :
Dengan seizin lah Kita selalu berbudi dan berpraktek.

Dan mari Kita teruskan uraian Kita ini dengan memperhatikan penerangan dari seorang Imam yang terkenal dijaman dahulu yang memberikan suatu dorongan hati bagi para penerus Islam. Yang mempunyai suatu cita-cita dan keinginan untuk bisa sampai kepada tujuan akhir yang lebih baik, walaupun dalam kata-katanya terdapat keraguan (meragukan) seperti terdapat pada hadits yang paling sering ataupun jarang disampaikan yaitu :
Latabalghu Ahadun Darojatun Hakekatun Hatta Ya Ayahada Fiehie Alfu Shodiqin Biannahu Zandiqin
Artinya :
Tidak mungkin ada seseorang yang bisa sampai kepada Hakekat yang sesungguhnya, kecuali orang itu memiliki suatu kemampuan dan dapat menerima dalam menghadapi segala cobaan-cobaan dan nistaan-nistaan serta ejekan-ejekan dan bahkan tuduhan syirik ataupun murtad atas dirinya.

Dari pada sebagian kelompok Islam yang belum atau tidak mengerti tentang hakekat itu sendiri yang sebenar-benarnya dengan semua itu mampukah Kita menerimanya. Kita harus mempunyai suatu keyakinan yang kuat dan memang tidak semua akan bisa sampai pada tujuan akhir yang dimaksud, apabila Kita tidak berusaha menuju kearah itu. Menurut Alam Pikiran Kekeluargaan ialah arti kata Hakekat yang sesungguhnya adalah kenyataan Esa. Kenyataan Esa itu sendiri tiada seumpama apapun dan juga tanpa tuntutan, tanpa arah dan tanpa kata yang sesungguhnya, kemudian langsung dihayatinya.

Oleh sebab itu memang agak jarang bisa mengerti dan memahami apalagi sampai kesana, jika benar-benar meyakinkan dan mengerti apa-apa yang Kita lakukan atau Kita Imankan itu baik atau buruk tentu Kitalah yang paling tahu. Barulah banyak kemungkinan Kita akan sampai pada lahir dan bathin sebab itulah tempat Kita kembali yang hakiki, kekal dan abadi. Dapat mengerti Manusia itu adalah dari satu atau dari yang tidak seumpama itulah hakekat yang sesungguhnya.

Dari pengertian ajaran Islam yang diampaikan lewat Majelis Muzakaroh Warga Kekeluargaan. Kita sama-sama yakin bahwa agama Islam adalah agama yang diridhoi Allah, agama yang disempurnakan yang tidak suatu keraguan bagi penganutnya. Kita tidak perlu dengan cacian dan ejekan-ejekan orang yang belum sampai pada tingkat Hakekat, itulah yang penting, contohkanlah perilaku sebagaimana yang dicontohkan Rasullullah. Ingatlah oleh Anda Muhammad dan Allah merupakan suatu object yang tidak terlepas antara subject dan object tersebut. Marilah Kita sama-sama simak apa yang perlu Kita perhatikan dalam uraian ini.

Dan perlu kiranya Anda mengetahui bahwa mengapa saya selalu menganjurkan Warga Kekeluargaan mengucapkan atau berfatihah untuk diri sendiri ataupun untuk orang lain atau tidak ada keraguan dan kesangsian, mari Kita sama-sama perhatikan sabda Rasulullah SAW:
Qola Rasulullah Sallaulohua Alaihi Wasalam Idza Wadho’a Jambaka Alafirasyi’waqo Kota Fatehatal Kitabi Waqwulha Wallaha A’hadan Amanta Min Quli Syai’in Yajali Alal Maut

Apabila Anda letakan tubuh atau kepala Anda di tempat tidur, bacakan Fateha niscaya Anda akan terhindar ataupun terpelihara daripada hal-hal yang tidak Kita kehendaki. Itulah garis besarnya penjelasan tersebut dari ayat-ayat Hadits Rasulullah itu, saya kira sudah cukup difatihahi oleh setiap masyarakat Islam, terutama Warga Kekeluargaan yang selalu mendambakannya. Oleh sebab itu saya menganjurkan para Warga Kekeluargaan agar ia tidak terlalu jauh memahaminya, dengan dasar tersebut diatas.
                              
Telah saya ingatkan pada saudara-saudara yang telah cukup lama mengikutinya tetapi tidak atau belum mengerti dan lebih jelas lagi perlu Anda mengerti pula Al fatihah itu diterangkan ayat tersebut adalah tujuh ayat, adalah Ummul Kitab atau Ibunya Al Qur’an.

Alam Pemikiran Kekeluargaan dengan artinya terciptanya Alam Semesta ini dengan proses atau tahapan 7 (tujuh) hari yang tertera pada Al Qur’an, 7 (tujuh) bumi dan 7 (tujuh) Langit dan perpaduan unsur-unsur Nama yaitu Allah, Muhammad dan Adam sehingga terwujudlah Alam Semesta ini. Hasil symposium pada tahun 1966 di PTIK Kebayoran Baru, menjelaskan tentang persepsi Allah atau menerangkan kedudukan Allah, dari situlah sumber pengertian dan pengamalan Warga Kekeluargaan yang telah membuktikan serta keyakinan ajaran Islam lewat Kekeluargaan tersebut.

Dan untuk lebih memperkuat, serta meyakinkan lagi apa-apa yang disampaikan oleh Majelis Muzakaroh Warga Kekeluargaan tentang uraian makna Fatihah dan apa mamfaatnya. Dipetik dari dasar petunjuk Al Qur’an Nul Karim serta sabda Rasulullah SAW yang telah ditetapkan oleh masyarakat Islam sebagai pedoman, maka suatu komitmen antara insan dengan khaliknya yang telah dijelaskan dibawah ini :
Faqoltu Ya Robbie Akrim Umatu Bihazihi Lauhin Faqolar Robbuka ‘Ala Qod Akromtuka Biihimma Wahuwa Minal Matsini Wal Quranul Aqim

Rasulullah memohon kepada Allah dengan mengatakan ya Allah, muliakankah umatku yaitu umat Muhammad dengan kedua Izi Lauhil Mahfush, dan kemudian Allah memberi jawaban lalu mengatakan pada sesungguhnya Aku (Allah) telah memuliakan kamu hai Muhammad dan memberikan 7 (tujuh) ucapan dalam surat Al Fatihah tersebut, dzat itulah isi seluruh Al Qur’an yang Agung.

Itulah Arti dan Makna dari ayat tersebut yaitu surat Al Fatihah dan jelas juga apa-apa yang disampaikan oleh Warga Kekeluargaan bahwa uraian tersebut mempunyai dasar yang cukup kuat dan bisa dijadikan bahan yang bisa ataupun yang dapat diterima oleh akal dan pikiran yang sehat dan sempurna bagi masyarakat pada umumnya dan Warga Kekeluargaan pada khususnya.

Apabila Kita mau berpikir dan penerang ini pun bisa diartikan dialog (beraudensi) antara insan dengan khaliknya, yang sehingga Kita dapat lebih meyakinkan karena dapat dimengerti oleh akal dan pikiran Kita terutama bagi masyarakat Islam yang betul-betul mau berpikir dan beriman. Perlunya saya petikan ayat-ayat suci Al Qur’an dan Hadits Rasullulah yang dapat sebagai pegangan kuat bagi setiap umat Muhammad (Islam). Cobalah Kita sama-sama perhatikan baik-baik agar Kita tidak lagi ada keraguan dalam membawa amanat Allah lewat Kekeluargaan. Bagi setiap Warga sangat penting sekali memperhatikan ayat dan isi kandungan Al Qur’an Nul Karim, mudah-mudahan Kita menjadi orang-orang yang selalu dibimbing oleh Allah SWT.

Dan perlu kiranya mendapat perhatian khususnya dari Kita semua umat yang mengaku beragama Islam untuk lebih memahami dan melaksanakannya agar Kita tidak terkena Firman Allah :
BUTA DI DUNIA BUTA JUGA DI AKHIRAT

Kita ketahui bahwa Allah telah melengkapi Manusia dengan 2 (dua) mata yaitu : Mata Indera dan Mata Hati, supaya kedua-duanya berfungsi hendaknya jangan hanya Mata Indera saja yang selalu dipergunakan untuk melihat keindahan-keindahan Alam diluar Kita yaitu Alam Syurga (Akhirat). Allah telah menyediakan alatnya kepada Kita, hamba yang dimuliakan olehnya, agar tidak sia-sia, perhatiakanlah firman dibawah ini :
Qulubul Mu’minina Ajrohu Fihie
Artinya :
Hatinya orang Islam sesungguhnya bersih, jernih dan dapat melihat Alam-Alam yang ada di luar dunia ini ialah Alam Ghoib. Oleh karena itu apabila Kita betul-betul berusaha kearah itu pasti Allah akan menunjukkan jalannya.

Selain daripada itu perlu juga diketahui memang ada suatu penjelasan yang jarang dikemukakan oleh para mubaligh sebagai pewaris nabi yaitu terdapat firman Allah Yang Mulia ini : Aku bukanlah Pintu Tabir dari Kegelapan Hati dan Jiwamu, maka kini engkau akan dapat melihat Alam Ghoib dan Hatimu Tajam dan jika bersih terang benderang laksana lampu leon dimalam hari. Pada sesungguhnya yang diajarkan Islam yang disampaikan oleh Warga Kekeluargaan, benar-benar berusaha menuju kesempurnaan Iman Islam Kita yang mendapat ridha Allah SWT. Perhatikan dan renungkanlah oleh Anda.

       Saudara-saudara para Warga Kekeluargaan muslimin dan muslimat serta para simpatisan yang dicintai Allah, mari Kita sama-sama menelaah dan memperhatikan ayat suci yang tertulis dibawah ini :
Inna Aradina Amanta Alas Samawati Wal Ardhi Wajibalu Faabaina Anyah Milnaha Wa Asyfaqina Amalaha Insani
Artinya :
Sesunguhnya kami Allah telah memberikan amanat tanggung jawab dunia kepada langit dan bumi serta gunung-gunung akan tetapi satupun tidak ada yang sanggup berani dan semua itu enggan memikul tanggung jawab yang cukup berat itu, kecuali Manusialah yang mau menerima beban tanggung jawab dunia ini.

Justru itulah telah saya uraikan dalam pemikiran Kekeluargaan bahwasanya Manusia itulah yang ditugaskan untuk mengelola Alam Semesta ini dengan segala apa yang ada di dalamnya. Karena apa, Manusialah makhluk yang paling sempurna dan Indah bentuk tubuh serta pendiriannya yang sudah selayaknya Menjadi Peran Utama di dalam segala-galanya.

Dan demikianlah penjelasan-penjelasan yang terkait pada ayat-ayat tersebut di atas, maka oleh karena itu Kita sebagai Insan yang memiliki Akal dan Pikiran yang sehat dan sempurna hendaknya berpkirlah agar Kita tidak ikut-ikutan saja. Kita perlu filter sendiri yang disediakan oleh Allah untuk meneliti dan menelaah apa-apa yang tersurat pada ayat-ayat Al Qur’an. Cobalah Anda perhatikan Hadits Rasullulah ini :
Ma Kholaqalhu Akrama Alaihi Minal Aqlii
Artinya :
Sesungguhnya Allah menjadikan Manusia itu dengan dibekali Akal yang sempurna.

Jika tidak bisa diterima oleh Akal  Kita, ya sudah tak usah diyakinkan, cukup begitulah saja. Justru sesuatu ayat ataupun firman Allah,apabila tidak bisa diterima oleh Akal dan Pikiran sendiri, sebab setiap pemeluk agama apapun juga tidak bisa terlepas dari penerimaan akal dan hatinya. Dengan perbedaan pengertian akal mereka itu akan berbeda pula agama yang dianutnya, sesuai pula dengan latar belakang daripada sepenganut itu, karena itu ajaran Islam tadi melarang untuk memanfaatkan seseorang untuk ikut masuk agama yang dianutnya itu.
Lakum Dinnukum Waliyadin
Artinya :
Untukmulah Agamamu dan untukkulah Agamaku.

Justru Islam betul ajaran langsung dari Allah, agama yang disebut etis, berbudi dan berpikir yang luhur, cobalah Anda renungkan....!!!

Mari Kita sama-sama teruskan uraian ini serta Kita perhatikan baik-baik suatu firman Allah yang bersifat perintah kepada Muhammad selaku utusannya, untuk Kita jadikan pegangan dalam menyampaikan amanat Allah yang tercantum pada ayat suci Al Qur’an Nul Karim. Agar Kita lebih mengerti, lebih meyakinkan lagi, setiap yang Kita baca, apakah fadilahnya shalawat yang pernah Kekeluargaan menganjurkannya, supaya Kita tidak ragu-ragu lagi ataupun kebimbangan hati. Perhatikanlah ayat dibawah ini :
Qulbiefamlilahi Wabie Racawati Tazalika Falyadrahu Huwa Khaehiron Mimma Yat Maun Manshalla Alaiya Sholatan Sollahu Alai Ashron
Artinya :
Katakanlah hai Muhammad olehmu dengan rachmatnya, maka oleh sebab dari itu adalah lebih baik dari pada apa-apa yang mereka lakukan itu adalah menurut tanggapan mereka sendiri dan siapa-siapa yang sering mengucapkan shalawat satu kali saja Allah akan menjawab 1000 kali.

Nah itulah faedahnya, lebih banyak membaca shalawat sudah tentu akan lebih baik lagi, justru itulah sebabnya Kekeluargaan yang berarti Kita akan selalu ingat kepada Allah. Maka dari itu agar Kita bisa mengerti apa manfaatnya dan sekaligus Kita melaksanakan dan Kita telah penuhi petunjuk Al Qur’an pada ayat tersebut diatas. Suatu tanda Kita memenuhi. Pada ayat berikut ini sebagai realisasi atau pembuktian rasa cinta kasih Kita kepada Allah seperti dinyatakan pada ayat ini : Mahabbatum Illaihi. Itulah tujuan dari anjuran untuk lebih baik banyak membaca sholawat, sehingga Kita tidak terasa terpisahkan antara Insan dan Khaliknya walau sesaatpun, semoga Allah selalu membimbing serta memberikan petunjuk-petunjuk yang Kita semua Manusia tidak tahu, ataupun paling tidak memberikan Kita itu yang terbaik, Fazalikalahu Khaeron. Itulah atas usaha Kita Manusia yang ingin selalu terpimpin di jalan Allah. Kiranya cukup sudah bagi Kita, maka itu saya mengingatkan pada diri Kita masing-masing agar benar hidup di alam dunia berfaedah bagi bangsa dan masyarakat Islam pada khususnya, dengan sangat memberikan pengertian baik lahir maupun bathin, dan juga membawa Kita kejalan yang betul-betul mendapat ridha daripada  Yang Maha Segalanya. Inilah saudara Warga Kekeluargaan yang akan Kita upayakan selama hayat dikandung badan.

Saudara-saudara kaum muslimin dan muslimat wabil khusus Warga Kekeluargaan dan para simpatisan yang ingin memahami dan mendalami ajaran Islam serta pengertiannya.

Mari Kita bersama-sama menghayati dengan penuh keyakinan hingga betul-betul mengerti akan status Kita sebagai Manusia. Perhatikanlah firman Allah ini yang berbunyi :
Izqolla Rabbukalil Malaikati Innie Jailun Fil Ardhie Kholafatan
Artinya :
Pada sesungguhnya Allah itu memberitahukan kepada segenap Malaikat bahwasanya ia akan menciptakan Manusia itu akan menjadi pemimpin di Alam Semesta.

Jelas sudah bahwa ayat ini yang difirmankan kepada sekalian Manusia bukan hanya Islam saja. Kata-kata itu sebelum ada Manusia dan mungkin dunia inipun nyatapun belum juga ada. Nah itulah jika Kita pinjam omongan Allah, karena Adam itu sendiri belum wujud, maka dari itu perlu dijadikan pemikiran yang betul-betul jika Kita salah mengartikannya akan keliru dalam menerapkan keimanan Kita. Saya menganjurkan kepada Warga Kekeluargaan hendaknya berpikiran baik-baik sebab hal itu akan Kita bawa ke akhirat nanti, jika asal ikut-ikutan saja ataupun asal percaya saja dan kelak akan ada penyesalan. Maka mumpung Kita masih punya nafas sebaiknya berupaya sendiri agar jangan sampai kata-kata sudah terlanjur, sebab apabila Kita sudah mengerti tentu Kita akan tahu harga diri dan martabat diri agar betul-betul bahwa Manusia itu adalah diciptakan Allah karena telah dijelaskan Rasulullah bahwa Manusia itulah yang ditugaskan sebagai Pemimpin.
Ala Kulukum Waqulu Rain Mas Ulun Riyatihi

Yang kelak akan Kita minta pertanggung jawaban yang diartikan :
Setiap kamu adalah pemimpin tidak mengenal pria ataupun wanita, sesuai dengan amal perbuatan masing-masing.

Justru itu mari perhatikan sungguh-sungguh apa yang difirmankan kepada ayat tersebut diatas, semoga Kita semua tidak tergolong orang-orang ikutan dalam menjelaskan tentang pemahaman dan pengertian “Syahadat”, mengingat hal tersebut bagi Kekeluargaan adalah sangat penting sekali, dari dasar itulah Syahadat tersebut diambil sebagai awalan rukun Islam, jadi sudah tentu akan menjadi suatu ketegasan kedudukan setiap Insan yang mengaku beragama Islam. Pengertian Kekeluargaan adalah sangat diutamakan mengapa demikian jikalau saja mengucapkannya tidak dipahami dulu tentunya akan kurang kalah faedahnya, sebab asal muasalnya kata syahadat itu darimana.? Sebaiknya itulah afdol sehingga betul-betul terasa “Syah Dzatnya dan Sifatnya”.

Syahadat ada dua yaitu :
  1. Syahadat Tauhid dan
  2. Syahadat Rasul.
Perlu sekali diperhatikan sebab itu adalah suatu Iqro bagi Kita yang sudah berani menjadi saksi. Kesaksian itu adalah kesaksian lahir dan bathin, jadi janganlah terlalu gegabah karenanya akan Kita pertanggungjawabkan kelak.

Nah saudara-saudara Kekeluargaan cobalah pikir, Kita telah berani menjadi saksi dan sedangkan Kita tidak pernah tahu apa dan siapa yaang Kita sebung Kita sebut Allah maupunn yan yang Kita sebut Muhammad itu.? Bagaimana tentang kesaksian Kita itu.? Bila Kita sedikit saja Kita mau merenung pasti Kita bisa menjabarkan kata-kata kesaksian tersebut baik dilihat dari syareat maupun dilihat hakekatnya. Kita lihat firman Allah ini menyatakan :
Wamin Qulli Syaiin Kholaqol Zaudizin
Artinya :
Bahwa Allah menciptakan segala sesuatunya adalah sepasang yaitu sejenis Adam dan Hawa.

Ialah sebagai dasar yang dapat Kita jadikan bahan pembicaraan agar Kita tidak keluar dari jalur Islam dan pokoknya dan nanti barulah Kita lihat ayat-ayat yang berkaitan dengan pengakuan dan kesaksian. Kita telah sama-sama mengakui bahwa Allah yang menciptakan Kita atau Manusia dan menciptakan Langit dan Bumi diantara keduanya, tentunya termasuk Manusia didalamnya, Kita melihat Kitab Sifat 20 (dua puluh)  yang menjelaskan hal-hal yang bergandengan, ada kata Kalam Mutakaliman, Bashar dan Basyirun, dengan adanya perpaduan itulah baru Kita dapat artikan. Maka dari itu Kita dari Kekeluargaan hendaknya berusahalah untuk bisa mengerti dan memahaminya serta mengenal akan diri Kita sendiri agar bisa berjumpa dengan Kekasih Kita yaitu Allah SWT, sebagai bukti ucapan dan pengakuan Kita lihat yang beragama Islam dan Kita memahami sebagai object dan sebagai subject.

Dan untuk atau demi lebih menyakinkan apa - apa yang telah diterangkan oleh firman Allah ataupun ayat - ayat Al Qur’an diatas saya mengajak saudara-saudara Warga Kekeluargaan dalam naungan Majelis Muzakaroh Warga Kekeluargaan untuk menyimak dan memperhatikan isi kandungan pada surat An Nahl ayat 128 yang dapat memperkuat Taqwa tertulis dibawah ini :
Innallah Wa Alizi Wataqun Wallazi Nahun Muchisinun
Artinya :
Bahwa sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang Taqwa dan berbuat Kebajikan.

Itulah arti yang diterangkan oleh para pendahulu-pendahulu Kita, bahwasanya firman Allah tersebut diatas menyatakan dan menegaskan agar pengikut-pengikut Rasulullah (umat Muhammad) lebih meyakinkan. Saya yakin karena ayat tersebut sering dibaca oleh masyarakat Islam, jelas tak ada keraguan tetapi ada sebagian / kebanyakan masyarakat Islam lainnya belum mau mengerti atau memahaminya, kemungkinan karena sangat kurangnya sekali penjelasan yang mendasar daripada pemuka-pemuka agama Kita. Sampai saat ini masih banyak orang-orang kebingungan, sedangkan menurut pengakuan saya ini sudah benar-benar pandai dalam membaca Al Qur’an, sudah benar-benar melakukan apa-apa yang diperintahkan, Kita menjauhkan apa-apa yang dilarang oleh agama, mengapa karena saya masih begini-begini saja, padahal saya telah memenuhi itu semua. Seolah-olah bahwa ayat itu belum pernah merasakan, membuktikan atas apa-apa yang terdapat didalam kandungan ayat-ayat tersebut. Sesungguhnya apabila Kita benar-benar telah terasa bertaqwa kepada Allah, sudah pasti hal Kita pun tidak akan terasa terpisah walau apa dan bagaimana keadaan, kehidupan maupun penghidupan Kita. Kita tahu status diri Kita dan mengerti bahwa Allah telah memberi keterangan, sesungguhnya dimana saja kamu berada, hai Manusia, disitu akupun ada. Itulah kata asal dari Tawaqallah. Jika Kita mau menyerahkan diri Kita kepada yang Maha Hidup itu, hal tersebut jangan Kita menganggap pembuktian terhadap diri seseorang yang katanya taqwa itu, Allah akan pula mengajarkan Kita hal-hal yang Kita tidak tahu, ataupun menunjukkan jalan sesuai dengan cita-cita Kita yaitu : Wataqalla Wahyu Alimun Kam Ullah. Dan cobalah Anda renungkan dan berusahalah menghayati apa-apa yang difirmankan tersebut diatas.

Saya yakin Anda akan dapat membuktikannya sendiri, laksanakanlah dengan baik :

  1. Dan bila Kita mau melihat dengan kacamata Kekeluargaan pada sesungguhnya ajaran Islam itu realitas dan benar-benar cukup jelas dan gamblang, artinya Universal, luas dan mendalam pandangannya.
  2. Ajaran agama Islam memberi Jaminan Keselamatan di dunia dan di akhirat dan cukup toleransi dan kebersamaan, tidak egois.
  3. Agama Islam menganjurkan pengikut-pengikutnya menggunakan akal dan pikiran yang sehat dan sempurna berpikir dan berzikir.
  4. Agama Islam dan Al Qur’an mengakui mutlak pemilik seluruh agama adalah Allah, selain itu adalah pesuruhnya saja, Muhammad, Ibrahim dan lain-lainnya termasuk Kita Manusia ini, mengingatnya ada di dunia semata ini berasal dari padanya yaitu Allah.
  5. Setiap Insan atau Manusia di dunia ini Allah memberikan Hak yang sama, memiliki agama sesuai dengan jaman dan penerimaan Akal dan Keyakinan Hatinya masing-masing tanpa ada paksaan.
  6. Semua Manusia atau Insan di dunia ini di beri ketetapan rasa, baik rasa cinta mencintai atau kasih sayang, rasa bangsa tanpa memandang suku dan bangsa, ialah rasanya Allah.
  7. Agama Islam berpusat dari ajaran Allah sendiri dan bukan agama Mitologi dan bukan juga agama Syakram (syakral) dan semua keterangan bersumber atau asal dari petunjuk-petunjuk Al Qur’an Nul Karim, bahwa apa-apa yang ada didunia ini adalah berasal dari Allah. Maka oleh sebab itu saya kira sudah cukup jelas untuk Kita jadikan pedoman atau pegangan sebagai dasar untuk berbuat dan berpikir dan gunakanlah akal dan pikiran Kita yang sempurna dalam mengimankan tentang Allah dan Rasulnya.
  8. Dan ketahuilah bahwa agama Islam itu ditempat Allah diatas dari semua agama yang ada, justru Kita harus berpikir dan semua telah sama-sama mengakui bahwasanya Allah adalah Esa, yang tak perlu dipertentangkan ialah artinya Allah itu suatu kenyataan Esa atau tidak seumpama apapun juga. Jelasnya Allah itu tidak ada tuntutan, tidak ada serikat dan juga tidak berkata-kata, jadi semua tanpa arah dan ketepatan. Oleh karena itu hati-hatilah Kita berpikir dan berbuat dan beriman sebab bila Kita keliru menerapkannya tentu akan jadi dosa, jikalau Kita sudah mengerti dunia wujud ini adalah pantulan atau bayangan belaka yang tak perlu dirindukan dan dicintai ataupun benar. Yang penting bagi Kita Warga Kekeluargaan adalah mengupayakan pada yang akan Kita raih dan yang akan Kita cintai serta benci itu. Itulah pesan saya semoga Kita tidak keliru dalam mengemban dan menyampaikan amanat Allah itu yang ditunjuk oleh ayat-ayat suci Al Qur’an Nul Karim.
Saudara-saudara Kita semua yang mengaku umat Muhammad atau mengaku beragama Islam, tentu akan mempunyai rasa tanggung jawab dan berkewajiban untuk meneruskan amanat Allah sebagaimana yang telah diberikan Rasulnya yang menyuruh kepada Rasulnya itu untuk memberitahukan kepada pengikut-pengikutnya untuk saling mengingatkan kepada sesamanya.
Dijelaskan pada ayat dibawah ini :
Wadzakkir Fainnadz Dzakrutan Faunlil Mu’minini

Maka sebaiknya Kita sesama umat Muhammad (Islam) agar sering-sering melakukan ingat mengingatkan kepada sesama anak cucu Adam, supaya tidak ada keliruan atau salah menanggapinya.

Sesungguhnya kata Allah sangatlah berfaedah sekali ingatan itu bagi orang yang beriman dan sebaliknya janganlah ada lagi saling menghujat terhadap sesama umat Muhammad, lebih-lebih saling menjelek-jelekkan. Sebaliknya oleh Kita sadar sekalipun merasa non Islam, oleh karena Kita semua tahu bahwa sesungguhnya agama itu bukan Manusia yang menciptakannya baik rasa dan makhluk jin. Ini semua adalah kehendak Allah sendiri, Rasulullah pun telah memberi vonis (sangsi) kepada umatnya yang tidak mau mengikuti dan memenuhi pesan-pesannya, dinyatakan keluar dari kelompok umatku itu, yaitu yang tidak saling menghormati san saling sayang menyayangi serta tolong menolong sesama Insan (umat) anak cucu Adam.

Tegaslah pernyataan Muhammad dengan kata-kata tidak termasuk umatku siapa saja, nah itu suatu bukti bahwasanya Kita sesamanya Manusia adalah ciptaan Allah, tidak ada kecuali dan juga janganlah saling berbenturan oleh karena Allah mengingatkan lewat ayatnya pada surat.

Saudara-saudara para jamah Warga Kekeluargaan muslimin dan muslimat serta para simpatisan yang ingin memahami dan mendalami ajaran agama yang disampaikan lewat Majelis Muzakaroh Warga Kekeluargaan, saya mengingati pada saudara-saudara agar benar-benar yakin dan seyakin-yakinnya, tidak ada keraguan lagi dalam mengorbitkan tentang firman Allah dalam surat Al Israa ayat 72 menyatakan sebagai berikut :
Waman Kana Fie Hadhihi A’man Fahuwa Fil Achirati A’man Wa A’dhallu Sabilan
Artinya :
Dan barang siapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akherat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).

Dengan demikian yang diartikan ayat tersebut dan agar Kita dapat mengerti serta memahami terutama bagi Kita masyarakat Islam hal tersebut tidak ada kecualinya dan siapa saja, ialah suatu penegasan dari Allah. Maka perlu Kita sama-sama memperhatikan firman tersebut diatas dan tidak semudah apa yang sering-sering Kita dari sebagian masyarakat Islam.

Oleh karena itu kenyataannya telah ada suatu garis dari pada ayat tersebut, maka dari itulah ingin saya mengajak kepada Warga Kekeluargaan dan muslimin serta muslimat untuk mengikuti petunjuk-petunjuk Al Qur’an Nul Karim, supaya Kita memperhatikan agar Kita tidak rasa enak-enakan saja atau adem ayem terjebak dengan kata-kata yang belum meyakinkan. Sebab Kita semua Manusia akan pulang kampung asal Kita, dan apabila tidak Kita cepat-cepat berusaha mencari alamat jelasnya Kita akan kesasar berarti tidak bisa ketemu jalan yang menjadi tujuan, Alam Pemikiran Kekeluargaan, Al Qur’an dapat diumpamakan PETA JALAN, adalah suatu petunjuk jalan, maka dari itu saya mengajak Kita bersama berusaha kearah itu semasa Kita masih punya nafas hidup sebab Kita sudah mengerti 2x2=4.

Jadi Kita tidak tahu dari selama Kita di dunia ini dan niscaya kelak akhirat akan buta pula. Kita tahu bahwa Al Qur’an dan ayat-ayatnya itu adalah untuk Kita Manusia yang masih hidup untuk petunjuk jalan mencapai tujuan agar Kita bisa kembali sesuai dengan dalil dan sebelum ada panggilan.

Nah maka oleh sebab itu cara berpikir Kekeluargaan bahwa petunjuk Al Qur’an dan ayat-ayat itu adalah wajib sekali Kita pelajari. Alam kehidupan Alam Semesta ini, sebagai pegangan kuat, jadi benar-benar Kita hidup ini mempunyai prinsif dan tidaklah buta sebagaimana masyarakat Islam di Indonesia tidak usah sampai sejauh itu menuntut ilmu Allah. Allah itu kan Maha Mengetahui, cukuplah sudah yang penting carilah uang sebanyak-banyaknya, dalam pikiran Kekeluargaan belumlah cukup dibaca dan tahu arti yang ada, Kita percaya perlu Kita sendiri dan tidak perlu merasakan dan membuktikan sendiri. Islam itu ajaran realita atau bukanlah khayalan dan mari berusaha bersama agar Kita kelak akan tidak kesasar dan sesat tidak dapat kembali ke kampung halaman yang abadi.

Dan mari Kita teruskan uraian ini yang berhubungan dengan batas-batas Manusia bisa lakukan. Oleh karena penjelasan firman Allah memberikan penegasan sampai sejauh mana wewenang Kita sebagai Manusia agar Kita tidak terlalu berlebih-lebih dalam menyampaikan amanat Allah yang telah digariskan oleh Al Qur’an Nul Karim sebagaimana Allah menyampaikan dalam firman berikut :
Anna Ibadi Laesalaka Alaihim Sultonan
Artinya :
Sesungguhnya hambaku atau Manusia, engkau tidaklah mempunyai kekuasaan apa-apa atas mereka.

Jelasnya penerangan ini bahwa Kita Manusia hanya mempunyai kewajiban sekedar menyampaikan saja ataupun hanya memperingatinya, tidak diperkenankan menyuruh apalagi memaksakan kehendak orang lain. Oleh karena itu semua adalah tanggung jawabnya Allah. Memang agama Islam telah menunjukan tidak ada paksaan dalam agama, jadi Kita tidak perlu lagi seakan-akan sangat menentukan sebab apabila Kita salah menerapkan salah-salah Kita tergolongkan orang yang merampas hak Allah. Maka oleh karena itu Kita jelaskan disini yang menyangkut bahwa Allah lah yang berkuasa didunia ini maupun nanti kelak diakherat. Justru itu alam pemikiran Kekeluargaan tidak memberikan cara-cara yang seperti itu atau bersifat menyuruh kepada sesama umat Islam. Kita hanya sekedar menyampaikan saja amanat Allah, oleh karena setiap Manusia mempunyai rasa dan perasaan sendiri dan tidak bisa disuruh dan lebih-lebih dipaksa, sebab jika Manusia sudah mengerti pasti mereka akan disuruh oleh hatinya atau mereka berusaha untuk mendekati Tuhannya yaitu Allah, dan telah diterangkan oleh ayat berikut ini :
Ma Kazabal Faudimaro’a

Sebab hati seseorang Manusia tidak bisa berdusta atau berbohong, apa-apa yang pernah dilihatnya, dan selain daripada itu hadits Rasulullah pun memberi penerangan kepada Kita, umat yang mengaku Islam menyatakan bahwasanya tidak ada satupun yang lebih baik yang seumpamanya yaitu adalah Mukmin, dengan kata lain : “Laesyasyium Choeron Min Alfie Muslihiilal Insanul Mu’minin”. Dan sebab itu Kita wajib berusaha sedini mungkin agar tidak ada kesalahan dari apa yang dijelaskan oleh ayat tersebut diatas atau firman Allah maupun hadits Rasulullah, sehingga benar-benar Iman Islam Kita sempurna dan pada sesungguhnya Hati orang Islam adalah :
Qulubul Mu’minina Arrohu Fihie
Artinya :
Bersih tanpa syirik dan hasut, dengki dan jahat dan tanpa tuntutan ayat-ayat.

          Saudara-saudara para jamah Warga Kekeluargaan muslimin dan muslimat serta para simpatisan rupanya adalah sangat penting bagi Kita agar persembahan Kita kepada Allah tidaklah sia-sia. Maka oleh karena itu marilah Kita sama-sama memperhatikan ayat suci Al Qur’an berikut ini :
Annal Ashla Huwa Ma’rifatullah Ma’bud Koblal Ibadat Wazakikal Hakekettu Ma’mas Shahadati

Sesungguhnya azas pokok dari ajaran Islam yaitu mengenal betul yang disembah, itulah yang sebenar-benar hakekat Syahadat, mengapa demikian.?. Sebab menurut hadits Rasulullah sesungguhnya sholat yang tanpa mengenal ataupun tahu yang disembah itu adalah sia-sia. Itulah kiranya yang harus Kita perhatikan agar benar-benar dapat Kita mengerti dan memahami apa dan siapa yang Kita sembah dan yang Kita sebut Allah itu. Oleh karena itu diterangkan oleh ayat tersebut diatas tentu hal mana ditunjukan untuk Kita orang-orang yang beragama Islam dan beriman.

Bagaimana tentang persembahan Kita selama ini.?. Karenanya itu Kita sholat tanpa mengenal lebih dahulu kepada Tuhan Kita ialah Allah Robbal Alamin!!! Justru bagi kita Warga Kekeluargaan hendaknya mengerti dahulu supaya amal maupun ibadahnya tidak tergolong sia-sia. Maka dari itu marilah Kita berpikir, Allah telah menyatakan lewat firmanNya, sesungguhnya Aku (Allah) ini adalah merupakan Harta Terpendam atau laksana Mutiara Terpendam.

Sudah dengan sendirinya Kita perlu mencari dan berusaha serta kedalaman dari ayat tersebut tadi, sebab apabila Kita sudah merasa cukup dibaca saja tanpa Kita ingin mengetahui yang sebenarnya akan terasa sia-sia jadinya. Sebab hal tersebut ada isi kandungannya yang perlu Kita telusuri dan jika tidak mau berusaha atau diam saja, serta tidak mau menggalinya sendiri, tidak mungkin harta yang harganya cukup tinggi Kita angkat atau peroleh. Oleh karena itu Kita sangat diwajibkan untuk mengetahui betul sehingga tidak ada lagi keraguan dan kebimbangan hati atas ajaran Islam yang disampaikan oleh Kekeluargaan. Menganjurkan kepada setiap Warga Kekeluargaan untuk berusaha mengenal Allah yang disembah itu. Mengingat sebagaimana Kita ketahui bersama masyarakat Islam ditanah air tercinta Indonesia, memberitahukannya atau menyampaikannya kepada Kita ialah yang penting katanya Sholat, tetapi sholatpun ada yang terancam neraka. Memang menurut umum Sholat adalah Tiang agama, akan tetapi tanpa Pondasi jelas akan cepat runtuh dan hancur.

Perhatikan oleh Anda bangunan tanpa pondasi tak mungkin bertahan lama pasti akan cepat roboh. Beriman tanpa pengertian sudah diombang-ambingkan oleh keadaan, mari Kita sama-sama menggali Harta Terpendam yang cukup bernilai agar Kita bisa mencapai apa-apa yang telah diterangkan oleh ayat suci tersebut, agar Kita selalu merasa tiada jauh daripada yang Kita sembah tadi dan sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa.

Saudara-saudara jamaah Majelis Muzakaroh Warga Kekeluargaan dimana saja berada, mari Kita sama-sama melihat dengan mata hati yang terang bahwa Kita sebagai umat Muhammad dinyatakan selaku umat nabi akhir jaman, Wachotaman Nabiyana dan kini perhatikan keadaan yang teramat jauh kebelakang dari Kita. Bagaimana sesungguhnya dan Kita harus memandang secara luas apabila Kita melihat dan beberapa nabi-nabi terdahulu dengan adanya Kitab-Kitab yang dibawanya seperti Taurat, Zabur, Injil dan Al Qur’an merupakan kelanjutan secara urutan dan penyempurnaan.

Dan selain daripada itu mari Kita perhatikan bangsa dan suku-suku di dunia yang berbagai macam warna, bentuk dan budaya, sebab setiap umat Manusia memiliki rasa kebenaran masing-masing menurut kepercayaan dan keyakinan sendiri-sendiri, yang sehingga sekarang masih saja dipertahankan oleh setiap umat itu dan sudah seharusnya agama Islam itu lebih mengerti, kepercayaan diri masing-masing umat itu sendiri. Untuk itu Kita sebagai Warga Kekeluargaan melihat Islam ini bukan dengan kaca mata Mikro, Kita lihat Islam itu sungguh indah dan dengan Makro Kosmosnya ialah UNIVERSAL. Kita tahu bahwa agama Islam itu telah mendapat restu Allah, hendaklah Kita menjadi Juru Penerangnya. Sebab Kita sudah mencari-cari hal-hal yang bisa membawa  kerusuhan  sesama  umat Manusia dan Kita sudah diberitahukan oleh Al Qur’an bahwasanya semua Manusia yang ada di Alam Semesta adalah berasal dari Allah juga. Hal itu tidak perlu lagi dijadikan suatu yang dapat menimbulkan kebencian atau permusuhan yang besar membawa Kita kedosaan. Ingatlah bahwa semua yang ada ini ciptaan Allah dan bukan milik pribadi Islam.

Maka oleh karena itu ajaran Islam yang disampaikan oleh Kekeluargaan sudah mengerti bahwa Kita di dunia ini hanya sekedar mengemban hidup dan amanat Allah. Bukanlah orang yang menentukan atau yang paling kuasa, itukan egois saja. Kita sudah tahu bahwa nabi Muhammad dan sahabatnya sudah meninggal dunia, yang ada sekarang adalah Al Qur’an Nul Karim sebagai tuntunan dan pedoman bagi Kita Warga Kekeluargaan. Umat Islam pada umumnya dan jikalau Kita mau benar-benar memperhatikan ayat demi ayat cukup sudah. Bahwa Islam penuh toleransi bukanlah yang berpandangan sempit, setelah diteliti dari ayat tersebut banyak sekali yang membawa pengikut-pengikutnya cukup bermanfaat atau berfaedah. Sebab pada kebanyakan Kita lebih senang mengejar-ngejar sorga dan menyuruh orang selalu berbuat baik. Agar tidak salah memahaminya, cobalah Anda pelajari semua agama yang ada ini rata-rata mengejar surga bukan islam saja, maka itu cobalah cepat-cepat Anda kembali kepada tuntunan Allah. Supaya tidak terjadi hal-hal yang dapat merugikan diri Kita sendiri, terutama Rasa Persatuan dan Kesatuan itu sendiri.
Perhatikanlah dan renungkan baik-baik oleh Anda.!!!