SELAMAT DATANG di Blog: MAJELIS MUZAKAROH WARGA KEKELUARGAAN - TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA, SEMOGA ALLAH SWT SENANTIASA MEMBERIKAN HIDAYAHNYA KEPADA KITA SEMUA, AGAR KITA DAPAT MEREALISASIKAN PENGERTIAN ISLAM YANG DISAMPAIKAN LEWAT MAJELIS MUZAKAROH WARGA KEKELUARGAAN

Terjemahan

MENGENALI "JATI DIRI"

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Alhamdulillah Washolatul Washalmu Ala Asrofil Ambiya Wal Mursalim Wa’alaihi Washohbihi ajma’in. Mari bersama-sama kita panjatkan puji dan syukur dengan setulus hati iklas kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan taufik serta hidayahnya kepada kita sekalian, terutama warga ”Kekeluargaan” dan bangsa Indonesia pada umumnya. Dan dengan izin serta rahmatNya kepada kita, Alhamdulillah telah dapat mengumpulkan dan menulis hasil penyampaian rutin yang ke III yang dimulai awal bulan Ramadhan, dengan mengambil kata-kata Mutiara Islam ialah :
  1. Sahudul Qusro Fil Wakhdut Sihudul Wakhdut Fil Yusro
  2. Inallaha Ala Qulli Syaiin Qodir.
Yang diartikan oleh para Pujangga Islam terkenal dijaman dahulu yaitu Pandanglah yang satu akan hilanglah yang ada Ini, dan pandanglah yang banyak, yang ada ini lenyaplah yang satu dan sesungguhnya segala sesuatu Allah itu Maha Kuasa.

Para muslimin dan muslimat wabil khusus jama’ah Majelis Muzakaroh Warga Kekeluargaan yang dicintai Allah, bertolak dari ayat suci tersebut diatas maka dengan banyaknya yang meminta agar pengertian akan Diri Pribadi itu disusun dan dibukukan secara rinci supaya lebih jelas dan mudah dipahami, dengan sangat gembira sekali dalam waktu singkat telah selesai disusun, yang insyaAllah sudah disampaikan kepada saudara yang memerlukan.

Saudara Jamaah Majelis Mujakaroh Warga Kekeluargaan dan para pembaca serta muslimin dan muslimat yang dimuliakan Allah, mengapa pengertian akan Diri Pribadi ini saya sampaikan, sebagaimana sama-sama mengetahui Negara kita sedang membangun disegala bidang, penekanananya ialah untuk lebih kuat akan kepercayaan Diri sendiri, inilah Pemerintah dan Bangsa selalu mendambakan, justru karena itulah sudah sewajarnya hal tersebut kita sampaikan agar lebih mantap lagi Iman Islam kita dan selain daripada itu perlu saya jelaskan disini buku ini bukan mata pelajaran dan juga tidak diperjual belikan.

Penyampaian ini hanya sekedar sumbangan pemikiran saya dalam mengamalkan Ajaran Allah atas Dasar percaya terhadap Diri Sendiri, bahwa saya sadar Bangsa Indonesia dengan gigih menegakan Kemandiriannya, mudah-mudahan buah pemikiran saya ada faedahnya serta manfaatnya bagi penerus bangsa kelak, terutama penerus Islam yang berkualitas serta jauh wawasannya dan mendalami serta tahu akan batas-batas yang hak dan bathil didalam mengembangkan Amanat Allah SWT, yaitu Hidup didalam Dunia ini, serta cepat mengenal Diri dan Mengenal kepada Tuhannya yaitu Allah yang bersifat Rabul Alamin.

Saudara warga Keleluargaan yang berbahagia, sebelumnya saya sudahi kata pendahuluan ini, ingin menjelaskan terlebih dahulu tentang perbedaan Sifat Ulahiyah dan Sifat Ilahiyah antara Insan disatu pihak dan Kholiq dilain pihak, yang pada hakekatnya kedua sifat tersebut adalah satu yaitu dari sumber yang tidak seumpama Dzat Laesalihi Saiun, justru itu agar kita bisa mencapai derajat disisi Allah atau menjadi Insan Kamil Mukamil, hendaknya penuhilah dan laksanakanlah dulu yang ditunjukan oleh ayat suci Al Qur’an yaitu yang berbunyi : “Almarifatullah Ma’bud”, juga beserta hukumnya dan selain dari itu tentu saudara sering mendengar ceramah Agama yang disampaikan oleh para Ulama kita, katanya bahwa Manusia yang pertama adalah Adam, Adam diartikan tidak ada, maka kini sekalipun telah terwujud kenyataannya pada hakekatnya tetap saja Adam namanya seperti rupanya dan bayangannya.

Yang ada disitu adalah yang punya ialah Allah, dinyatakan orang wujud tunggal yang tak dapat dipisahkan, dan cobalah anda renungkan sejenak bahwa saya ini Adam, kalau ini suatu gambaran saja, adanya seseorang yang menciptakan sebuah bentuk "almari" umpamanya, sudah barang tentu barang tersebut sudah ada yang terlihat lebih dahulu oleh rasa penghayatan sipencipta tersebut padahal benda tersebut masih bersifat bayangan. Ada, sesuai yang dijelaskan oleh Mutiara Islam :
Innaka Ma’duman Kama Kunta Ma’duman Qoblaa Taqwim
Yang artinya :
Kamu itu tiada seperti barang adanya tiadanya sebelumnya kamu itu ada, justru itulah sebagaimana masing-masing maklumi bahwa Nabi Besar Muhammad SAW, adalah berprilaku secara lumrah dan wajar dan hal ini harus kita sadari bahwa didalam hati batin kita benar-benar merasa wujud kita ini seperti binatang kesiangan, agar kita bisa mengikuti perilakunya Nabi Besar Muhammad saw tersebut lahir dan batin kita teruskan mengkaji sampai pada Hakekatnya Rasullullah dan hingga sampai pada Nujulun Illarabbi.

Demikian pendahuluan ini saya akhiri dengan mengingatkan diri kita bersama, serta para pembaca pada umumnya, sebagaimana yang telah kita imankan (yakini) bahwa sesungguhnya:
  1. Agama Islam, adalah Agama yang diridhoi Allah, 
  2. Agama Islam, adalah Agama yang paling sempurna, 
  3. Agama Islam adalah Agama yang memilki Derajat disisi Allah.
Maka dengan memahami penyampain ini kita semua dituntut rasa tanggung jawab untuk menegakkan dan menjaga terus citra Agama Islam dengan sebaik-baiknya.

Para saudara jamaah Majelis Mujakaroh Warga “Kekeluargaan” muslimin dan muslimat serta remaja Islam yang dimuliakan Allah, sebelum pada rincian sasaran yang dimaksud mari kita memperhatikan terlebih dahulu apa yang dituangkan Allah pada ayat suci Al Qur’an yan berbunyi :
Waal Awallu Wal Akhiru Wal Bqahir Wal Bathin Wa Huwasa Millalim
Artinya :
Dia yang Mula-mula dan Dia yang Akhir dan Dia yang Wujud dan Dia yang Ghaib dan segala sesuatu Dia mengetahuinya, itulah yang diterjemahlkan kedalam bahasa Indonesia oleh para ulama kita. Apabila kita renungkan lagi ini adalah merupakan penerangan bagi kita terutama bagi Umat Islam, sudah cukup jelas yaitu adalah dzat yang tidak seumpama apapun, Alam Semesta pun belum ada, Manusiapun belum ada, yang ada hanya Dzat kosong dan kemudian telah menjadi nyata (wujud) ini disebut Allah namanya, jadi apabila kita perhatikan baik-baik bahwasanya ada dan tidak ada itu adalah satu kesatuan yang utuh, pantaslah apabila segala sesuatu yang akan kita kerjakan, Allah itu amat mengetahuinya dan cobalah anda renungkan sejenak justru dalam sifat 20 (dua puluh) menyatakan kata rangkap tidak mungkin ada sifat tanpa dzat dan tidak mingkin ada dzat tanpa sifat, karena itu merupakan satu kesatuan, asal dari sumber yang satu sekalipun dunia ini.

Dan kini bagaimanakah agar kita tergolong Manusia yang Istaqbaro tentu kita wajib mencontoh Nabi Besar Muhammad SAW dalam mengemban Hidupnya dan hendaknya kita semua menyadari Agama Islam yang Allah turunkan telah disempurnakan, barang tentunya pengikut-pengikutnya harus berfikir secara sempurna pula, bukan sekedar melengkapi Rahasia Al Qur’an saja namun perlu direalisasikan dengan pelaksanaannya itu sendiri, sebab Nabi Muhammad SAW itu adalah dinyatakan sebagai Pesuruh Allah, sudah barang tentu Pesuruh yang Mewakili Allah, berkewajiban untuk selalu menjaga dan melestarikan Ajaran Islam yang diamanatkan oleh Allah SWT, lewat Nabi Muhammad SAW.

Dan mari kita lanjutkan penjelasan ayat-ayat Al Qur’an yang lainnya seperti yang telah dijelaskan pada surat Al Iqro “Iqro Rabikalaqi Kholaqo Insana Min Alaqqin yang digaris pisahkan antara Insan dengan Kholiq maka oleh sebab itu dimana kita memperhatikan sudah pasti akan mengetahui Kedudukan kita sebagai machluk Manusia sebab kenyataan bahwa kita masih dapat dengan adanya perpaduan antara Ibu dan Bapak kita, itulah sebab secara lahiriyah yaitu melalui gumpalan darah, maka oleh karena itu bangsa Indonesia yang beragama Islan, Al Qur’an yang telah mengajarkan agar kita selalu ingat kepada Yang Maha Kuasa yaitu Allah, yang bahwasanya Manusia itu Mulia dengan ketentuan yang disebut Manusia itu Utusannya yaitu berhal untuk menyampaikan pesan yang mengutus, justru saya menyampaikan ini, ataupun menerangkan batas-batas wewenang di Alam Semesta ini, oleh karena pada umumnya kita Manusia masih melakukan permohonan kepadanya Yaitu Allah.

Saudara-saudara para pembaca muslimin dan muslimat wabil khusus Jamaah Warga Kekeluargaan yang dicintai oleh Allah, agar kita tidak sesat didalam menjalankan tugas hidup didunia ini, maka sangat penting supaya kita jangan terlalu lupa kepada yang Kuasa, sebab sampai pada saat ini masih ada Warga Kekeluargaan yang keliru didalam mengamalkannya sehari-hari, yaitu seolah-olah bahwa si Aku itu adalah Allah, padahal sebenarnya adalah bukanlah itu yang disebutkan Aku pada sesungguhnya adalah Utusannya Allah, berdasarkan petunjuk Al Qur’anul Karim, cobalah anda renungkan baik-baik apa yang disuratkan oleh ayat tersebut diatas, Al Qur’an pun telah mengingatkan kepada kita “Jadilah Anda itu Manusia yang Mufridun” yang Membersihkan dan Menyerahkan Diri, sukurilah agar jangan terbawa oleh nafsu yang meyesatkan supaya kita benar-benar bisa memisahkan Hidayah dari Allah petunjuk, sebab hal ini akan mungkin terjadi pada suatu saat apabila dalam permohonan anda nanti, justru itulah saya ingatkan pada Anda sekalian.

Saudara kaum muslimin dan muslimat serta kaum remaja serta warga Kekeluargaan yang berbahagia dimana saja Anda berada, masih perlu rupanya penjelasan yang lebih lengkap dan terperinci agar Anda tidak remang-remang ataupun sulit untuk memahaminya, sebab semua kita mengerti bahwa Agama Islam memang cukup pelik, justru sangatlah perlu menjelaskan yang lebih kongkrit dan jelas, maka dari itu saya akan mencoba menjelaskannya tentang kedudukan dan fungsi Manusia yang dikatakan machluk Allah ataupun Machluk Allah yang paling tinggi derajatnya dan lagi paling sempurna baik bentuk ataupun kejadiannya.

Apabila memang demikian halnya cobalah anda renungkan, ini adalah satu kata-kata Rasulullah yang berbunyi “Qolbu Mukminin Baitullah” dan apabila diartikan alangkah indahnya orang yang memeluk Agama Islam bukan? saya kira anda sering mendengar dari para penceramah, kita yakin bahwa Kesetian Hati orang Mukmin adalah Rumahnya Allah, dan sadari oleh anda bahwa Allah itu Maha Suci, tak mungkin dia akan menempati Wadahnya yang Kotor / tidak bersih yang berarti adalah tempat bersemayam Allah harus dipelihara dengan baik barulah anda itu merasakannya bahwa sesungguhnya Allah itu tidak terpisahkan, cobalah Pikirkan baik-baik dan tanyakanlah Diri Anda sendiri dan menjawab permohonannya karena Allah telah mengatakan siapa-siapa yang ingin meminta sesuatu aku Jabah, tetapi hendaknya penuhilah Perintahnya dan Sucikanlah serta Luruskanlah Hatinya.

Saudara para Jamaah Majelis Mujakaroh Warga Kekeluargaan, dan para remaja Islam yang dicintai oleh Allah, hal ini diatas tidak datang serta merta begitu saja, sudah barang tentu diupayakan dan dicari oleh anda sendiri, sebab semuanya telah dituangkan Allah, melalui ayat-ayatnya tinggal pemikiran anda saja, ingin sampai pada apa yang telah diterangkan tersebut cobalah anda perhatikan pesan Imam Gazali yang mengatakan sebaiknya anda melihat sendiri daripada mendengar kata-kata orang lain, maksud dan tujuan agar anda benar-benar mengerti itu bukan cukup di baca saja, memahami artinya tetapi yang jelas anda tidak langsung merasakan sendiri, namanya Iman yang membuat percaya tanpa tahu, karena Ajaran Islam cukup jelas dan tegas.

Sebagaimana yang ditegaskan oleh Rasulullah pada salah satu Kitab Sarupul Ambiya yang berbunyi :
“Wahuwa Ainama Kumtum Fainama Tullah Fasamma Wabihullah”
Yang diartikan :
Kemana Wajah Anda Berpaling Disitu Wajah Ku yaitu Wajah Allah, dan hal ini sebaiknya anda pikirkan sendiri dengan baik sambil anda berusaha untuk memahami dan mengerti kata Baitullah lain-lainnya, apabila anda telah mengerti apa bacaan dan diartikan bahwa sesungguhnya Ajaran Agama yang dibawakan Rasul benar dan sangat indah sekali dan anda akan dapat merobah pola pikir yang lebih sempurna dan lebih efisien yang kelak akan dapat anda rasakan langsung manfaatnya.

Saudara para Majelis Masyarakat Warga Kekeluargaan, para pembaca, para muslimin dan muslimat serta remaja Islam yang berbahagia, mari kita lanjutkan dan perhatikan baik-baik yaitu mengenai cara mengamati tubuh diri kita masing-masing yang menjadi wadah, yaitu tempat berwujudnya tubuh yang terdiri dari beberapa unsur yang diterangakan oleh Ajaran Agama Islam, bahwa sesungguhnya Nyawa dan Tubuh itu berada dalam Satu Kesatuan yang bulat dan agar kita lebih mengerti apa yang disebut Intisari yaitu Raga dan Jasmani, juga mempunyai pengertian 4 (empat) unsur tersebut, tetapi satu adanya penjelasan antara lain unsur yang terdapat pada tubuh kita juga adalah 4 (empat) rupa sepertinya :
  1. Unsur Narun yaitu Api Namanya, 
  2. Unsur Maun yaitu Air Namanya, 
  3. Unsur Hawaun yaitu Angin Namanya, 
  4. Unsur Torabun yaitu Tanah Namanya.
Jadi pada kesempatan ini, yang 4 (empat) rupa ini perlu kita perhatikan agar kita mengerti bahwa Kejadian Material Manusia (tubuhnya) yang kemudian Perwujudan tersebut yang diterapkan Hidup (raga) serta prilaku oleh karena kita hidup pada saat ini maka kini seolah-olah melaksanakan tugas hidup sesuai dengan petunjuk Al Qur’an, ajaran yang diridhoi oleh Allah SWT, agar beban hidup ini dihari depan tidak terlalu berat, mengingat kita ini sebagai machluk sosial sendiri dan hidup ditengah dan bermasyarakat didalam lingkungan sosial, hendaknya kita jangan lepas dari norma sosial itu sendiri dan pula supaya lebih mengerti batas kedudukan yang lemah dan sebagaian akan sadar setelah kita dapat melihat kedalam mengenai diri pribadi. Kita perhatikan tentang pengertian Manusia machluk hidup yang paling tinggi derajatnya dan paling sempurna, dan Manusia itu diciptakan oleh Allah SWT, juga sebagai machluk yang dicintai dan dikasihi allah daripada machluk.

Apabila kita mau memperhatikan Hakekatnya, bahwa sesunggguhnya Manusia itu terdiri dari 2 (dua) komponen saja yang Menyatu atau Dibagi Dua Pengertian. Inilah yang merupakan Kunci untuk dapat mencapai Tujuan Hidup pada kehidupan masa depan yang akan kita capai, maupun kehidupan masa depan yang menjadi dambaan masa akhir, tentu apa dan bagaimana kehidupan masa kini, inilah yang ditinjau dari unsur Akunya, sudah tentu tidak lain adalah mata rantai dari kehidupan sekarang, dan akan datanglah yang menuju masa akhir yang gemilang, oleh karena itu dalam kehidupan sekarang ini sebenarnya sudah sampai dimana kehidupan si Aku dapat memperbaiki kehidupan yang telah lalu atau mungkin lebih rusak dari pada kehidupan yang lalu, itu mempunyai kehidupan akhir dan agar kita lebih mengerti bahwa sesungguhnya unsur yang bisa merusak kehidupan didunia ini, adalah unsur saya atau yang dapat dalam unsur (material) yang berasal dari Unsur Angin, Unsur Api, Unsur Air, Unsur Tanah (bumi) itulah bahwa perwujudan Manusia, Jasmani namanya ialah menimbulkan Hawa Nafsu, dan yang ada umumnya unsur saya ini dapat mengendalikan oleh karena itulah antara Aku dan Saya tidak terdapat Keseimbangan yang sehingga tidak ada Keselarasan Diri, yang membuat Arti Hidup tidak sempurna.

Dan pada sesungguhnya unsur ini hendaknya harus serasa dalam pengertian apabila unsurnya Saya ini lebih Dominan daripada Unsur Aku, maka unsur Saya dapat memberi tanggung jawab, yang berarti Unsur Aku lah yang tidak dapat memenuhi Amanat dari Allah SAW.

Yang akhirnya beban yang diderita si Utusan Aku lebih berat lagi dalam hidup akan datang, sebab apabila unsur Saya cepat dikuasai, sudah dengan sendirinya arti hidup yang lebih sempurna menurut ukuran Manusia itu sulit tercapai, itulah sebabnya hidup menurut Aku yang berarti sudah upaya mutlak yang hakiki yaitu menjalankan perintah Allah dalam Al Qur’an mengingat pada hakekatnya adalah unsur Aku itu bersumber dari Allah sudah pasti si Aku berupaya semaksimal mungkin untuk bisa kembali kepada yang mengutusnya yaitu Allah Rabbil’alamin, yang jelas Dia akan menyatu kembali antara si Aku dan Pencipta yang dapat sekiranya memenuhi dalilnya ialah INNAL LILLAHI WA’INNAILAIHI ROJIUN, Asal Mu dari Allah dan Kembali Kepada Nya, sempurna di dunia dan sempurna diakherat dan sampailah pada tujuan sesuai dengan petunjuk ayat suci Al Qur’an. INNAILIA RABBI KARUDJANA.

Saudara para pembaca muslimin dan muslimat wabil khusus Warga Kekeluargaan di cintai oleh Allah, dan mari kita sama-sama memperhatikan penjelasan yang mengadung manfaat yang kita jadikan patokan dalam melakukan perbuatan yang baik amal saleh di dalam Alam ramai dan terutama saya tujukan untuk adik-adik para remaja Islam yang mempunyai harapan masa depan agar kita tidak sekedar menjadi Manusia ikut-ikutan dalam memahami Agama Islam yang dibenarkan Nabi kita, Nabi Besar Muhammad SAW, atau percaya saja apa yang dikatakan oleh para Guru, hal ini sangatlah penting bagi anda dalam Menata Kehidupan Masa Depan.

Yang Bersih dan Tajam untuk anda Mengenal Diri Anda Sendiri agar kelak kita benar-benar mengerti dan percaya pada Allah tidak kata Guru maupun Ustad justru saya terangkan disini agar dalam Pemahamannya agak mudah tentang pengertian Mengemban Hidup yang kita jalankan sekarang, sebab di dalam hidup ini banyak sekali hal yang perlu kita kerjakan, sesuai dengan Norma yang berlaku Dewasa ini serta Hukum Agama yang dapat Keridhoaan Allah SWT yaitu perbuatan kita dalam hidup ialah sangat penting kita perhatikan beberapa Faktor yang menyangkut.

Faktor Rokhaniah / Faktor Religius, oleh karena dialam Kehidupan ini sangatlah penting, sebab kita sebagai machluk ciptaan Allah tentu berupaya akan kembali kepadanya (Keasalnya). Justru itu dirasakan sangat penting sekali atau wajib kita mengetahui bagaimana caranya kita Menyerahkan Diri terhadap Allah Yang Maha Kuasa, itu tanpa ragu-ragu atau secara keseluruhannya kehadirannya, dan sangat / sesungguhnya Umat Islam dapat melakukan asal benar yakin adanya Allah Yang Kuasa itu dengan cara sangat mudah yaitu hendaknya didalam melakukan penyerahan tersebut kita harus pasrah atau lepas sementara hal yang bersifat kepentingan Dunia ini yang berarti kita lebih mengutamakan perilaku dalam menghadapi Illahi Robbi karena yang mendapat berdialog dengan Allah dan juga Menerima Petunjuk Langsung dari Yang Maha Sempurna yaitu Allah Rabbul’alamin, dan apabila terdapat suatu Ketajaman Hati dan Penglihatan itu tidak lain adalah hanya Dasar Petunjuk yang diterima.

Maha Bijaksana oleh karena itu setiap saat Melakukan Latihan Menyerahkan Diri dan dengan Kesungguhan serta Penuh Keyakinan, itulah yang membawa seseorang yang mendapat Ketenangan Hidup di Dunia dan Akherat, oleh karena itu perlu anda mengetahui didalam Masyarakat melepaskan Unsur Saya sementara, tetapi tidak berarti anda lepas sepenunhya sebab pada Hakekatnya antara Aku dan Saya merupakan SATU KESATUAN yang bulat, oleh karena itu Manusia dalam hidup yakin akan adanya Dzat yang Maha Agung yaitu Allah SWT, inilah anda renungkan baik-baik.

Dan adapun penjelasan sertanya dari sifat Hawa Nafsu yang timbul serta Dorongan Illahi :
  • Nafsu Amarah yaitu dari Unsur Narun (Api), yang sering ditimbulkan olehnya itu adalah sifat Ingin Menang Sendiri, Lupa Daratan atau Ingin Berkuasa, Ingin Mencapai Kepuasan Diri Sendiri. 
  • Nafsu Sawiyah yang timbul dari Unsur Angin, adapun cirinya adalah mendorong suatu kekuatan yang mendekatkan sesuai dengan adanya Rasa Harga Diri, Etika juga yang bersifat dorongan yang bersifat Biologis. 
  • Nafsu A’lumah yang berasal dari Unsur Tanah, yaitu sifatnya mendorong kita Manusia Berdiam Diri dan juga Memenuhi Biologis, Sifat Pemalas, selalu Bepikir Kurang Baik, Pembohong dan Menekan Jasmaniah Hati Gelap Hitam. 
  • Nafsu Mutmainah ialah yang timbul dari Unsur Air, Hawaun yang sifatnya mempunyai Rasa Persatuan dan Kesatuan yang Membina Pengaruh, serta memiliki Kesanggupan Berkorban Demi Kebaikan, baik dengan Alamnya mauoun di Aku, Ikhlas, Jiwa yang Sejati dan kadang susah penentuannya.
Itulah ciri dari beberapa Unsur yang terdapat pada Tubuh Manusia, justru perhatikan secara khusus oleh anda.

Namun dari semua Hawa Nafsu tersebut diatas hendaknya harus Menunggu Menyatu dengan si AKU dan Insya Allah bisa demikian, dapat Mengendalikan Sifat yang Menteladani, sifat yang dapat melakukan perbuatan tercela atau yang tidak baik maka dengan nafsu yang terkendali itu unsur Saya adalah sebagai Faktor Penunjang dalam Hidup untuk Meraih Kehidupan Yang Hakiki di Akherat yaitu ABADI.

Saudara kaum muslimin dan muslimat Warga Kekeluargaan yang dimuliakan Allah, jelaskah sudah, mari kita lanjutkan penjelasan mengenai Garis Pemisah yang menyangkut wewenang Allah dan Manusia yang telah ditentukan oleh ayat suci Al Qur’an yang berbunyi :
Qulu Man Alaika Fanin Waja Qolla Biiznillah’’
Yang Artinya :
Segala sesuatu yang ada di Dunia ini akan hancur apabila telah seizin Allah, maka oleh sebab itu kita telah maklum dan demikian kuat dan besar serta Kekuasaannya itulah Ketinggian Asma Allah serta Kesaktiannya. Justru para Ulama kita sering menggambarkan betapa hebatnya oleh karena itulah Manusia menyatakan Dirinya tidak mempunyai Daya Upaya.

Selain Allah dan kini bagaimanakah tentang Diri anda yang telah mengaku Agama Islam, itulah adalah Milik Allah dan cobalah amati Diri Pribadi anda renungkan mudah-mudahan nanti tidak terlalu gegabah dalam menjalankan ataupun menyampaikan Amanat Allah dan Ketahuilah Agama Islam itu telah mendapat Ridho Allah dan lagi sempurna bukan asal diciptakan saja gunakanlah fikiran anda yang baik.

Para Jamaah Majelis Mujakaroh Warga Kekeluargaan muslimin dan muslimat serta para pembaca yang berbahagia mari kita bersama-sama memperhatikan penjelasan berikut ini, agar benar kita berbuat Kebajikan yang menggunakan landasan yang bisa diterima dengan Fikiran dan Akal yang sehat lagi sempurna, dan bagaimana Cara Pelaksanaanya Pengendalian Hawa Nafsu itu, dan didalam mengemban Kehidupan kita ini dengan Pengertian serta ke Ikhlasan, ialah sudah tentu sesuatu yang akan kita perbuat harus ikhlas yang berarti perbuatan Amal Soleh ataupun perbuatan Kebajikan tanpa pamrih yaitu sesuatu yang ada dengan kaitannya dengan Ajaran Agama Islam juga hendaknya yang tidak ada kaitannya sesuatu hawa nafsu, sebab sesuatu perbuatan kebaikan yang bertendensi kebaikan ialah dalam melaksanakannya demi Kebesaran dan Keagungan Asma Allah.

Semata-mata dan diberi imbalan ataupun tidak terserah kepada Yang Maha Kuasa taupun Yang Maha Adil, jadi pada kesimpulannya apa-apa yang kita lakukan dipandang baik atau tidak, dan benar ataupun salah berhasil suatu permohonan kita itu ataupun tidak semua itu mutlak kita serahkan kepada Yang Maha Kuasa, sebab pada hakekatnya Kebesaran itu hanya semat-mata datangnya dari Allah SWT itu sendiri dan kita menyadari bahwa kebenaran dalam hidup itu banyak macam ragamnya, maka kini suatu perbuatan kebajikan yang bertendensi hawa nafsu ataupun kebenaran lain juga pada hakekatnya itu suatu perbuatan yang tidak ikhlas namun bisa juga dikatakan suatu perbuatan yang sia-sia, dan hal yang demikian ini kemungkinan akan lebih memperbesar.

Pertanggungan jawab si AKU ataupun utusan, pada kehidupan masa depan, oleh suatu perbuatan yang mempunyai latar belakang hawa nafsu bisa pula terjadi apabila upaya yang berhasil ia akan mengucapkan puja dan puji syukur yang sebanyak-banyak pada Allah namun mungkin saja karena ia lupa akan sumber yang sesungguhnya padahal tak lain kenikmatan itu sendiri adalah milik Allah juga Pengasih dan Penyayang.

Saudara para pembaca muslimin dan muslimat para remaja wabil khususnya Warga Kekeluargaan yang beriman dalam pepatah mengatakan Ingat dalam Menderita Lupa dalam Bahagia, sudah barang tentu hal ini yang melakukannya adalah Manusia ataupun kita Manusia dapat dikatakan pula Manusia yang tidak beriman, sebab apabila usaha itu mengalami kegagalan dia mengumpat malu dan kecewa.

Kata yang tidak enak kasar dan sebagainya atau merasa dirinya tidak mendapat keadilan dari Allah ta’ala dan tuntunan yang semacam itu telah mempunyai peedback tersendiri terhadap si Aku sebab dalam kegagalan tersebut pada hakekatnya akan menyatukan si Aku dengan penciptaannya yang berarti mengingkari realita hidup dan kehidupan yang hakiki, renungkanlah oleh anda.

Setelah kita dapat memahami sesuatu perbuatan yang bertermigensi hawa nafsu, maka mari kita sama-sama melihat apa yang kita kerjakan untuk lebih memantapkan iman Islam kita, serta keyakinan diri masing-masing dan cobalah perhatikan baik-baik sarat yang kita lakukan dengan sepenuh hati juga menerima sesuatu apa-apa yang telah dihukumkan Allah di Alam semesta ini, oleh karena Manusia yang sempurna dituntut untuk mau mengerti dan meyakininya dengan segala ketentuannya, yaitu :
  1. Kita wajib bersabar akan hukum Allah yang berlaku, 
  2. Kita wajib menerima Ridho Allah dalam menjalankan perintahNya, 
  3. Manusia diwajibkan untuk meyakinkan serta menerima sepenuh hati dengan menyerahkan diri mutlak, semata-mata hanya kepada Allah SWT, 
  4. Dan wajib setiap umat Islam mengikuti akan firman Allah serta Hadist Rasulullah SAW, yaitu melaksanakan perintahnya dan menjauhkan semua larangannya.
Dan hal tersebut di atas sesuai dengan petunjuk Al Qur’anul Karim yang menyatakan :
‘’ Faqumusholata Inna Shalat Kanna Talumu’minina Kitapan Makhqotan ‘’
Yang diartikan :
Kerjakan sholat sesungguhnya sholat itu suatu kewajiban yang ditentukan kepada orang yang mengaku agama Islam, maka oleh karena itu sungguh wajiblah kiranya apabila kita benar mengaku sebagai bangsa yang beragama Islam dan ingatlah oleh anda bahwa sewaktu-waktu kita diberi peringatan ataupun cobaan, diri bisa menyatakan ganjaran diri, yang ditumpahkan pada pribadi kita, tetapi pada umumnya hal ini dinyatakan sebagai cobaan Allah.

Justru Kita sadari padahal sesunguhnya  Allah menyiksa ataupun menghukumnya karena Allah Maha Suci. Karena itu sangatlah wajib Kita saling mengintropeksi diri atau relius atau melihat kedalam agar Kita tidak sering menyalahkan Allah, sakit susah tidak adil Allah dan sebagainya, apabila Kita berpikir dengan hati yang bersih sesungguhnya Allah tiada yang diharapkan daripada hambanya, cobalah Anda renungkan baik-baik, bahkan Allah dijadikan pelbak, dipakai joget, dipakai zikir dan dipakai tempat menyalahkan dan permintaan.

Manusia yang tidak sadar akan dirinya, cobalah perhatikan pada dirinya yang pasti akan Kita temui dalam perjalanan masing-masing saja sewaktu berusaha sesuatu lantas mengalami kegagalan kadang-kadang sampai ada mengakhiri dengan bunuh diri bukan ataupun hal-hal lain Anda dengan sendirinya timbul suatu pertanyaan apakah dengan jalan bunuh diri persoalan selanjutnya dianggap selesai.? Mungkin soal kehadapan saya selesai itu hanyalah masalah lahiriyah saja, tetapi yang sekarang yang dihadapi oleh di Aku belum selesai, mengapa demikian.! Oleh karena pada hakekatnya bunuh diri itu merupakan suatu perbuatan mengingkari kekuasaan Allah Lillahi Rabbi dan tergolong orang yang sesat.

Oleh karena perbuatan semacam itu sesungguhnya ialah didominir oleh unsur raga atau saya, padahal unsur raga itu tetap binasa pula dan setelah terjadi perpisahan antara unsur Aku dan unsur Saya, tetapi harus ingat bahwa si Aku itu adalah Abadi yang harus menanggung resiko atau beban dari perbuatan Kita dikala masih hidup, jadi apabila demikian halnya yang jelas beban oleh unsur si Aku itu akan semakin berat karena suatu pengingkaran diri kenyataan hidup ataupun kuasa hidup, ataupun kekuasaan Allah sebab sebenarnya adapun surga ataupun neraka itu adalah milik Allah semata justru terserah wewenang dan keridhoannya.

Saudara-saudara jama’ah  Majelis Muzakaroh Warga Kekeluargaan, kaum muslimin dan muslimat serta para remaja serta penerus bangsa yang berbahagia yang selalu menjadi dambaan negara, hendaknya berupayalah untuk bisa menjadi insan yang mendapat faedah bagi nusa dan bangsa kelak sesuai dengan kemampuan masing-masing, dan tuntutlah kesempurnaan berfikir dan terkuatlah lahir dan batin dalam mengemban hidup dan kehidupan di alam semesta ini, gunakanlah pula pikiran yang baik dan saya ingin mengajak Anda melalui buku ini mari kita bersama mengemban amanat Allah subhanahu wata’ala dengan penuh pengertian yang patut kita jadikan landasan yang kuat dalam melaksanakan yaitu :

  1. Iman dan taqwa kita jadikan dasarnya,
  2. Berbuat amal dan kebajikan atau amal saleh adalah dengan buktinya,
  3. Tolong menolong sesama insan sebagai siarnya,
  4. Bersabar dan menerima atas dasar ketentuan Allah adalah sandaran,
  5. Berhubungan kepada diri sendiri bukti taqwa kepada Allah SWT.
Oleh karena itu bagi kita yang mengaku yang beragama Islam hukumnya wajib melaksanakan agar dapat mempercayakan diri kita masing-masing dan apabila tersebut diatas telah kita kerjakan dengan sepenuh hati dan baik insya Allah akan memperoleh bukti yang nyata serta pengertian yang lebih sempurna didalam menjalankan tugas hidup yang sehingga dapat mengalami benar sistimatika petunjuk dari yang dikatakan Aku, sebagaimana metode telah digariskan yaitu petunjuk dari Allah diterima melalui si Aku tersebut dan oleh di Aku diteruskan kepada si Saya dan mengekspresikan petunjuk itu, menjadi satu rangsangan yang perlu mendapat respon, dan alam merespon tersebut akan membentuk suatu perbuatan saya.

Atau tindakan yang mungkin saya dalam merespon petunjuk itu bisa terjadi pula tidak dilaksanakan sebab ada kemungkinan petunjuk tersebut tidak sesuai dengan aspek saya atau lahiriyah dan apabila faktor lahiriyah yang lebih dominan akan menolaknya petunjuk dari si Aku atau disebut utusan tadi, jadi yang berarti ketidak kesesuaian dari si hawa nafsu.

Karena tidak dapat dikembalikan jelasnya di umbar saya juga kemungkinan sekali petunjuk yang dari dalam itu dapat langsung dilaksanakan karena sudah ada kesadaran dari hawa nafsu itu sendiri yang berarti telah terkendali, inilah masalah yang sangat penting bagi kita untuk diketahui agar didalam mengamalkan pelaksanaannya di kerjakan oleh kita dapat diperhatikan terlebih dahulu demi keselamatan di dunia dan di akherat kelak.

Dan mari kita sama-sama memperhatikan penjelasan selanjutnya hal yang berhubungan dengan pengertian untuk dapat mengerjakan ke ikhlasan dalam melaksanakan kebajikan pada sesamanya selama kita hidup di alam semesta ini, sebab banyak contohnya dan apabila mengalami suatu kegagalan bahwa itu merupakan guru yang sangat berharga dalam upaya mencapai sukses, ialah dengan kesadaran yang tinggi serta mau menerima kenyataan hidup dengan melalui penyerahan diri ke Lillahi Rabbi, juga mau menoleh dan menerima atau memperhatikan kedalam diri, sehingga untuk itu dapat di tekan semaksimal mungkin, sudah dengan sendiri tidaklah terlalu memberatkan si Akunya, jadi adapun benar dan salahnya suatu perbuatan itu sebaiknya diserahkan saja kepada yang sangat berwenang yaitu Allah subhanahu wata’ala.

Justru itu kelak untuk melaksanakan suatu perbuatan ikhlas kita perlu mempelajari mekanis dari diri kita sendiri, oleh karena pada sesungguhnya aktifitas diri itu dalam bentuk lahiriyah sebenarnya cukup banyak hal yang mengandung pelajaran yang sangat berguna ataupun  baik bagi kehidupan kita walaupun mungkin kelihatannya sangat sepele, bahkan seolah-olah terlihat oleh kita tidak ada manfaatnya, namun apabila secara jujur dan terbuka tidaklah akan pernah kita membicarakan persoalan buang air besar (berak), sebab apabila dihubungi dengan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari dan pula jika kita lihat dalam pengertian berak itu, yang normalnya suatu ucapan yang menjijikan ataupun jorok kedengarannya. Tetapi dibalik kejorokan yang menjijikan sesungguhnya terdapat Mutiara Ikhlas, dan cobalah Anda renungkan sejenak apa yang diuraikan diatas, dan secara tegas pernahkah Anda berupaya untuk tidak buang air  ataupun tidak mau berak mengingat yang dimakan oleh Anda adalah barang makanan yang harganya mahal, saya yakin dan normal tentu sudah pernah buka walau seandainya makanan yang kita makan itu mahal harganya tetapi saja akan kta buang melalui buang air tersebut, bahkan dengan lapang dada malah Anda tidak mau melihat lagi dengan segala senang hati, itulah yang terdapat dalam pengertian kata ikhlas dalam kehidupan kita, karena telah banyak contoh orang yang 2 – 3 tidak bisa buang air susah rasanya kebingungan, maka adalah merupakan simpanan penyakit dalam tubuh, maka oleh sebab itu walaupun suatu rejeki yang dapat dari hasil kita sendiri maka perlu kita sedekahkan.

Pada yang benar-benar mau menerimanya dengan sepenuh hati ke ikhlasan hati tak mengharap kembali, inilah contoh pengertian tentang ke ikhlasan dalan berbuat kebajikan kepada sesamanya.

Dan selanjutnya mari kita perhatikan hal-hal yang lain, yang bisa dijadikan keyakinan diri masing-masing, renungkanlah apakah yang sebenarnya akan datang nanti dari harapan kita tersebut, adalah yang pasti ialah senang dan susah, sepi sakit dan bingung, putus asa dan gelisah ataupun demam hati itulah suatu perbuatan yang mengharap imbalan, hendaknya suatu perbuatan yang kebaikan yang bersifat agama tentu disertai keikhlasan karenanya tidak mengharap imbalan apapun, jadi sesuatu yang ia kerjakan demi agama diserahkan saja kepada Allah SWT, andaikan demikian pula itikad baik kita itu masih bisa rusak, oleh karena harapan akan banyak kemungkinan yang masih bisa timbul dan jelaslah sudah barang tentu yang tadi kita anggap sepele belumlah pasti mempunyai nilai dan arti yang sepele juga kemungkinan lain.

Saudara muslimin dan muslimat serta para generasi penerus terutama para jama’ah Warga Kekeluargaan yang berbahagia dengan sesuatu yang kesadaran yang tinggi dalam diri pribadi malah kita akan lebih menyadari bahwasanya kita ini adalah merupakan ciptaan Allah yang segala sesuatunya mengatur ketentuan itu, adalah Allah sendiri dan dengan demikian apa yang dilakukan dengan pengertian yang berlandaskan dogmah (bod) diadakan keberadaan kita itu diatur dan ditentukan oleh Allah Yang Maha Kuasa dan sebaiknya kita berbuat jangan seenak perut sendiri ataupun sekehendak diri saja, itu berarti kita membiarkan serta menjalankan hawa nafsu kita, mengerti dengan perbuatan hawa nafsu tersebut yang pasti si Akunya bisa terjerumus kelembah hitam, kejalan yang sesat (merusak) oleh karena nafsu, pada hakekatnya hanya mementingkan unsur raga (jasmani) tubuh ataupun matrial, ini berarti kita mendewakan hawa nafsu sama saja membudak si Akunya, ingatlah si Akunya bersifat kekal sedangkan si Saya terbatas karena termakan kurun waktu dan mengapa bahwa unsur si Aku Abadi, penjelasannya adalah pada sesungguhnya yang kita sebut si Aku adalah utusan Allah.

Yang dijelaskan Allah dalam Al Qur’an dan justru unsur si Aku itu tidak termakan oleh kurun waktu atau proses dan secara jujur serta penuh kesadaran sementara kita lepaskan unsur Saya dan coba Anda renungkan sejenak pada kehidupan waktu lalu masa kanak-kanak dan kita transfeer kemasa dewasa dan kini seolah-olah perasaan kita masih tetap sama.

Dan kelanjutan dari penjelasan unsur Aku dan Saya, coba kita fikirkan dan rasakan dengan penuh pengertian, keadaan dan perasaan si Saya seperti dahulu. Tidak ada terasa berubah perasaan tua dan muda hanya dapat kita rasakan ialah hanya betambahnya pengalaman hidup, kini kita berbicara tentang si Aku yang sesungguhnya Aku itu tidak mengenal ataupun merasakan akan keinginannya , karena unsur raganya sudah tidak mampu untuk bisa melakukan dari segala keinginannya tersebut, mengapa hasrat dan kemauan itu tetap ada? Seperti masih muda sebab disini hasrat dan kemauan itu sebenarnya adalah aktifitas dari jiwa atau si Aku, yang mendapat sifat dorongan dari unsur raga ialah si Saya itu secara spontan, sedangkan kita tahu jiwa itu sendiri tidaklah mengerti arti tua dan muda, maka setelah ada dorongan tersebut ialah pengaruh dari unsur Saya, tiba-tiba secara langsung ia melakukan kegiatan itu seperti biasanya tanpa ia mengingat situasi ataupun keadaan tubuh tetapi andaikan si Aku itu mengenal dan merasakan arti tua dan muda dan ada kemungkinan ia mengambil langkah ataupun tindakan tertentu sesuai dengan ketingkat tuanya.

Itulah satu bukti yang nyata bahwasanya si Aku itu adalah benar kiranya, pengertian yang menyangkut unsur Aku adalah merupakan utusan Allah sesuai yang diterangkan oleh Allah dalam Al Qur’an : Sesungguhnya Aku ciptakan Manusia dari tanah setelah Aku sempurnakan kejadiaanya lalu Aku masukkan Rohnya kemudian dari Allah berseru bersama malaikat itu taat kecuali iblis, dan itulah penjelasannya yang tertuang dalam salah satu kitab suci dapat dijadikan pegangan didalam memilih unsur tersebut, sehingga kita masing-masing akan dapat memahami dan mengerti arti Aku dan Saya tersebut diatas.

Dan marilah kita teruskan penjelasan tentang unsur saya yang tidak abadi itu, agar dapat memahami kita bersama apabila kita melihat pada dasarnya yang mengenal arti ketuhanan atau ketuan diri dan kemauan arti tua dan muda, itu adalah suatu proses integral serta mempunyai perkembangan tertentu yang berurutan menurut memerlukan waktu mengenai tubuh kita karena itu adalah wadah proses biologi, sekarang kita tinjau dari unsur saya yang tidak abadi itu dari segi biologis jasmani dari kondisi biologis zat anak atau masih kecil muda dan kuat dengan sendirinya akan mempermudah untuk mencapai tujuan dan kemauan dan hasrat, sedangkan kondisi biologis yang sudah termakan oleh usia sangatlah lemah karena sudah haus tak mampu lagi untuk meraih cita, karena adanya waktu yang lama, cobalah perhatikan diri sendiri gejala pisik itu karena ada dorongan dari unsur Saya dan rangsangan ini mendapat respon dari jiwa jadi kita merasakan tua muda itu berdasarkan gejolaknya yang merupakan manifestasi  dari rangsangan dari luar maupun dari dalam tubuh kita sendiri, umpamanya ada rangsangan dan hubungan waktu yang ada, kesimpulannya dapat merasakan mengenai dan mengalami adanya tua maupun muda ialah unsur Saya, justru unsur Saya itu tidak abadi adanya.

Jadi dengan kesadaran yang tinggi tentang Manusia sebagai makhluk Allah, pasti kita akan sadar menyerahkan diri dan menerima hukuman dari Allah serta mau mengendalikan diri dari hawa nafsu dalam hidup juga perlu Anda mengerti Manusia itu adalah makhluk sosial.

Didalam kehidupan duniawi kita tidak akan lepas dari langkah sosial karena dengan lingkungan sosial tersebut kita tidak dapat hidup dengan sempurna, dari arti duniawinya bila kita sendiri tanpa bermasyarakat, dari hal itu diatas pengendalian hawa nafsu dalam kehidupan ini sangatlah penting sebab dengan pengendalian hawa nafsu yang selaras dan seimbang kita akan mengerti status dan fungsi Manusia dalam mengemban hidup di alam semesta ini sehingga kita terasa benar manfaat arti hidup, suatu penjabaran yang diinginkan oleh yang mencipta, itu berarti tidaklah sia-sia Allah hadirkan Anda di bumi tercinta ini.

Saudara muslimin dan muslimat Warga Kekeluargaan yang berbahagia, dalam upaya kita memahami diri serta memperhatikan kedalam diri pribadi yang telah ditunjuk oleh hadist Rasulullah yang patut kita jadikan landasan yang kuat untuk lebih meyakinkan atas kebenarannya dan diri kita selanjutnya untuk memperkuat iman dan Islam kita bersama saya kutipkan suatu hadist Rasulullah yang menyatakan :
“AL’AJIBIN AL INSAN MAKRIFATULAHI TA’ALA QOBLAUBADAH”
Artinya :
Kita wajib setiap insan Islam mengenal Allah sebelum ia kerjakan ibadah.

Menurut hemat kita hal tersebut diatas telah lumrah disampaikan oleh ulama kita justru bagi penerus Islam itu sangat wajib memperteguh kebenaran itu.

Terutama Warga Kekeluargaan lebih-lebih lagi keadaan negara kita sedang membangun banyak diterangkan hal yang sangaat penting bagi pembangunan Agama dan bangsa sebagaimana kita ketahui bahwa turunnya Al Qur’an adalah merupakan tuntunan dan petunjuk bagi orang yang beriman untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki agar kita mengenal diri dan Tuhan kita, cobalah Anda perhatikan dalam peringatan nujurul Qur’an.
Dan kita kini sebagai bangsa Indonesia seutuhnya yang menyongsong era tinggal landas yaitu bukan saja bidang kehidupan Manusia namun yang lebih penting lagi tentang faktor lingkungan Manusia, dalam arti ada keseimbangan antara Manusia dengan Tuhannya dan keseimbangan antara Manusia dengan alam sekitarnya. Jadi jelasnya sudah bahwa faktor-faktor lingkungan yang besar pengaruhnya terhadap kehidupan Manusia, karena kalau masing-masing Individu ini Mendewakan Hawa Nafsu kemungkinan sekali yang terdapat didalam dunia seisinya ini akan rusak oleh ulahnya Manusia itu sendiri, justru karena itulah demi kedamaian dunia ini hendaknya hawa nafsu kita masing-masing harus bisa dikendalikan semaksimal mungkin supaya tidak melanggar norma Subhanahuwata’ala.

Maka oleh karena itu saya mengajak membuat penyampaian dalam kehidupan ini yang dapat mempengaruhi untuk kestabilan hidup kita di semesta ini, perhatikan baik-baik khusus bagi Warga Kekeluargaan petunjuk  Al Qur’an ialah Aku lah yang menghidupkan Manusia ialah yang sangat berkuasa didalam diri pribadi kita masing-masing.

Dalam rangka memahami dan membahas atas keterbelakangan diri pribadi dengan suatu pernyataan kita, kita sering mengucapkan bahwa sesungguhnya Manusia tidak mempunyai daya pikir serta daya upaya selain Allah.

Maka dengan ini perlu kita sadari bersama dengan adanya keterbatasan diri Manusia dan segala sesuatu yang dimilikinya oleh kita, maka kita hendaknya menyadari sendiri atas keterbatasannya itu, oleh karena kita tahu yang mempunyai segala sesuatu itu yang tidak terbatas hanyalah Allah SWT serta pula yang Maha segalanya, dengan berpijak kepada keterbatasan diri hendaknya kita dalam beramal sesuatu  sebaiknya hati-hati memilih, dapat kita sesuaikan dengan keterbatasan tersebut, sebab dengan keterbatasan ini maka dalam bertindak dan membuat sesuatu sebaiknya perlu membatasi diri ini, sangat penting agar kita membatasi ataupun memastikan sesuatu, malah karena dengan adanya keterbatasan diri tersebut lebih dalam kita memilih suatu kepastian ataupun suatu persoalan yang kita sedang hadapi.

Janganlah sekali-kali terlebih dahulu mementingkan hasilnya, pasti demikian diupayakan dengan kata yang lain, karena kita telah tahu bahwa Manusia punya keterbatasan yang dimiliki, sebab kita memperhatikan/memastikan suatu hasil keputusan yang berhak, berarti kita sudah tahu persis kepastiannya yang benar, cobalah apakah dalam hal tersebut sudah pasti benar?

Tentu jangan sepenuh hati kita belum tahu, kepastiannya memang pasti yang demikian itu, namun tentu ada kekecualiannya yaitu agak jarang hanya paling banter kita dapat meramalnya saja, kemungkinannya dengan dasar demikian justru kita hanya bisa berikhtiar, berhasil atau tidaknya Allah lah yang menentukan, jadi termasuk Manusia berada didalam pengertiannya hanya dapat berupaya, agar tidak dinyatakan mendahulukan dirinya apabila kita sendiri belum tahu, mengapakah kita sudah berani memastikan yang kita sendiri sesungguhnya kita belum tahu, tergolong merampas hak Allah yang sesungguhnya tanpa Anda sadari juga mengingkari pengaturannya Allah itu sendiri yang Anda yakinkan, inilah penjelasan yang menyangkut keterbatasan diri dinyatakan Al Qur’an :
“LAHAULA WALAQUATA ILLABILLA HILALIYILAJIM”

Dan sesuatu yang akan mungkin terjadi Manusia yang atheis dikarenakan sudah tidak percaya kekuasaan dan wewenang Lillahi Robbi sekalipun yang dikatakan orang ia tahu akan kepastian maupun hal yang mengetahui sebelumnya terjadi WURUH SEDURUNGI WINARA mungkin juga hal tersebut yang dikatakan orang adalah suatu ketajaman untuk dapat menerima petunjuk gaib hidayah dari Allah Ta’ala juga mendapat ridho Allah, justru mereka tahu sebelumnya orang lain itu tahu tetapi yang dapat memastikan dan tahu ialah Allah sendiri yang Maha Tahu itu ialah melalui mulut dan hati Manusia, kita atas ridhonya petunjuk serta ketajaman sang Aku untuk menerima petunjuk gaib tentang kepastian tadi.

Sebagai perumpamaan ataupun contoh yang dapat kita gambarkan tentang kepastian dalam kehidupan sehari-hari seperti begini saya besok akan berangkat ke Jakarta karena segala sesuatunya telah saya persiapkan, tetapi dengan tiba-tiba keluarga kita sakit keras sehingga meninggal dunia, dan rencana yang kita persiapkan bisa dilaksanakan? Atau jadi kita teruskan keberangkatan ke Jakarta tersebut, inilah perlu diingat karena sering melihat kejadian yang secara tiba-tiba maka kita hendaknya berhatilah apabila ada yang semacam tersebut, maka dengan rasa keterbatasan kita kuranglah benar kalau langsung saja memastikan suatu masalah tersebut, sebab sudah kita tahu firman Allah Manusia itu maha sekedar hanya sekedar wajib berikhtiar sebab dengan kata pasti itu jelas mengandung resiko atau suatu keharusan yang sangat berat untuk dikerjakan tanpa mengingat kemungkinan yang akan terjadi.

Justru karena itu sebaiknya dengan kata usaha yang semaksimal mungkin untuk bisa dapat dilakukan cara perbuatan sebab dengan kata memastikan berarti itu sama dengan kita berjanji, hendaklah kita didalam mengucapkan sesuatu yang akan diucapkan harus hati-hati sebaiknya jangan didorong dengan hawa nafsu, sebab hawa nafsu tersebut harus benar, harus kita kendalikan dengan demikian penggunaan ucapan sesuai dengan lazim dipergunakan oleh kaum muslimin, katakanlah saja bahwa saya Insya Allah berusaha untuk berangkat ke Jakarta karena segala sesuatunya telah saya persiapkan dengan baik seandainya dalam usaha mana tidak berhasil hal tersebut bukan urusan kita lagi.

Dan kini setelah kita mengerti dan memahami tentang status dan fungsi serta kedudukannya Manusia terhadap Tuhannya dan pula kita mengetahui bahan dari kejadian diri kita sendiri didalam usaha kita memperhatikan melalui tingkah laku yang kita jalankan sehari-hari, maka marilah kita teruskan untuk lebih memahami benar seperti yang dijelaskan, oleh ayat suci Al Qur’an dalam dialog Allah dengan Malaikat:
“QULU SUBHANALLAH LAILMU NAILA MAGHTANA INAKA ANTA ALLIDUN KHOKNIE”
Yang artinya :
Maha Suci Allah tiada ada pengetahuan kami melainkan apa yang telah Allah ajarkan dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Bijaksana.

Jadi telah bisa memahaminya itu adalah pembicaraan antara Allah dengan Malaikat, maka kita apabila benar menjalankan Agama Allah dengan menjauhkan semua larangannya Insya Allah akan dapat pula seperti Makhluk Allah yang lain sedangkan Iblis pun masih bisa berbincang dengan Tuhannya Allah, jadi dapat kita simpulkan sebaiknya :

  1. Kita harus bisa mengatasi diri dengan kata lain dapat mengendalikan diri dan hawa nafsu,
  2. Kita harus menyadari tentang keterbatasan fungsi kita,
  3. Dan kita wajib berikhtiar atau kesadaran dapat meramalkan kemungkinan saja yang tahu akan kepastian apapun di alam semesta ini hanya Allah,
  4. Kita pasti menuntut konsekwensi cukup berat.
  5. Kepastian itu sama dengan janji,
  6. Apabila kita berani memastikan suatu kemungkinan yang belum terjadi pada hakekatnya kita telah mengingkari wewenang Allah itu sendiri.
Dan cobalah Anda renungkan sejenak demi untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan yang diridhoi Allah SWT, mari kita sama-sama perhatikan hal yang penting dalam mengemban kehidupan kita di alam semesta ini ialah maksud dan tujuan agar kita bisa hidup dalam kehidupan yang harmonis antara Saya dan Aku benar tumbuh, justru tumbuhnya Aku dan Saya hendaknya kita harus bisa mengambil petunjuk dari dalam diri kita sendiri, maupun dari alam sekitar kita seperti apa yang diutarakan dimuka keseimbangan antara lahir dan bathin atau alam sekitarnya.

Saudara para jama’ah Majelis Muzakaroh Warga Kekeluargaan dan para simpatisan yang dimuliakan Allah, dalam kehidupan Manusia didunia ini banyak contoh yang dijadikan pelajaran baik yang bersifat lahiriyah maupun yang bersifat batiniah antara lain mengambil dari mekanis gerakan tubuh atau melihat kenyataan yang ada, seperti :

  1. Untuk berbuat ikhlas, kita ambil pelajaran mekanisme buang air besar yang tak ingin dilihat kembali,
  2. Juga cara melihat diri interaksi religius, mawas diri bisa memperhatikan mekanisme gerakan tangan tanpa dipengaruhi saya,
  3. Pengakuan keterbatasan diri, kemampuan dengan adanya Maha Tunggal Allah yang Berkuasa, yaitu kita memperhatikan tugas mata, tentu kita tidak mampu untuk mengatur dan mengkuasai mata kita sendiri, umpamanya saja untuk bergantian sebelah tidak sebelah lagi jaga.
  4. Pengertian untuk kesatuan dan persatuan kita mempelajari mekanisme ekselarisme tugas masing-masing mempunyai mekanisme tersendiri yang akan saling menunjang pelaksanaan mekanisme yang lain dan sesungguhnya yang masing-masing tadi saling berkaitan dan merupakan sesuatu kesatuan yang utuh semua tersebut ini atas kita pelajari dengan jujur hati serta bersih, pasti hikmahnya akan bermanfaat bagi kehidupan kita, dan kemungkinan besar akan sangat bermanfaat terhadap pengendalian hawa nafsu kita sendiri.
Jadi selanjutnya mengenai petunjuk dari diri sendiri. Dari yang bersifat rohaniah ataupun Aku perlu diperhatikan baik petunjuk yang bersifat dari dalam dapat kita terima, apabila antara Aku dan Saya seimbang artinya petunjuk itu yang lepas dari unsur Saya ini memang selalu benar atau banyak kebenarannya, pada hakekatnya petunjuk dari dalam tersebut yang tanpa dipengaruhi unsur saya, jelas adalah datangnya dari Allah SWT, demikian contoh dalam mekasnisme kehidupann yang bisa dipelajari bagi kepentingan memperdalam ketaqwaan kita terhadap menjalankan tugas hidup sehari-hari.

Sampailah disini dahulu penyampainya mengenai pengertian akan diri pribadi dan sekaligus mengingatkan lagi hal yang kira-kira wajib diketahui ataupun kita perhatikan, agar kita dapat suatu pedoman didalam kita mengembangkan hidup atau kehidupan dimuka bumi ini untuk dapat kita mencapai tujuan ialah keselamatan didunia dan keselamatan diakherat kelak, dan perhatikan baik-baik oleh Anda tentang :

  1. Komponen atau material dari perwujudan Manusia atau diri pribadi dengan segala unsurnya yang terkandung didalam dan unsur apa yang dapat mengurangi atau merusak keimanan kita,
  2. Pahamilah dan perhatikanlah atas ucapan dan pengakuan diri pribadi dengan kekuasaan dan kebesaran Allah,
  3. Periksalah dan perhatikanlah diri kita masing-masing yang mencintai Allah sebagai orang beriman serta mengakui pengikut Rasullulah?
  4. Ingatlah dan renungkanlah baik-baik tentang pengakuan dan status fungsi serta kedudukan kita sebagai makhluk dan ciptaan Allah dengan segala aspek kesempurnaannya,
  5. Sadari oleh Anda Manusia hanya suatu keterbatasan yang ada hanya sekedar upaya ataupun ketajaman dari jiwa dan hati,
  6. Ingatlah menentukan suatu kepastian yang kita sendiri belum tahu dan merasakan itu adalah suatu perbuatan yang mengingkari wewenang Allah,
  7. Perbuatan amal saleh atau amal kebajikan suatu dengan mengharap upah dari Allah adalah perbuatan tidak ikhlas, ialah yang pasti datang senang, susah hati, penyesalan dan putus asa,
  8. Sesuatu amal kebajikan mengharap suatu upah apalagi yang ada kaitannya dengan perintah dan ibadah kepada Allah dan sesamanya justru itulah Rasulullah menyatakan :
 “MAN TOLAPAN MAULANA BIKHORI NAFSIHI FAWDO DOLADOLALAM BAIDAH”

Karena itulah kita pengikutnya diajarkan Rasulullah agar menuntut ilmu Allah, pandanglah keluar diri pribadi kita sendiri supaya setiap menyampaikan amanat Allah yang merupakan penerangan agama Islam adalah suatu ibadah kepada Allah tidak mengharap upah sebab itu merupakan suatu kewajiban bagi kita yang mengaku pengikut Rasulullah diberi maupun tidak kita serahkan kembali kepada yang kuasa dan Maha Adil.

Dan kita sama-sama mengerti sudah memang kita yakin adanya seseorang hamba Allah Manusia dijaman sebelum kita ada mampu memastikan ataupun tahu segala sesuatu kejadian serta memastikan namun pada saat ini sangat langka ataupun sedikit sekali.

Dan inilah tuntunan nabi besar Muhammad SAW yang sesungguhnya anda renungkan sejenak.

Demikianlah sekedar rincian penjelasan tentang pengertian diri pribadi yang dapat disajikan, mudah-mudahan ada manfaatnya dan berguna segala apa yang Anda kerjakan yang bersifat ibadah itu mengambil contoh dari pribadi Rasulullah agar kita selalu mensyukuri dan pandai mengembang nikmat yang Allah berikan.